Kopi, seperti tiada habisnya menjadi trend. Penjaja kopi dari yang kelas premium dengan harga yang super mahal hingga yang kelas "sachet" berada di mana-mana. Hampir di setiap penjuru kota, ada yang menjual kopi.
Kopi dengan berbagai "brand" juga hadir. Kita pasti sudah hapal dengan Starbucks, Excelso hingga dengan kopi seperti Kopi Kenangan, Kopi Tuku, Kopi Janji Jiwa dan masih banyak lagi.
Tapi, mengapa kopi ini beragam harganya dan bagaimana asal mulanya, sebagai seorang yang suka menyeruput kopi walaupun tidak sering, sudah pasti memiliki rasa keingin tahuan mengenai Kopi ini.
Rasa keingin tahuan ini akhirnya saya dapatkan melalui Cipta Kopi 1690. Mas Abdi (saya tidak tahu nama lengkapnya), salah satu founder dari Cipta Kopi ini bercerita banyak soal Kopi kepada saya dan teman-teman.
Apa saja yang diceritakan oleh Mas Abdi?
Yang pertama adalah, Mas Abdi bercerita banyak soal asal muasal kopi yang berasal dari Afrika, yang tidak sengaja ditemukan oleh seorang penggembala kambing. Biji kopi ini rupanya dikonsumsi oleh kambing yang digembalakannya dan aktif di malam hari.
Penggembala ini kemudian panasaran dan akhirnya ikut "mengunyah" biji kopi, yang waktu itu masih disebut dengan berry liar, karena belum dibudidayakan, ikut aktif di malam hari. Penggembala ini, berada di sebuah wilayah yang sekarang di negara Ethiopia.
Dari sinilah penyebaran kopi ini dimulai hingga tiba di kawasan Arab. Dari sinilah awal mula kenapa kopi ini berjenis Arabica. Dari Arab sini kemudian kopi menyebar ke penjuru dunia dan tiba di Indonesia oleh Penjajah Belanda.
Kopi tiba di Indonesia, sekitar tahun 1690. Karena itulah Cipta Kopi menggunakan angka 1690 pada namanya.Â
Abdi, melanjutkan kisahnya, Kopi di Indonesia, ditanam pertama kali di Jakarta atau Batavia. Mau tau tempatnya? Di Pondok Kopi. Rupanya ini asal muasal kenapa daerah tersebut bernama Pondok Kopi.
Setelah ditanam di Jakarta, Kopi kemudian ditanam di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Abdi bahkan bercerita, kenapa disebut di Kopi. Karena dibawa oleh Penjajah Belanda, Kopi ini bernama Koffie yang merupakan bahasa Belanda.
Ketika Kopi ditanam di Jawa Barat, masyarakat Jawa Barat yang terbiasa menyebut dengan aksara "f" dengan "p", maka disebutlah Koffie dengan Kopi.Â
Abdi juga bahkan bercerita kenapa kopi di Jawa disebut dengan Kopi Tubruk. Asal kata Tubruk ini rupanya dari To Brew yang dalam bahasa belanda disebut dengan Brouwen atau, munculah istilah To Brew. Oh iya, asal muasal dari penyajian kopi ini adalah dengan cara diseduh.
Apalagi yang diceritakan Mas Abdi? Soal jenis Kopi Robusta. Rupanya Kopi Robusta ini adalah Kopi yang dikembangkan karena ratusan tahun lalu, Kopi tersebut hampir punah akibat terserang virus.Â
Karena itu, oleh petani kopi jaman dahulu, dibuatlah tanaman Kopi yang tahan virus dan berhasil. Namun, Kopi ini lebih tinggi kafeinnya tapi lebih pahit. TIngkat keasaman juga lebih rendah dari Arabica. Kopi ini adalah Robusta.
Rasa Panasaran saya pun terjawab. Mengenai Processing Kopi ini, juga ternyata tidak mudah untuk menghasilkan kopi yang terbaik. Kopi yang dipetik, paling lama delapan jam sudah harus langsung diproses.
Proses awalnya adalah merendan kopi di air untuk memisahkan kopi dari biji kopi yang rusak (akan mengambang), dan kotoran seperti batu dan lainnya (yang akan tenggelam). Setelah itu barulah kopi dimulai dengan Natural Processing, Honey Processing, Full Wash atau Wine Kopi.
Lama pemrosesan juga seperti yang disebutkan tadi, juga berbeda-beda. Pemrosesan Kopi paling cepat adalah Full Wash, kemudian Honey Processing dan paling lama adalah Natural Processing.
Pemetikan kopi juga tidak sembarangan. Abdi bercerita, untuk Kopi Arabica. dalam satu kumpulan buah atau biji kopi, tidak bisa matang secara bersaman. Yang sudah matang dan berwarna merah, harus dipetik dengan hati-hati agar tidak merusak tangkai buah yang akan mengeluarkan buah yang baru.
Untuk Robusta, biji kopi akan matang bersamaan dan lansgung bisa diambil atau dipetik secara bersamaan.Â
Inilah mengapa Kopi jenis Arabica bisa lebih mahal dari robusta.Â
Dari Mas Abdi inilah saya belajar. Ternyata Kopi ini punya cerita panjang dan proses yang panjang untuk menjadi satu cangkir atau satu gelas. Kopi yang benar-benar berkualitas wajar kalau sampai harganya sangat mahal, karena untuk menghasilkannya tidak mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H