Mohon tunggu...
Tomy Unyu Unyu
Tomy Unyu Unyu Mohon Tunggu... -

A Lighthouse

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hasil Quick Count Hanya Berlaku Lima Jam

13 Juli 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:27 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hahahahaha, saya tertawa terbahak-bahak membaca pernyataan Direktur Eksekutif PUSKAPTIS Husin Yazid, bahwa hasil Quick Count hanya berlaku lima jam.

Berikut ini kutipannya

"Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid mengatakan, hasil hitung cepat yang dirilis berbagai lembaga survei hanya berlaku mulai rekapitulasi suara di tempat pemungutan suara hingga lima jam setelahnya atau kira-kira pukul 18.00 WIB pada 9 Juli 2014. Ia menambahkan, perolehan suara hitung cepat hanyalah sampel dari beberapa TPS, jadi hasilnya hanya sementara."

sumber
http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/13/12130191/Puskaptis.Quick.Count.Hanya.Berlaku.Hingga.Lima.Jam

Baru kali ini ada pernyataan seperti itu dari Lembaga Penyelenggara QC. Selama ini justru hasil QC dibandingkan dengan hasil Real Count (RC) resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan beberapa minggu setelahnya. Kalau hasil QC hanya berlaku 5 jam, berarti setelah itu tidak valid lagi. Apa maksud dari pernyataan itu.

Lucunya, yang membuat pernyataan itu hanya PUSKAPTIS, sementara lembaga survey lain tetap yakin dengan hasil QC, bahkan yakin bisa dijadikan acuan untuk hasil RC KPU. SEbenarnya pernyataan Husen tersebut dapat juga diartikan bahwa euforia kemenangan Prabowo Hataa hanya berlaku 5 jam saja, karena hasil QC dari PUSKAPTIS yang memenangkan PH hanya berlaku hingga 5 jam.

Yang belajar ilmu statistik, tahu bahwa ada hasil sementara ada hasil akhir. Bila semua sampel sudah dihitung berarti hasilnya sudah tetap, yang bersifat sementara hanya lah hasil pada saat sampel yang masuk belum 100 %.

Apakah ini merupakan pernyataan berkelit bila nanti ternyata hasil QC Puskaptis melenceng jauh dai hasil RC KPU?. Semoga perhitungan suara dari KPU berjalan jujur tanpa manipulasi, sehingga hasil RC resmi dari KPU adalah murni sesuai suara pilihan rakyat. Dan dari hasil RC resmi KPU yang tidak dimanipulasi itu, bisa terlihat hasil QC lembaga survey mana yang relatif sama dengan hasil RC KPU.

Banyak yang mengatakan bahwa hasil QC lembaga survey tergantung kepada afiliasi lembaga survey tersebut ke capres dan cawapres. Padahal gampang sekali untuk membuktikan apakah hasil QC itu netral walau pun pemilik lembaga survey terindikasi berafiliasi kepada salah satu capres dan cawapres tertentu.

Caranya buka semua data sample yang mereka gunakan dan gunakan data tersebut dengan mengunakan metode standar untuk mendapatkan hasil QC. Apakah hasil QC tersebut sama dengan hasil QC yang mereka umumkan ke publik atau berbeda. Tentunya dengan terlebih dahulu menguji apakah pengambilan sample sudah seuai kaidah, sudah acak dan penyebarannya acak, tidak terkonsentrasi di TPS-TPS yang disinyalir sebagai basis capres tertentu, dan jumlah sampel sesuai kaidah statistik.

Jangan hanya berani menantang siap untuk dibubarkan bila hasil QC berbeda dengan hasil RC KPU, tapi harusnya berani juga untuk  menunjukkan data dan metodologi serta proses perhitungan yang menghasilkan QC seperti yang mereka umumkan ke publik.

Tapi mengapa lembaga-lembaga survey yang memenangkan Prabowo Hatta tidak datang ketika diundang untuk membuka data dan metodologi mereka sementara lembaga survey yang memenangkan Jokowi-JK berani datang untk "buka-bukaan"?. Tanya kenapa ?

Tiba-tiba ada lagi pernyataan bahwa hasil QC hanya berlaku untuk 5 jam.

Hey Mr. Husen Yazid,  "You give Statistics a bad name"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun