Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemain Peran

2 Juli 2020   16:30 Diperbarui: 2 Juli 2020   16:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Piala Oscar menjadi simbol kebanggaan para aktor dan aktris kelas dunia. Piawai ketika membawakan peran sebagai tokoh yang ada di dalam scenario film layar lebar. 

Namun sayangnya apa yang diperankannya tersebut di film ternyata tidak selalu sama dengan kehidupan pribadi pelakunya. Ada aktris pemeran tokoh Ibu teladan di dalam sebuah sinetron keluarga, namun hidupnya berakhir tragis karena bunuh diri. 

Demikian pula aktor bela diri kenamaan yang dikenal sebagai tokoh yang bijak, namun justru ia mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak bijak, bunuh diri. 

Pada kisah yang lain, ada aktor yang memainkan peran antagonis, tetapi dalam kehidupan sebenarnya justru ia ternyata seorang ustadz, dan masih banyak kisah-kisah menarik di balik kehidupan peran di layar lebar.

Kita hidup di duniapun layaknya senda gurau dan sandiwara, layaknya pemain peran, hanya saja peran yang kita mainkan adalah peran yang sebenarnya. Ada yang sebagai ayah, sebagai ibu, sebagai kakak, adik, pemimpin, rakyat, dan seterusnya. 

Piala hanyalah sekedar pengakuan kemampuan kita beradu peran dan hanya predikat sementara saja. Namun piala yang sebenarnya justru peran yang kita mainkan dan jalankan pada kehidupan yang sebenarnya. Orang yang terbaik bukanlah orang yang rupawan, kuat badannya, yang banyak piala nya, harta, kedudukan, dan sebagainya tetapi orang yang baik akhlak dan budi pekertinya. 

Demikian pula orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu sadar dan ia sibuk mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang berikutnya. Mengapa ia dikatakan cerdas? Ya, karena ia mampu memanfaatkan hidup yang hanya sekali dan singkat ini untuk menempuh perjalanan berikutnya yang demikian panjang nan abadi.

Karena hidup ini layaknya roda yang terus berputar, kita tidak seterusnya berada di bawah tetapi juga tidak selalu ada di atas, maka hendaknya tidak berkecil hati dan tidak mudah berputus asa, yakin bahwa setiap masalah selalu ada jalan keluarnya, sadar apa yang kita harapkan tidak selalu sesuai dengan harapan dan keinginan kita. 

Tidak ada pilihan selain menerima, menjalani dan berusaha, mari jalani peran kita masing-masing sebaik-baiknya agar hidup kita bernilai dan berwarna indah. Kita tidak bisa merubah arah angin, namun kita masih bisa merubah layar perahu kita. 

Mainkan peran kita dengan sebaik-baiknya yang terbaik yang kita mampu, apa adanya dan tetaplah mawas diri...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun