Mohon tunggu...
Tommy Setiawan
Tommy Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

Hanya pembaca dan pemerhati. Bukan penulis. Tapi kadang-kadang menuangkan pikiran atau ide atau perasaan yang bergejolak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Politis-religius dari Kunjungan Jokowi di Padang Saat Idul Fitri

7 Juli 2016   12:32 Diperbarui: 7 Juli 2016   12:44 5813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari  Raya Idul Fitri tahun ini  jatuh pada hari Rabu, 6 Juli 2016. Sebagaimana biasanya seperti tahun-tahun sebelumnya, pejabat tinggi di negara ini melakukan open house di rumah dinasnya atau rumah pribadinya. Tak terkecuali bagi sang kepala negara yang selalu melakukan open house di Istana Negara. Tapi berbeda dengan Presiden Indonesia ketujuh, Bapak Ir. Joko Widodo. 

Dia keluar dari pakem. Dia malah “blusukan” ke luar “rumah dinas” bahkan ke luar pulau. Ya... Dia ke kota Padang, Sumatera Barat. Alih-alih didatangi masyarakat Jakarta yang rela antri untuk sekedar bersalaman dengan sang tuan rumah di istana, dia malah sengaja mendatangi masyarakat di tengah kota. Shalat Ied bersama masyarakat, kemudian selfie dan bersalaman dengan hampir seluruh masyarakat di kota Padang. Nyaris tanpa batas! Pertanyaannya, mengapa harus ke Padang? Bukankah masih banyak daerah lain yang harus dia kunjungi? Dan apakah ada proyek penting di sana agar dapat “sambil menyelam minum  air” dengan kata lain, berlebaran sambil meresmikan proyek?

Oh... ternyata ada maksud terselubung yang sangat... sangat... sangat penting dari sekedar silaturahmi. Ada makna politis-religius.

Pulau Sumatera menempati urutan pertama dengan populasi Muslim terbesar di Indonesia. Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Barat adalah dua daerah dengan populasi Muslim yang besar atau bahkan fanatik di pulau Sumatera. Dengan kata lain, kedua daerah tersebut sangat kental dan kuat dengan agama dan budaya Islam. Sangat fanatik! Dan mengapa harus kota Padang di Sumatera Barat?

Sekedar menengok ke belakang, saat Pilpres 2014. Daerah Sumatera Barat adalah pemilih pasangan Prabowo-Hatta dengan persentase 76,92 %, jauh melampaui pasangan Jokowi-JK yang hanya 23,08%. Berbeda dengan daerah lain yang selisih suara tidak begitu jauh. Mengapa? Masyarakat Sumatera Barat sudah termakan isu “Obor Rakyat” media dari lawan Jokowi untuk mendiskreditkan sosok Jokowi. 

Mereka termakan isu bahwa Jokowi adalah non-muslim, keturunan Tionghoa, boneka Meg****, dan lain sebagainya. Kebencian sudah begitu melekat dalam diri Jokowi oleh masyarakat kota Padang (mewakili wilayah Sumatera Barat). Dan itu dibuktikan dengan lebih memilih pasangan Prabowo-Hatta daripada pasangan Jokowi-JK. Walau pada akhirnya pasangan Jokowi-Jklah yang memenangi pemilihan presiden. 

Lalu, setelah 9 bulan menjabat presiden, apakah “kebencian” atau rasa “tidak suka” terhadap Jokowi masih melekat dalam diri masyarakat kota Padang? Inilah yang akan terjawab saat Jokowi sengaja berkunjung untuk sama-sama merayakan lebaran bersama masyarakat di kota Padang. Apa yang dilakukan oleh Jokowi di sana? Melakukan balas dendam atas perlakuan mereka? Jawabannya, TIDAK!

  • Jokowi menunjukkan kepada mereka bahwa dia bukanlah orang pendendam. Dia datang ke Padang sebagai pemimpin yang lahir dari rakyat. Dia merakyat berbaur dengan masyarakat di sana tanpa ada halangan dari para pengawal. Dan masyarakat di sana menyambut dengan luar biasa antusias.
  • Jokowi shalat Ied berjamaah dengan masyarakat untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang Muslim sejati, bukan seperti yang difitnahkan oleh “Obor Rakyat”.
  • Jokowi membagikan buku tulis kepada anak-anak dan masyarakat untuk menunjukkan bahwa dia peduli kepada masyarakat kecil dan memang dia dibutuhkan oleh rakyat dan dia adalah pemimpin yang merakyat.
  • Jokowi tampil apa adanya dengan baju kemeja sederhana bukan baju kebesaran, untuk menunjukkan bahwa dia juga manusia biasa yang sama seperti masyarakat kebanyakan.
  • Di momen Idul Fitri, Jokowi ingin menunjukkan bahwa inilah saatnya kita kembali kepada kesucian, kembali kepada manusia yang seutuhnya, saling memaafkan dan melupakan segala kepahitan dan kebencian yang terlanjur melekat pada dirinya sejak Pilpres yang lalu.
  • Dan yang terpenting, Jokowi menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya di hadapan masyarakat yang dulu “membenci”nya sekaligus mengajarkan bahwa jangan termakan oleh isu yang belum tentu kebenarannya.

Sekali lagi, Jokowi melakukan sesuatu dengan tindakan nyata bukan dengan kata-kata belaka. Dia membalas kejahatan dengan kebaikan. Hanya melalui pikiran yang bersih dan tulus saja yang dapat menilai kunjungan Jokowi ini adalah pemimpin yang melayani rakyat, bukan sebaliknya.

(Masih ada desas desus dan fitnah yang mengatakan bahwa masyarakat yang antusias menyambut kunjungan Jokowi adalah mereka dibayar padahal sebenarnya mereka masih tidak suka pada Jokowi. Silakan saja, hanya Tuhan yang tahu).

Selamat Idul Fitri, pak Jokowi, Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin. Terus maju dan tetap melayani rakyat!

Salam Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun