Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hemat Kata

9 Juli 2020   16:00 Diperbarui: 9 Juli 2020   16:00 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata hemat seringkali diterjemahkan sebagai "pelit" atau kikir. Namun pada hakekatnya tidaklah demikian. Hemat lebih bersifat smart dan hati2. Kata hemat erat kaitannya dengan biaya, pengelolaan biaya yang cermat dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Istilah yang penghematan cerdas yang sering kita dengar belakangan ini adalah Smart Spending.

Smart spending mengelompokkan 3 jenis pengeluaran, yaitu : Good Cost, Bad Cost dan Ugly Cost. 

Secara singkat Good Cost dapat diartikan sebagai setiap biaya-biaya yang dikeluarkan dapat bernilai ekonomis i.e. biaya training, biaya iklan, biaya transportasi, dll. 

Bad Cost dapat diartikan sebagai pengeluaran biaya yang meningkat karena ketidakdisiplinan kita dalam mengelolanya, i.e. biaya listrik naik karena kita tidak mematikan lampu dan pendingin ruangan ketika ruangan sudah tidak digunakan, biaya bensin, air, telepon, dll. 

Sedangkan Ugly Cost adalah pengeluaran2 biaya yang seharusnya tidak perlu kita keluarkan dan terjadi karena kelalaian atau keteledoran, dll i.e. kesalahan dalam pemberian bunga deposito special, terlambat menjalankan RTGS, sehingga menimbulkan tuntutan dari nasabah, terjadinya Fraud juga merupakan bagian dari Ugly Cost karena akan merugikan perusahaan, tidak hanya secara material tetapi juga reputasi.

Bila pengeluaran biaya bisa kita hemat, maka seharusnya kita juga bisa menghemat kata-kata yang kita ucapkan. Hemat kata-kata akan banyak memberikan dampak positif bagi diri kita dan orang lain.

Hemat kata bukan berarti kita tiba-tiba berubah menjadi pendiam atau tidak mau berbicara. Tetapi smart dan bijak dalam berucap. Pastikan bahwa kata2 yang meluncur dari lisan kita adalah kata2 yang memberikan manfaat dan dampak positif kepada lawan bicara dan menularkan energy positif pada lingkungan dimanapun kita berada. Oleh karenanya zikir dan pikir sebelum berlisan dan bertulisan...

Layaknya senapan otomatis yang memuntahkan demikian peluru tajam, lisan dan jari-jemari kita pun demikian. Semakin kita banyak berkata-kata atau berbicara secara verbal maupun secara tertulis, semakin besar kemungkinan kita terpeleset lidah dan terpeleset jari-jemari kita menuliskan dan menyebarkan kata2/informasi yang kurang bermanfaat yang tanpa kita sadari dapat menyinggung atau menyakiti hati orang lain. 

Bila luka akibat tembakan peluru bisa disembuhkan dengan obat atau tindakan medis seperti operasi, namun kata-kata yang terlontar dan lisan dan tulisan kita bila tidak dikendalikan dengan baik maka dampaknya akan jauh lebih dahsyat dampaknya dari pertengkaran, permusuhan hingga yang lebih besar yaitu peperangan yang menimbulkan dampak yang destruktif (menghancurkan).

Untuk itu, artikel ini mengajak kita untuk smart tidak saja dalam pengendalian dan pengelolaan biaya tetapi juga smart dalam mengendalikan dan mengelola kata-kata yang keluar dari lisan dan jari-jemari kita untuk senantiasa memberikan pengaruh positif kepada lingkungan kita. 

Benar adanya pepatah yang mengatakan bahwa SILENT is GOLDEN. Diam itu emas. Walaupun dalam prakteknya saat ini diam saja belum cukup bila melihat sesuatu yang kurang proper. Budaya speak up sangatlah diperlukan agar yang kurang proper itu segera dikoreksi agar menjadi proper dan bener.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun