Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senjata Paling Berbahaya

5 Juli 2020   05:00 Diperbarui: 5 Juli 2020   05:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, risiko yang paling berbahaya adalah risiko operasional karena ada faktor manusia sebagai penyebab munculnya risiko tersebut. 

Risiko Operasional juga menjadi trigger munculnya risiko-risiko lainnya. Salah satu yang paling berbahaya dari faktor manusia adalah Lisan dan Tangan nya. Berita bohong/palsu (Hoaks), fitnah, gosip dan lain sebagainya dampaknya demikian besar hingga katastropik...

Hoaks menyebabkan munculnya potensi rush (penarikan dana besar2an) di bidang perbankan sebagaimana yang terjadi belum lama ini dan pelakunya telah diamankan oleh penegak hukum. Hoaks juga menjadi alat adu domba yang menimbulkan perpecahan, dan masih banyak lagi.

Mari bijak ketika menerima informasi, pikir dan zikir sebelum berlisan dan pikir sebelum menggunakan tangan kita (bermedia-sosial), saring sebelum sharing, manfaat atau mudharat-kah untuk diri kita dan untuk orang lain. pikirkan pula dampaknya, berpikirlah "nanti bagaimana" bukan "bagaimana nanti". hindari cari sensasi tanpa prestasi hanya untuk pencitraan (yang penting ngetop atau tenar karena viral) bila akan berakhir di penjara, penyesalan pun tidak berarti....

Artikel di bawah ini mudah-mudahan dapat menjadi reminder bagi kita semua...

Bila ada pertanyaan apa senjata yang paling berbahaya di dunia? Sebagian orang akan menjawabnya dengan berbagai macam jenis dan tipe senjata terkini dan tercanggih, dengan daya bunuh dan daya rusak yang terdahsyat. 

Namun jawaban yang lebih tepat adalah Lisan dan Tangan kita. Mengapa Lisan dan Tangan?

Lisan, baik ucapan maupun perkataan kita tidak ubahnya bagaikan sebuah pisau yang tajam dan peluru tajam yang dimuntahkan dari sebuah senjata!

Bila tangan kita tergores pisau, obat dan penyembuhannya jauh lebih mudah dibandingkan jika ada lisan dan kata-kata yang menyinggung hati, perasaan dan harga diri seseorang karena ia akan meninggalkan bekas goresan luka yang dalam, obatnya sulit dicari kecuali maaf yang tulus dari orang yang terkena lisan tersebut.

Kita tidak akan mampu menghentikan atau menarik kembali peluru "kata-kata" yang telah terlontar dan menggores hati orang lain.

Barapa banyak orang yang celaka karena lisannya yang kurang terpelihara dengan baik, fitnah memfitnah, hasut menghasut, meniupkan berita bohong yang menyebabkan pertengkaran, perdebatan, permusuhan, prasangka buruk, dendam hingga peperangan. Selain lisan, yang tidak kalah berbahayanya adalah Tangan atau jari-jemari kita. 

Menyebarkan hoax dan informasi-informasi yang tidak perlu (negative) apalagi tidak dapat dipertanggungjawabkan, menulis komentar atau mengomentari suatu hal yang tidak perlu atau menulis personal message yang tidak perlupun di media sosial dapat menjadi sumber berbagai masalah. Berpolemik yang tidak sehat, saling ejek, dan perilaku yang kurang beretika bisa menjadi sumber masalah dan petaka bagi pelakunya.

Sebagaimana ketika kita makan, segala sesuatu yang masuk ke dalam badan kitapun harus dipilah/disaring dengan baik dan benar, bila tidak maka badan kitapun akan sakit.

Apa yang kita lihat, apa yang kita baca, apa yang kita dengar, apa yang kita makan dan dimana kita  berada sangatlah mempengaruhi kualitas pemikiran, pribadi serta karakter kita, khususnya hati dan lisan kita.

Benar adanya beberapa ungkapan yang mengatakan "Terpelesetnya kaki lebih aman dari terpelesetnya lidah, Perkataan itu menembus apa yang tak ditembus oleh jarum, Sebaik-baik kata adalah yang ringkas, mengena dan bermanfaat.

Seriring dengan kemajuan teknologi dan era digital saat ini, pepatah "Kata-kata mu Harimau mu", kini mengalami penyesuaian menjadi :"Kata-katamu Harimaumu, Jarimu juga Harimau mu!" 

Lantas bagaimana kita menjaga keduanya? Jawabannya sederhana namun tidak mudah karena sebagian besar orang lebih senang berbicara daripada mendengarkan orang lain berbicara.

Jawabannya adalah : "Silent is Golden" Berkata baik atau diam, menulis dan menyebarkan informasi yang baik dan bermanfaat atau Diam. Berpikir sebelum kita berbicara, menulis atau berkomentar serta teliti dan berhati-hati ketika kita menerima informasi sebelum meneruskannya kepada orang lain, Perhitungkan dampaknya yang akan timbul di kemudian hari.

Lisan dan tangan yang terpelihara dengan baik akan menghasilkan output yang dahsyat, ia bisa mendamaikan orang yang berselisih, mendinginkan hati orang yang tengah dirundung masalah, merekatkan silaturahmi, dan masih banyak lagi. 

Keduanya ada pada kendali kita, dan keduanya sangatlah tergantung dari hati kita yang juga menjadi kendali dan kendalanya. 

Hati yang terpelihara dengan baik, maka Lisan dan Tangan pun juga terpelihara. 

Mari sederhana dan hati-hatilah dalam kata, tebar terus kebaikan agar kita selamat dan bahagia di dunia dan akhirat kelak....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun