Pasar Tradisional memang identik dengan becek, kumuh dan mungkin saja kurang indah. Memang sudah ada upaya untuk mulai merenovasi atau mengubah "image" atau citra dari pasar.
Pemerintah mulai mempercantik pasar. Tengok saja, Pasar Jaya di Jakarta dan juga beberapa pasar tradisional di beberapa daerah. Sudah direnovasi. Namun, bangunannya msaih seperti bangunan pada umumnya.
Tapi di Banyuwangi ini, berbeda. Setelah tiga hari berpetualang di Surabaya, Pasuruan, Situbondo dan Bondowoso, saya dan rombongan Safari Kebangsaan VI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya tiba di Kabupaten Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi ini merupakan tujuan terakhir kami, sebelum kembaii ke Jakarta. Dan ketika di Banyuwangi ini, saya dan rombongan diajak untuk melihat Pasar Tradisional Banyuwangi yang direnovasi oleh Pemkab Banyuwangi di Era Bupati Abdullah Azwar Anas. Biar tidak mengetik panjang lebar, saya menulisnya Bupati Anas saja.
Kami berkunjung ke Pasar Tradisional ini setelah menengok Mal Pelayanan Publik Kabupaten Banyuwangi dan juga menyantap Soto. Pasar Tradisional Banyuwangi ini letaknya tidak berjauhan dengan Mal Pelayanan Publik Banyuwangi.
Masuk ke Pasar Tradisional Banyuwangi ini, pemandangan langsung lain. Memang banyak toko tua yang berjejer di pinggir jalan. Pasar Tradisional Banyuwangi ini, agak ke dalam. Dan ketika masuk, kita langsung menemukan pasarnya dan sudah bertuliskan Pasar Tradisional Banyuwangi.
Ada lebih dari 30 kios yang berjejer. Kios-kios ini sangat unik karena bagian depannya ada kayu ukiran. Bahkan pintu kios ini terbuat dari kayu yang diukir. Inovatif memang Bupati Banyuwangi ini. Kalau biasanya pintu terbuat dari besi, rolling door atau pintu lipat, ini terbuat dari kayu.