Seingat saya saat itu 10 Agustus tahun 1995. Di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Nyaris seluruh pejabat tinggi Indonesia ada di sana. Bagi yang tidak masuk kategori pejabat tinggi, menyaksikan peristiwa itu melalui layar kaca.Â
Prof. Dr. B.J. Habibie, saat itu Menteri Riset dan Teknologi. Masih relatif muda, energik dan ekspresif. Menjelaskan dengan seksama kepada salah satu orang terkuat sepanjang sejarah Indonesia, H. M. Soeharto, atau lebih dikenal dengan Pak Harto saja.
Hampir seluruh hadirin mengenakan jaket putih dan topi. Bagi yang stylish, akan menambah aksesorisnya dengan kaca mata hitam. Terdapat tiga titik kesibukan. Podium atau tenda kehormatan, taxi dan runway bandara, dan terakhir menara kontrol.Â
Di tiga tempat ini sekumpulan manusia melakukan tugasnya masing-masing. Harap-harap cemas. Ratusan bahkan mungkin ribuan pers dari dalam dan luar negeri sibuk dengan peralatan kerjanya masing-masing, mengabadikan. Khawatir kehilangan moment.
Sebuah pesawat dengan dua propeler, berkelir putih dan biru, bernomor ekor N250 terlihat berjalan pelan menyusuri taxi way bandara. Di bagian sisi hidung pesawat, terlihat tulisan gatotkaca.Â
Butuh beberapa saat hingga akhirnya pesawat tiba di ujung landasan pacu dan mengambil ancang-ancang untuk lepas landas.Â
Propeler pada kiri dan kanan pesawat berputar kencang, badan pesawat melaju pada sumbu x, mencapai kecepatan V1 (point of no return), dan rotate! Roda depan pesawat terangkat mulus diikuti dengan badan pesawat yang menanjak terbang menuju langit.
Gemuruh tepuk tangan, teriakan syukur yang membahana, tidak tertinggal air mata dan bulu kuduk yang berdiri. Itu adalah hari dimana pesawat terbang karya anak bangsa, N250 pertama kali mengudara. Bukan pesawat asal-asalan, N250 menjadi pesawat kedua di dunia yang mampu take off tanpa mengalami "dutch roll", setelah Airbus 300. Pada saat itu the Smiling General Soeharto, smiling once again.
Pada saat itu hampir seluruh rakyat Indonesia merasakan bangga dan haru bertumpah darah Indonesia. Melihat pesawat hasil rekayasa anak negeri menembus dirgantara Indonesia. Kapan lagi kita akan merasakan perasaan serupa ?
Terima kasih Pak Habibie, beristirahatlah dengan tenang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H