Demikian pula penerapannya di dalam kehidupan keluarga, harus ada reciprocal, percaya dan pengorbanan. Harus ada "rasa saling" di dalamnya dan tidak bisa sendiri2 sebagaimana bila kita bertepuk tangan, maka melakukannya harus dengan dua tangan kita.Â
Rasa was2, prasangka negatif yang berlebihan akan merusak pikiran dan kesehatan fisik seseorang, ia hanya akan membuat waktu kita tersita sia2 karena hanya sibuk berprasangka. Prasangka baik/positif akan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik, yang pada hakekatnya kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri.Â
Tidak ada keberhasilan tanpa didukung oleh team yang kuat dan kompak, mau maju kita harus bersatu, mau menang kita harus berjuang, dan untuk berjuang kita harus berkorban, dan untuk bisa berkorban kita harus saling percaya dan saling mendukung.
Untuk mewujudkan itu semua diperlukan hati dan pikiran yang bersih dengan selalu melakukan yang terbaik, tanpa perlu mengharapkan terima kasih, apresiasi, pencitraan dan pamrih, karena pada dasarnya semua akan terpulang kembali pada diri kita masing2.Â
Fokus pada kontribusi terbaik, selalu tanam yang baik...suatu ketika kita pasti akan menuainya, mungkin tidak langsung pada diri kita tetapi bisa kembali pada anak, cucu, keluarga kita...hanya waktu menuainya saja yang berbeda.Â
Spiritualitas yang baik menciptakan Hati yang positif. Hati yang positif akan menghasilkan Pikiran positif. Dan dari Pikiran yang positif akan menghasilkan Trust dan Integritas serta Energi positif.Â
Hal-hal tersebut akan menghasilkan ouput yang positif! Be Positive and Smart Trust!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H