Mohon tunggu...
Tommy TRD
Tommy TRD Mohon Tunggu... Penulis - Just a Writer...

Jumpa juga di @tommytrd

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Merasakan Kesulitan Anies Baswedan

22 Maret 2020   21:01 Diperbarui: 22 Maret 2020   21:06 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya paham dengan kesulitan dan beban berat yang ada di pundak Anies Baswedan saat ini, di tengah merebaknya virus corona atau COVID-19 ini di Jakarta. 

Sebagai Gubernur Ibukota, beban Anies luar biasa dahsyat untuk menghambat penyebaran dan penularan virus ini. Karena Jakarta adalah tolak ukur Indonesia. Mending jika selaku Gubernur dia memiliki support dari Pemerintah Pusat baik moril atau materil, namun jika dilihat dari awal virus ini mulai hadir di Jakarta, Anies kerap berseberangan dengan pemerintah pusat. Atau juga sebaliknya.

Posisi Anies selaku Gubernur yang "tidak disukai" pusat sudah bukan cerita baru. Sialnya, dalam keadaan seperti ini Anies pun masih dalam posisi itu. Sementara yang dihadapi oleh Anies bukan lagi kelas pekerjaan Gubernur seorang.

Pertentangan data dan statement yang muncul di awal kehadiran virus ini sekarang tidak terlihat lagi. Kementerian Kesehatan melalui juru bicaranya menyatakan menyerahkan penanganan wabah virus COVID-19 kepada Gubernur. 

Dengan embel-embel Gubernur kan penguasa ibukota, masa pusat langsung intervensi, nanti gubernurnya marah, seperti yang saya kutip dari salah satu portal berita ternama. Bukan ! Bukan karena semua alasan itu. Tapi kenyataannya memang Anies lebih siap dari mereka. Itu saja. Anies lebih prepared. Jadi kalau mau serahkan, serahkan saja. Tidak usah pakai kalimat mubazir.

Posisi Anies sebagai Gubernur ibukota yang sepertinya "tidak direstui" pusat ini, membuat pekerjaannya menjadi lebih berat. Anies benar-benar harus rigid dalam memberikan informasi. Keliru sedikit, ada ratusan bahkan mungkin ribuan buzzer yang akan menghajarnya melalui media-media yang sosial yang tersedia. Tanpa pernah dilihat apa yang sudah diupayakannya.

Jangankan sebuah virus yang penyebarannya tidak terlihat, dan jumlah penderita pastinya still unknown. Gempa 2009 Padang saja, yang ketika musibah itu saya masih bertugas sebagai Adc Walikota Padang Fauzi Bahar, memiliki tingkat kesulitan yang luar biasa untuk dihadapi. 

Dan catat, itu semua dengan kondisi jumlah korban dan kerugian yang bisa terhitung pasti. Karena fisiknya terlihat, bangunannya kasat mata. Syukur pada masa itu kami bisa recovery dengan cepat melalui semangat warga kota, dan beberapa kebijakan yang krusial. Sehingga Padang tidak terpuruk lama seperti kabupaten kota tetangga yang butuh waktu lebih lama untuk pulih.

Namun Anies jelas menghadapi permasalahan pada level yang berbeda. Sekali lagi, penyebaran dan penderitanya belum bisa mendapatkan angka pasti. 

Selagi mencegah Anies harus dihadapi dengan kondisi pasar yang sudah kehilangan benda-benda yang sangat dibutuhkan. Lebih parah lagi, Anies juga sudah kehilangan beberapa dokter yang berjibaku mengatasi pandemi COVID-19 di wilayah ibukota dan sekitarnya.

Sebagai Panglima Perang, Anies belum tahu kapan perang ini berakhir, logistik yang dibutuhkan menipis, dan para Jenderal lapangannya mulai gugur satu per satu. 

Di kondisi seperti ini Anies sudah pasti berdoa agar ia tidak kehilangan Jenderal lapangannya lagi, bahkan ia tidak boleh kehilangan satupun prajuritnya lagi. 

Ia harus memutar otaknya dengan sangat keras, agar ia bisa memenangkan perang melawan COVID-19 ini. Bukan untuk dirinya. Karena sejarah diri dan keluarga besarnya sudah tertulis. Namun untuk para penulis sejarah berikutnya, yang mungkin merupakan warga dari daerah yang dipimpinnya.  

Semoga berhasil Pak Gubernur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun