Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terbaik untukmu Ibu...

28 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 28 Juni 2020   15:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila di tempat kerja kita handal dalam mengatur skala prioritas, apakah kita juga handal dalam memprioritaskan Orang Tua di dalam hidup kita?

Delapan bersaudara ingin memberikan hadiah untuk ibu mereka yang akan berulang tahun dalam waktu dekat. Kedelapan orang bersaudara tersebut pun berunding untuk mendiskusikan kira-kira acara ulang tahun dan hadiah apa yang akan diberikan oleh mereka kepada sang Ibu yang sudah tua. Kedelapan bersaudara tersebut memiliki kondisi dan kemampuan yang berbeda. 

Sebagian besar dari mereka kehidupannya sukses dan berkelebihan secara ekonomi, hanya beberapa anak yang hidupnya sederhana bahkan si bungsu kehidupannya kurang beruntung dan sangat sederhana. 

Dalam diskusi, beberapa anak tertua memberikan usul untuk si Ibu yang sudah tua cukup dirayakan saja secara sederhana. Ada juga yang mengusulkan membelikan baju, hiasan dinding, dll. 

Setelah disepakati bersama, mereka membelikan jam dinding yang bagus. Namun sayangnya ketika hari ulang tahun si ibu tiba, satu per satu anak memberikan kabar dan meminta maaf bahwa mereka tidak bisa datang karena ada meeting penting untuk bertemu client, tugas-tugas kantor yang penting, dan beberapa hal lain yang tidak bisa ditunda. 

Hanya satu dua anak saja yang bisa datang berkunjung untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada si ibu, itupun hanya sebentar. 

Menjelang malam, Si bungsu yang berprofesi pengemudi taksi datang dengan membawakan makanan kesukaan si ibu seraya mengucapkan selamat ulang tahun dan mencium kening si ibu. Si Ibu pun memeluk putra bungsunya sambil mengucapkan terima kasih dan meneteskan air mata. 

Sambil menikmati makanan yang dibawa si bungsu dan berbincang, tanpa terasa si ibu tertidur di kursi. Si bungsu membangunkan dan menuntun ibu nya yang lumpuh sebelah akibat penyakit stroke yang dideritanya beberapa tahun ke kamar. Ia menemani si ibu dan pamit untuk pulang kembali ke rumahnya. 

Rupanya, kebiasaan si bungsu adalah sebelum ia pulang ke rumah, ia selalu menjenguk ibu nya terlebih dahulu walaupun rute yang ia lewati lebih dekat bila langsung ke arah rumahnya. Kecuali bila ia pulang kerja (menyupir taksi) sudah terlalu larut maka si bungsu maka ia akan memberi kabar kepada ibu nya dan karena kasihan terhadap anaknya, si ibu minta anaknya segera pulang tanpa harus mampir ke rumah ibunya. 

Kita seringkali lupa, kita lihai dalam mengatur strategi dan skala prioritas pekerjaan, mengurus bisnis dan pekerjaan yang demikian banyak dan rumit serta memakan waktu. Namun mengalokasikan waktu dan perhatian untuk orang tua ternyata terlalu sulit untuk kita, rasanya terlalu banyak kendala yang seolah merintangi kita. 

Hal itu terjadi karena kita menempatkan orang tua kita pada urutan ke sekian. Padahal ketika semasa bayi, anak2, remaja, bahkan dewasa diri dan hati mereka selalu terbuka bagi kita, doa dan perhatiannya tulus bagi kita. Ternyata seorang Ibu mampu mengurus sepupuh anak, namun sepuluh anak belum tentu mampu mengurus seorang Ibu... 

Mari kita atur kembali prioritas dalam hidup kita, karena ada doa orang-orang tua kita dalam setiap kesuksesan dan ketenteraman dalam kehidupan kita. 

Lakukan segera dan jangan tunda karena hidup ini hanya sekali dan singkat, hanya dua kemungkinan yang akan terjadi...kita meninggalkan mereka atau mereka akan meninggalkan kita. Penyesalan tidak berarti ketika salah satu dari dua kemungkinan tersebut datang tanpa konfirmasi...... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun