Mohon tunggu...
Thomas Jan Bernadus
Thomas Jan Bernadus Mohon Tunggu... Penulis - A Freelance Blogger

blogger free lance

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Man Called Ahok", Bukan Melulu Soal Ahok

13 November 2018   19:55 Diperbarui: 13 November 2018   20:02 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dirilis 8 November lalu, dan beberapa kali melihat trailer film A Man Called Ahok di media sosial, akhirnya saya bisa menonton film ini.

Saya menonton film ini, bersama dengan teman-teman saya, yang saya sudah tahu mendukung Jokowi dan Ahok semenjak tahun 2012. Teman saya ini mengajak keluarganya dan saya untuk menonton.

Film A Man Called Ahok ini, seperti banyak pengakuan sejumlah netizen, sudah membuat mewek, alias menangis (atau mata berkaca-kaca?)

Mengapa membuat berkaca-kaca? Opening film ini, langsung dibuka dengan suara Basuki T. Purnama atau Ahok lewat intercom dari Rutan Mako Brimob yang meminta agar pendukungnya tidak menunggu atau berdemo di depan Mako Brimob Kelapa Dua.

Bagi penggemar berat Ahok, tentunya ini membawa kembali ke peristiwa tahun lalu ketika Ahok divonis bersalah dan masuk ke tahanan. Peristiwa ini tentunya membuat sedih.

Film kemudian diisi dengan suara Daniel Mananta yang memerankan Ahok. Suara Daniel disini, dibuat semirip-miripnya dengan Ahok. Tidak salah memang, karena dia memang memerankan Ahok.

Film ini kemudian mengalir, menceritakan kedermawanan Ayahanda dari Ahok yaitu Tjoeng Kim Nam atau Indra T. Purnama.

Sosok ini memang sangat ditonjolkan sekali dalam film ini. Bahkan 80 persen film ini tentang Kim Nam. Kim Nam memang di film ini membuat seorang Ahok yang masih remaja, berani membantu keluarga miskin yang anaknya hendak melahirkan dan membutuhkan Dana.

Di film ini juga digambarkan, bagaimana Papa dari Ahok kesal dengan birokrat di Belitung yang kerap mengganggu usaha tambangnya.

Sebagai film Keluarga, says setuju film ini sangat bagus. Banyak nilai-nilai yang diajarkan oleh Kim Nam melalui film ini. Terutama mengenai berburu harimau dan juga mengenai kata-kata "Jangan Berhenti Mencintai Negeri Ini Hok".

Tapi, bagi saya film ini kelihatan sekali ada celahnya dan ya sangat kelihatan. Misalnya, sosok Papa Ahok yang berganti dari Denny Sumargo ke Chew Kin Wah, sementara sosok yang menjadi tempat meminjam uang si Asun yang diperankan oleh Ferry Salim kok tidak berubah orangnya dari Muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun