Tahun 2018 ini, Indonesia berkesempatan menggelar tiga event besar skala Internasional. Dua dari tiga event tersebut adalah multievents olahraga yaitu Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Dan yang satu lagi, adalah event pertemuan berupa Annual Meeting IMF-World Bank dimana salah satu event di dalamnya adalah Indonesia Investment Forum (IIF) 2018.Â
Kalau multievents olahraga digelar di Jakarta, Palembang dan Jawa Barat, untuk Annual Meeting IM-World Bank (selanjutnya saya singkat dengan AM IMF-WB saja ya), digelar di Pulau Dewata, yaitu Bali.
Indonesia menjadi tuan rumah AM IMF-WB ini bukanlah ditunjuk langsung. Tapi Indonesia harus bersaing dengan negara lain. Anggota IMF (International Monetary Fund) saja sudah ada 189 negara. Untuk menjadi tuan rumah perhelatan Annual Meeting tahun 2018, terdapat sembilan negara yang mengajukan diri sebagai tuan rumah, termasuk Indonesia.
Setelah melalui seleksi, tersisa tiga negara kandidat termasuk Indonesia. Tim IMF kemudian melakukan survei, dan dari berbagai aspek penilaian, Indonesia akhirnya terpilih menjadi tuan rumah AM IMF-WB ini.Â
Bagaimana dengan AM IMF-WB ini sendiri, jumlah pesertanya berdasarkan data terakhir, melebihi dari 35.000 orang. Padahal, diperkirakan awalnya di angka 15.000 orang saja, dari 189 negara anggota IMF. Bukan angka yang tidak sedikit kan?
Apa sih yang dibahas di AM IMF-WB ini? Salah satunya adalah Investasi. Ada juga soal financial technology (fintech), tapi yang pasti sangat menarik adalah soal Investasi. Apalagi investasi ini terkait soal infrastruktur. Pembaca pasti sudah tahu kalau Indonesia saat ini tengah membangun infrastruktur, mulai dari jalan baik tol dan non tol, pelabuhan hingga bandar udara (bandara).
Presiden Joko Widodo memang menggenjot pembangunan infrastruktur ini, untuk membangun konektivitas. Dengan konektivitas yang baik, barang dan jasa akan bergerak dengan baik. Mengangkut bahan kebutuhan pokok tidak akan kesulitan. Harga barang dengan konektivitas yang baik, bisa ditekan agar lebih murah.
Soal Investasi ini, ada sebuah event tersendiri yang menjadi bagian dari Annual Meeting ini. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya di atas, namanya adalah Indonesia Investment Forum.Â
Indonesia Investment Forum 2018 ini, dibuka pada 9 Oktober lalu. Yang menjadi pembicara di event ini adalah Menteri BUMN Rini Soemarno, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyan Indrawati hingga Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Presiden Joko Widodo, dalam berbagai kesempatan mengatakan bahwa, untuk pembangunan infrastruktur ini, pembiayaannya tidak seluruhnya harus dari pemerintah atau menggunakan APBN. Pembiayaan infrastruktur ini juga bisa berasal dari Investor.Â
Menko Perekonomian, Darmin Nasution di IIF 2018 ini memaparkan tentang pembangunan infrastruktur ini. Menko Perekonomian menjelaskan secara gamblang mengenai Proyek Strategis Nasional yang dibangun atau sudah diselesaikan dari tahun 2016 hingga bulan Juni 2018 lalu.
Â
Nilai tersebut meliputi 22% dari total kredit sindikasi dari lembaga keuangan dalam negeri sebesar Rp9,17 triliun. Disamping kredit sindikasi, Hutama Karya juga mendapatkan fasilitas CDS sebesar Rp5,2 triliun untuk memastikan keberlangsungan proyek tersebut.
Penandatanganan perjanjian kredit dilakukan oleh SEVP Large Corporate Banking Bank Mandiri Dikdik Yustandi, Direktur Keuangan Hutama Karya Anis Anjayani, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar dan Direktur Utama PT Hutama Karya Bintang Perbowo di Bali, Kamis (11/10).
Keikutsertaan Bank Mandiri dalam sindikasi ini mengindikasikan konsistensi perseroan dalam mendukung sinergi antar BUMN pada program-program strategis Pemerintah, khususnya dalam percepatan penyediaan infrastruktur utama.
Untuk keseluruhan sektor infrastruktur, Bank Mandiri telah mengucurkan pembiayaan senilai Rp165,8 triliun hingga Juni 2018. Dari nilai tersebut, Rp39,3 triliun dialokasikan untuk pembangunan transportasi, termasuk bandara dan pelabuhan, Rp36,8 triliun untuk pembangkit listrik, Rp24,1 triliun untuk proyek migas dan energi terbarukan, Rp18,3 triliun untuk sektor jalan tol, konstruksi dan sisanya untuk pembangunan telematika, perumahan dan fasilitas kota serta sektor lainnya.
Di Indonesia Investment Forum ini, Â yang tidak kalah penting adalah penandatangan kesepakatan investasi yang telah masuk ke dalam proyek-proyek Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.Â
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan total dana sebanyak 95 persen diperoleh dari investor luar negeri. Forum kesepakatan kerjasama ini diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Dengan nilai perkiraan investasi langsung senilai Rp 200 triliun di 21 proyek BUMN.
Forum ini diciptakan untuk menghubungkan para investor dan para pemangku proyek dalam menciptakan investasi yang dapat mendukung pertumbuhan Indonesia. Sehingga pembiayaan infrastruktur tidak hanya dibiayai oleh APBN, dan BUMN tetapi juga oleh swasta dengan berbagai skema termasuk menarik penanaman modal untuk pembiayaan infrastruktur.
Adapun kerjasama investasi dan pembiayaan yang ditandatangani adalah sebagai berikut:
1. Strategic Partnership antara PT GMF AeroAsia Tbk dan Airfrance Industries serta KLM Enginering & Maintenance
2. Partnership senilai USD 500 juta antara GMF AeroAsia dan China Communications Contruction Indonesia
3. Peluncuran penawaran kerjasama strategis bandara Kualanamu oleh PT Angkasa Pura II (Persero) kepada investor, senilai hingga USD 500 Juta
4. Strategic Partnership senilai USD 100 juta antara PT Pindad (Persero) dan Waterbury Farrel
5. Strategic partnership senilai USD 320 juta antara PT Aneka Tambang Tbk dengan Ocean Energy Nickel International Pty. Ltd
6. Strategic Partnership senilai USD 850 juta antara PT Inalum (Persero), Antam dan Aluminium Corporation of China Limited
7. Kerjasama senilai USD 500 juta antara PT KAI (Persero), PT INKA (Persero) dan Progress Rail (Caterpillar Group)
8. Kerjasama senilai USD 185 juta antara PT Boma Bisma Indra (Persero) dan Doosan Infracore serta Equitek
9. KIK-Dinfra senilai USD 112 juta oleh PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta pernyataan efektif OJK
10. RDPT PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta AIA, Taspen, Wana Artha, Allianz dan Indonesia Infrastruktur Finance (IIF) senilai USD 224 juta
11. Kerjasama investasi senilai USD 6.5 miliar antara PT Pertamina (Persero) dan CPC Corporation Kerjasama investasi senlai EUR 150 juta antara PLN dan KfW
12. Kredit investasi Senilai USD 523 juta dari Bank Mega kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk pembangunan ruas tol Pekanbaru - Dumai
13. Asset monetization senilai USD 336 juta oleh Hutama Karya dengan ICBC, MUFG, Permata Bank, SMI
14. Kredit Sindikasi USD 684 juta kepada Hutama Karya dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan SMI
15. Investasi senilai USD 310 juta antara Menjangan Group, ITDC dan Amorsk Group
16. Investasi senilai USD 198 juta antara PT Wijaya Karya (Persero), ITDC dan Menjangan Group
17. Kerja sama pembiayaan proyek Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika antara ITDC dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) senilai USD 248 Juta
18. Kerjasama Hedging nilai tukar berbasis Syariah senilai USD 128 juta antara PT SMI dan Maybank
Jadi, di AM IMF-WB ini, melalui Indonesia Investment Forum 2018, mendapatkan investasi di atas 200 trilyun. Bukan angka yang tidak sedikit. Dan tentunya ini sangat penting bagi Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H