Mohon tunggu...
tommy tindo
tommy tindo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa psikologi dengan minat membaca buku dan berjalan kaki.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Batasan Penggunaan AI bagi Akademisi

8 November 2024   19:01 Diperbarui: 8 November 2024   20:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini adalah langkah-langkah literasi digital yang dapat dilakukan seorang akademisi untuk menjaga etika dan idealisme akademis.

Yang pertama, akademisi harus memahami bahwa AI bukanlah sumber ilmu pengetahuan. Sehingga, AI tidak dapat menggantikan wawasan dan akal budi manusia. AI tidak mutlak benar. Akademisi harus meluangkan waktu dan upaya untuk melakukan kroscek terhadap informasi yang dihasilkan oleh AI.

Yang kedua, pemahaman dalam pengolahan data oleh AI adalah suatu keharusan. AI diciptakan oleh manusia yang memiliki misi dan bias tertentu. Hal inilah yang menjadi kelemahan AI. Padahal, ilmu pengetahuan harus bersifat netral agar dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Disinilah peran akademisi dibutuhkan untuk meluruskan konteks dan pemahaman dari informasi yang diberikan oleh AI.

Yang ketiga, orisinalitas dan otoritas dalam klaim terhadap informasi yang dihasilkan oleh AI. Mengutip informasi yang dihasilkan oleh AI tidak dapat disebut sebagai referensi karena AI menghasilkan informasi berdasarkan algoritma yang disusun oleh penciptanya, bukan berdasarkan penelitian yang terstandarisasi ataupun pemahaman akal budi manusia yang didasari dari perenungan dan pengamatan yang objektif.

Penggunaan AI seperti ChatGPT dalam konteks akademis memberikan peluang untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian. Namun, idealisme akademisi dalam menjaga integritas dan kualitas keilmuan mereka harus menjadi prioritas utama. Penggunaan AI harus dilakukan secara etis dengan tetap menghormati prinsip kejujuran dan orisinalitas. Di samping itu, literasi digital sangat diperlukan untuk memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab dan bijaksana. Dengan kombinasi etika yang kuat dan literasi digital yang baik, akademisi dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas akademik tanpa mengorbankan nilai-nilai inti dari dunia pendidikan dan penelitian.

REFERENSI

Bostrom, N., & Yudkowsky, E. (2014). The ethics of artificial intelligence. In K. Frankish & W. Ramsey (Eds.), The Cambridge Handbook of Artificial Intelligence (pp. 316-334). Cambridge University Press.

Floridi, L., & Cowls, J. (2019). A unified framework of five principles for AI in society. Harvard Data Science Review.

https://ebizmark.id/webinar-optimasi-ai-untuk-akademisi/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun