"Pak, nanti turun dan ikut makan ya". "baik Pak". "Lho kok di situ, ayo sini kita makan sama-sama ya. "Baik Pak. Driver dan pemilik kendaraan pun makan bersama-sama pada satu meja sambil berbincang. "Ayo tambah makannya ya. "Sudah pak, terima kasih. Tidak lama kemudian, "maaf pak, biar saya tunggu di luar saja. terima kasih pak saya sudah diajak makan. "Oh iya sama-sama".
"Bi, dipanggil bapak. "baik, nyonya. "bisa ke sini sebentar, bi. "baik tuan", si bibi bergegas mendatangi tuan pemilik rumah. "Lho kok duduk di bawah, bi. Ayo duduk di kursi." Biar di sini (di lantai) saja tuan. "Ayo bi, ngga apa2 ayo jangan sungkan"ujar istri pemilik rumah. "Baik nyonya. "begini bi, kalo panggil saya dan ibu cukup bapak dan ibu ya. jangan panggil tuan dan nyonya. "baik, tuan eh...maaf maksud saya, baik pak.ha3x...mereka pun tertawa bersama.
Kita sering mendengar istilah Juragan (Tuan atau Nyonya) dan Pelayan atau pembantu. Istilah tersebut secara tidak langsung menciptakan jarak dan kedudukan, yang seringkali membuat si tuan atau si nyonya "merasa" harkat dan martabat nya lebih tinggi dibandingkan dengan pelayannya.Â
Di rumah kita jadi juragan, namun bisa jadi di tempat kerja kita sebagai karyawan yang "membantu" atasan kita atau bukan tidak mungkin juga sebaliknya. Benar bahwa si pemilik dan tuan rumah membayar upah bagi pembantu nya tetapi bukan berarti boleh bersikap semaunya.Â
Orang boleh berbeda pakaian, baju, dan kedudukannya, tetapi pada dasarnya manusia itu sama kedudukannya di mata Tuhan Yang Maha Kuasa.Â
Karena hidup ini seperti roda yang berputar, maka ketika kita berada "di atas" hendaknya tidak semena-mena karena suatu saat kita pun akan turun atau bahkan jatuh dan berada di bawah.Â
Benar adanya istilah dalam bahasa jawa "Ojo dume" (jangan mentang-mentang, jangan semena-mena, jangan sewenang-wenang), karena tidak ada yang perlu kita bangga-banggakan kecuali akhlak dan budi pekerti yang baik yang menjadi pembeda kualitas setiap orang.