Mohon tunggu...
Thomas Jan Bernadus
Thomas Jan Bernadus Mohon Tunggu... Penulis - A Freelance Blogger

blogger free lance

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Braven", Bukan Aksi dan Bukan Petualangan

10 Februari 2018   14:40 Diperbarui: 10 Februari 2018   14:57 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: livingpaleo.co

Melihat poster film Braven yang terpampang di jaringan bioskop XXI, dengan menampilkan Jason Momoa yang saya tahu dari Game of Thrones dan perannya sebagai Aqua Man di Justice League membuat keinginan saya menonton film ini sangat besar. Seru nih kayaknya.

Ketika film ini akhirnya tayang, saya yang kebetulan berada di XXI Mall Artha Gading, langsung beli tiket dan ingin menonton. Sekali lagi dengan ekspektasi ini film seru. Full action.

Ketika film dimulai, saya mulai agak bingung dengan opening film ini. Lebih menggambarkan landscape dengan pegunungan dan salju. Firasat saya mengatakan ini sepertinya film bukan film penuh aksi atau film laga.

Berlanjut ke cerita awal, kekecewaan saya mulai tampak. Ya saya berharap memang ini film penuh aksi dari awal, setidaknya ada tanda-tandanya lah. Tapi ini juga tidak ada tanda-tandanya lagi.

Huft banget dah!

Sumber foto : imdb.com
Sumber foto : imdb.com
Malah yang ditunjukkan di awal-awal film adalah hubungan bapak Anak antara Joe Braven (Jason Momoa) dan Bapaknya yang agak sedikit terganggu kejiwaannya. Setelah itu adegan beralih ketika salah satu anak buah Joe Braven menyimpan narkoba di cabin milik Joe Braven.

Ternyata ini adalah cerita utama film ini.

Jason yang ingin berdiskusi dengan orang tuanya di Cabin tersebut, menemukan Narkoba yang milik salah satu bandar narkoba di cabin. Kebetulan pula, sang Bandar ingin mengambil Narkoba tersebut.

Joe kemudian berusaha menyelamatkan ayahnya dan anaknya (yang ternyata secara sembunyi-sembunyi ikut ke cabin), dari serangan bandar narkoba dengan anak buahnya.

Film ini ternyata ceritanya biasa-biasa saja. Dan bahkan sangat dangkal. Cuma masalah narkoba yang ingin diambil oleh sang Bandar. Karena Bandar Narkoba ingin membunuh keluarga Joe, dia kemudian melawan.

Pikiran saya langsung mengingat film The Revenant. Suasanya mirip. Beda setting tahun saja. Perlawanan Joe dan ayahnya terhadap serangan bandar Narkoba dan pasukannya yang hanya empat orang tersebut juga tidak seru. Makin kecewalah saya.

Memasang Jason Momoa dengan badan besar, awalnya saya pikir bakal penuh aksi. Ternyata tidak. Tidak ada yang spesial di film ini. Sangat tidak spesial. Biasa-biasa saja.

Ketegangan juga tidak begitu terasa di film ini. Dukungan movie score atau iringan musik hanya membuat ketegangan, tapi ketegangan tidak dapat juga. Saya malah bisa sedikit menebak adegannya.

Berharap akting brilian? Film seperti ini apa yang kita harapkan untuk sebuah akting yang brilian. Tidak perlu karakter yang kuat. Dan, sekali lagi, saya sangat kecewa.

Nilai film ini? 6/10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun