Kalau kita ke Jogja, atau Yogyakarta, sudah pasti atau kemungkinan  besar, kita akan berwisata ke lokasi yang cenderung sama. Misalnya ke  Keraton, atau misalnya ke Malioboro atau sejumlah lokasi wisatanya  seperti Pasir Gumuk atau pantai yang berada di Jogja.
Kini, ada sebuah lokasi wisata baru dan unik yang baru hadir di  Yogyakarta. Lokasi wisata ini berada di Desa Panggungharjo, Kecamatan  Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nama lokasi wisata ini adalah Kampung Mataraman.
Mungkin kita akan bertanya, lokasi wisata seperti apakah Kampung Mataraman ini. Okei, mari kita memulai ceritanya ya!
Kampung Mataraman ini, merupakan lokasi wisata dengan nuansa Desa. Â Itu sudah jelas dari namanya yang ada "Kampung" atau "Kampoeng".
Kampung Mataraman ini, konsepnya sebenarnya adalah tempat makan. Iya  tempat makan. Tapi jangan berharap ini konsep tempat makan berupa  restoran mewah meskipun tradisional. Jelas tidak!
Memasuki Kampung Mataraman ini kita akan melewati sebuah jembatan.  Jembatan dengan nuansa "ndeso" atau pedesaan. Ada sebuah saluran air  kecil dengan air nan jerning.
Eits, saya lupa. Di bagian depan dari Kampung Mataraman ini ada  semacam gapura dan gerbang masuk yang unik. Terbuat dari Bambu. Begitu  juga ketika kita melewati jembatan, ada semacam jalan masuk unik yang  juga seperti beratap bambu. Instagrammable atau lokasinfoto yang bagus  untuk postingan di instagran lah pokoknya.
![dokumentasi pribadi](http://bacirita.id/wp-content/uploads/2017/11/img20171126150000566476790.jpg?t=o&v=770)
Ada yang namanya "limasan" atau semacam hall dengan nuansa tempo  dulu, rumah joglo yang masih berbentuk asli, tanpa modifikasi. Limasan  ini bisa menjadi tempat kita menggelar pertemuan semisal arisan atau  reunian. Duduknya? Lesehan.
![dokumentasi pribadi](http://bacirita.id/wp-content/uploads/2017/11/img20171126151229-711217087.jpg?t=o&v=770)
![dokumentasi pribadi](http://bacirita.id/wp-content/uploads/2017/11/img201711261512441623624746.jpg?t=o&v=770)
DI bagian sebelahnya lagi, adalah tempat yang akan dipakai sebagai kantor atau tempat untuk mengelola kantor ini.
Semakin kita masuk ke dalam, nuansa desanya akan semakin terasa. Ada  kolam ikan dengan jembatan bambunya. Tidak hanya itu, jalan di bagian  dalam Kampung Mataraman ini, masih terbuat dari batu alam. Keren sekali  memang tempatnya. Nuansa desanya sangat terasa dengan lingkungan asri.
![dokumentasi pribadi](http://bacirita.id/wp-content/uploads/2017/11/img20171126151219-321281247.jpg?t=o&v=770)
Yang menarik perhatian saya dari Kampung Mataraman ini adalah  pembangunannya yang menggunakan dana desa melalui Badan Usaha Milik Desa  atau Bumdes Panggung Lestari.
Semenjak tahun 2014 lalu, atau sudah tiga tahun, Undang-undang Desa  mulai diberlakukan. Salah satu guna dari Undang-undang Desa ini adalah  untuk memajukan pedesaan.
Melalui Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes, dana desa kemudian  dimanfaatkaan untuk pemberdayaan masyarakat desa. Salah satunya dengan  membangun kawasan wisata seperti Kampung Mataraman ini.
Kampung Mataraman ini sendiri, memanfaatkan tanah kas desa seluas  enam hektare. Sangat luas. Dan yang kerennya lagi adalah, yang bekerja  di Kampung yang mengambil konsep desa di era kerajaan Mataram ini,  adalah warga setempat atau warga Desa Panggung Harjo.
Ibu Poni dan Ibu Temu yang saya temui di Kampung Mataraman ini  bercerita kepada saya, sebelum bekerja di Kampung Mataraman, mereka  bekerja di tempat lain. Mereka kemudian beralih ke Kampung Mataraman  karena memang kampung Mataraman ini untuk memberdayakan masyarakat  setempat.
Mulai dari memasak, menyajikan makanan hingga merawat Kampung  Mataraman ini dilakukan oleh Warga Desa Panggungharjo. Tidak ada warga  lain.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi atau  Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo mengatakan, Kampung Mataraman ini  merupakan salah satu hasil kreasi masyarakat desa menjadi Produk  Unggulan Kawasan Pedesaan atau Prukades.
Dengan adanya Kampung Mataraman ini, masyarakat desa bisa merasakan manfaat dari Dana Desa.Â
Karena unik dan Kampung Mataraman ini pembagunannya menggunakan Dana  Desa melalui BUMDes, selama dua hari dari 26 hingga 27 November di gelar  Rembug Nasional Desa 2017.
Yang datang lebih dari 4000 kepala Desa, Bupati hingga Mendes PDTT.Â
Ketika memberikan sambutan, Mendes PDTT pak Eko Putro Sandjojo  memaparkan empat program prioritas yaitu Prukades, Embung, Bumdes dan  Sarana Olahraga Desa.Â
Mendes PDTT juga memaparkan soal dana desa yang jumlahnya terus meningkatÂ
Selain jumlahnya yang terus meningkat, persentase serapan dana desa  juga terus meningkat. Bahkan Mendes PDTT Optimis Dana Desa tahun 2017  ini akan terserap 100 persen.
Sumber Foto : bacirita.id
Tulisan ini juga bisa dibaca di bacirita.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI