Mohon tunggu...
Tomy Michael
Tomy Michael Mohon Tunggu... Dosen - --

Nec scire fast est omnia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karambol dan Judol

26 November 2024   22:46 Diperbarui: 26 November 2024   23:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dulu sewaktu bangku sekolah dasar, permainan karambol sangatlah populer. Saya bisa menghabiskan waktu bersama tetangga hanya untuk melontarkan koin plastik di atas papan karambol. Sebagai penikmat, tidak menggunakan uang namun menjepit telinga dengan kaitan jemuran baju. Semakin banyak kaitan jemuran baju maka semakin egois seseorang walaupun sebenarnya ia menerima kekalahan. Karambol pada saat itu dimainkan sebagai penghilang rasa bosan dalam ronda malam atau hiburan ketika jam belajar malam sudah usai.

Ketika bubuk kristal ditaburkan di atas papan maka permainan semakin menarik. Hanya bagi penderita suara sensitif, suara jari telunjuk dengan kuku yang tidak terpotong akan menghasilkan trauma bagi telinga seseorang. Kebetulan saya sangat tidak nyaman mendengarnya dan menggunting kuku adalah ritual yang sebaiknya dilakukan sebelum bermain.

Sebagai permainan yang berasal dari India tampaknya karambol tidak boleh dimainkan dengan musik yang beatnya tinggi. Butuh keheningan dan konsentrasi dalam melontarkan koin-koinnya. Apalagi ketika pemenang sudah terlihat maka lontaran makian akrab khas Surabaya pun bermunculan. Permainan ini juga ada yang mengatakan dari Portugal atau Burma karena lebih banyak orang yang menggemari karambol daripada mengulasnya dalam bentuk tulisan. Ketika judi online saat ini menjadi darurat kejahatan maka itulah ekses dari kemajuan teknologi. Kita tidak boleh menutup akan akses teknologi namun bagaimana agar teknologi bisa bersahabat dengan baik. Sudah sejak lama, saya tidak pernah menjumpai lagi orang bermain karambol. Membayangkan ketika bermain saat ini di selasar coffee shop atau di taman, maka viral pun pasti terjadi. Ada dua kemungkinan yaitu didatangi oleh penegak hukum kemudian diproses atau viral dengan judul "Karambol Hidup Lagi -- Nostalgia". Secara pribadi, apapun berpeluang menjadi judi.

Jika ditelusuri lebih lanjut, saya mengambil contoh di Mazmur 22:19 termaktub "Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku" atau pada Lukas 23:34 "Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lalu mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya". Namun harus dilihat bahwa saat itu bukanlah judi uang identik dengan kesenangan atau menjadi kecanduan, tetapi adalah praktik akan menentukan nasib atau takdir seseorang. Lantas apakah karambol identik dengan judi online? Dalam perspektif masyarakat yang "tertekan", karambol akan membuat seseorang menjadi pelaku perjudian. Sama halnya ketika seseorang bermain gaple atau kartu domino, seingat saya tidak ada uang yang dipertaruhkan namun hanya kuping yang mengalami siksaan. Di satu sisi, permainan tradisional itu tidak dikenal para gen z. Alasannya antara lain memakan waktu yang lama dan cenderung membosankan, tidak bisa dijadikan konten atau memang permainan tradisional ini menjadi terpinggirkan dengan adanya judi online.

Sisi positif apakah yang bisa diambil dari karambol jika dimainkan saat ini? Pertama yaitu mengubah paradigma bahwa tidak semua yang terkait kegembiraan adalah judi. Karambol identik dengan pelekat kekompakan karena fokusnya pada lolos atau diberi hukuman. Bermain karambol bisa menghabiskan waktu berjam-jam dan bagi pria merupakan bentuk pelarian yang efektif. Kedua yaitu pada wujud kegiatan utamanya. Bermain karambol malam hari biasanya disambi denganronda malam sedangkan jika dimainkan pada siang hari akan tertuju untuk menghabiskan waktu luang saja. Hal ini sungguh penuh nostalgia apalagi suasana bulan purnama, dimana suasana yang sepi membuat permainan semakin penuh keakraban. Ketiga harus ada larangan yang sifatnya online. Hal ini penting karena kegiatan apapun yang dilakukan online maka berpeluang terindikasi judi. Harus ada batasan-batasan yang memberikan kepastian hukum agar tidak terjadi perbuatan yang tidak sesuai. Artinya jangan sampai yang sebetulnya boleh menjadi tidak boleh dan yang tidak boleh menjadi boleh.

Saya berpikir bahwa menghidupkan karambol akan membawa anak-anak agar tidak terpapar pada handphone termasuk orang dewasa dalam melepaskan kejenuhan. Orang yang bermain karambol bukanlah seorang pejudi namun apapun yang dilakukan bisa berpotensi sebagai bentuk perjudian. Sebagai contoh, ketika bersama istri menebak anak bangun tidur jam berapa dan yang tebakannya betul akan mendapatkan seporsi nasi goreng maka ini dapat menjadi judi. Namun apakah itu yang dikehendaki? Tentu saja tidak karena kegembiraan manusia berbeda-beda asalakan tidak mengurangi hak asasi manusia orang lain. 

Seharusnya penistaan kepada karambol tidak boleh karena ada batasan-batasan yang wajib ditaati. Walaupun bukan permainan asli Indonesia, karambol bisa menjadi sarana dalam mencapai ketenangan hidup. Insipirasi penguatan ini saya ambil dari salah satu program Ridwan Kamil yaitu mobil curhat. Memang tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan karambol tetapi kembali pada fitrahnya adalah hal yang menarik. Masalah lainnya, bagaimana ketika karambol menjadi viral lagi kemudian diikuti fomo dalam kelangsungannya. Bisa jadi karambol semakin elit atau semakin punah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun