Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minyak dan Air

22 Juni 2020   13:00 Diperbarui: 22 Juni 2020   13:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Minyak dan Air walaupun berada pada wadah yang sama tidak akan pernah melebur menjadi satu".

Air dan Sirup pada wadah yang sama ketika dicampur maka air menjadi terasa manis....

Demikian pula dengan ritual dan spiritual yang dilakukan dengan baik dan benar seharusnya terefleksi pada akhlak dan budi pekerti seseorang.

Artikel di bawah ini memberikan gambaran mengenai betapa pentingnya ritual, spiritual dan ilmu terhadap akhlak dan budi perilaku...

"Pa, belajar IPA ternyata menarik dan asyik ya..ujar seorang anak kepada ayahnya. Aku tahu sekarang mengapa minyak ada di atas air bila gabungkan dalam satu wadah. Karena berat jenis minyak lebih rendah dari berat jenis air. Waah...sudah pintar anak papa, terus belajar ya nak. Benar nak, karena itu keduanya tidak akan pernah menyatu walaupun dalam satu wadah yang sama.

Tapi coba deh kalo air dicampur dengan sirup kemudian diaduk, pasti akan larut dan air tersebut akan menjadi manis rasanya. Ada lagi yang lebih menarik, coba bila air bercampur minyak atau air bercampur sirup tadi dimasukkan dalam suatu wadah yang sama, seperti botol kecil atau teko, dimana yang kita tidak bisa melihat isinya. 

Kemudian tuangkan air itu keluar dari wadahnya sedikit demi sedikit, nak. Apa yang kamu lihat, apa yang akan keluar? He3x...ya sesuai isinya dong, pa. ha3x...benar. 

Sekarang coba bayangkan, apabila minyak dan air bila digabung apakah bisa memberikan manfaat untuk kita? ya ngga bisa dong pa, kalo diminum orang bisa mabuk atau keracunan. Bener banget nak. 

Terus apakah bisa digunakan untuk bahan bakar sepeda motor atau mobil? Ya jelas akan mogok, pa. jadi harusnya bagaimana menurutmu, nak? Seharusnya, air ya air saja pa, air putih jernih dimasak supaya dapat diminum. Lalu, kalo minyak...ya minyak saja atau bensin ya bensin saja, supaya bisa dipakai untuk sepeda motor atau mobil. 

Percakapan anak dan ayah di atas, hanya merupakan analogi sederhana yang ingin memberikan gambaran kepada kita bahwa cover tidak selalu mencerminkan isinya. Benar adanya pepatah yang mengatakan Do not judge the book by its cover. Kita seringkali tertipu oleh cover yang menarik dan mempesona, tanpa mencermati isinya terlebih dahulu. 

Penampilan fisik dan sikap serta perilaku kita seharusnya berbanding lurus dengan Keimanan, hati dan akal kita. 

Namun seringkali berbeda faktanya...lisan dan pakaian terlihat "lebih baik" dibandingkan sikap dan perilaku pemiliknya...

Benar adanya analogi minyak dan air dalam satu wadah namun tetap terpisah, pasti ada yang kurang proper yang menyebabkan tidak connectnya antara ritual ibadah dan sikap serta perilaku tidak selalu diikuti oleh seberapa baiknya latar belakang keluarga, pendidikan, kedudukan, gelar, pangkat dan jabatan, status sosial, materi, dll dengan sikap dan perilaku kita sehari-hari, baik di rumah, di masyarakat, di jalan, di tempat kerja, dll. 

Ketika kita membaca, melihat dan mendengar berita-berita di media massa baik cetak maupun elektronik ditangkapnya public figure karena fraud i.e. kasus korupsi, narkoba, dan lain-lain, seketika komentar-komentar miring, cibiran pun bermunculan......"lho katanya bersekolah tinggi, katanya berkedudukan tinggi, katanya pimpinan, katanya dari kalangan terhormat, katanya rajin ibadah, katanya...katanya ...dan katanya...tapi kok mencuri, kok korupsi, kok narkoba, kok begini dan begitu ngga sesuai dengan predikat yang disandang, lho kok ngga tercermin pada akhlak budi pekerti dan perbuatannya ya? 

Apa yang salah ya, apa penyebabnya? Kurang kuatnya benteng keimanan penyebab utamanya! 

Keimanan yang lemah membuat diri kita mudah tergelincir, menjadi serakah, pongah, kurang sabar, tidak tahan godaan dan kurang bersyukur. Mengapa hati/Iman? semua hal yang kita lakukan berawal dari Hati sebagai kendala dan kendali nya. 

Diri kita sangatlah dipengaruhi oleh apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita makan, dengan siapa kita bergaul dan lingkungan dimana kita berada. Pengendali dan penyaringnya adalah hati dan akal kita. 

Lantas bagaimana solusinya? 

Agar hati tetap bersih dan bercahaya kita perlu menjaga dan memeliharanya dengan baik. secara berkala harus dibersihkan dengan kegiatan ritual ibadah, evaluasi dan introspeksi diri, kemudian menghiasinya dengan amal ibadah dan secara periodic diberikan nutrisi hati yaitu dengan "mengkonsumsi" hal yang dapat memperkaya hati dan meningkatkan motivasi, misalnya memperbanyak ibadah, mengisi diri dengan ilmu pengetahuan, dll. 

Hati kita bila tidak dijaga dan dipelihara kesehatan dan kebersihannya, hati kita akan mudah berdebu, kotor, berkerak dan akhirnya rusak dan akan mengeras seperti batu hingga akhir sulit untuk menerima hal-hal yang positif dan sulit untuk membedakan mana yang baik dan buruk, yang halal dan yang haram, dst.

Ajaran agama dan ilmu pengetahuan yang kita peroleh hendaknya terefleksi pada lisan, sikap dan perilaku kita sehari-hari secara bijak dan santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun