"Kau bisa menyebutku seorang chef, berpengalaman mengolah makanan"
"Oh, ya aku suka nasi goreng. Apa itu di nasi goreng dengan daging kambing uhhh......sedap"
Aku menangkap maksudnya. Tentu nasi goreng dengan irisan daging kambing dan minyak samin di daerah kebon sirih yang dia maksud.
"Tidak punya siapa-siapa aku bertualang di pulau ini. Dulu aku tinggal di Ubud, namun semakin hari semakin ramai saja disitu. Berisik. Maka aku memustuskan untuk pergi."
"Sampailah aku disini. Tempat ini bagus untukku menghabiskan umur."
"Owww, haloo. Ini anjingku". Matanya berbinar sambil tangganya mengelus seekor anjing berbulu hitam yang menghampiri kami. Aku membuang muka. Tidak tega menatap yang ada didepanku. Seekor anjing kumal, dengan kudis disekujur badannya dan berbau menyengat seolah bahagia bertemu rekannya.
"Anjing ini hampir mati tertabrak mobil. Aku memberinya air dan makan, lalu dia sembuh. Dia tak akan mau dipanggil oleh orang selain aku" katanya sambil terus mengusap kepala anjing itu. Aku menunduk, perasaanku campur aduk. Entahlah.
"Sudah malam. Pulanglah. Basuh badanmu dan istirahat, kau tentunya lelah seharian menjelajah daerah ini" pungkasnya sambil tertatih-tatih bangkit dari kursi. Berjalan pelan ia kearah warung. Diikuti anjingnya.
Aku terdiam.
Pulang.