Mohon tunggu...
Tomi Nugraha
Tomi Nugraha Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memuliakan Wanita Melebihi Hukum Adat

25 Februari 2019   10:38 Diperbarui: 25 Februari 2019   14:57 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wanita melahirkan atau pasca melahirkan sering juga aktivitasnya dibatasi oleh tabu-tabu yang tidak boleh dilanggara misalnya, wong wadon sing entas lahiran ulih pirang-pirang dina ora ulih dodok slonjor ning arep umah soale setan ngintili. Yang artinya perempuan melahirkan selama beberapa hari tidak boleh duduk selonjoran di depan rumah, takut di ikuti setan; dan sebagainya.

Banyak tabu di Banten yang berlaku untuk perempuan semua usia, dari mulai anak-anak gadis, ibu-ibu hamil maupun perempuan-perempuan lain pada umumnya. Diantara tabu-tabu yang sampai sekarang masih bertahan dan masih di ingat oleh perempuan Banten adalah "wong wadon mah lamun nyapu aja setengah-setengah matak olih lakine brewokan". Artinya perempuan tidak boleh menyapu setengah-setengah nantinya dapat suami brewokan. 

Lalu tabu selanjutnya awewe mah ulah mam dina mangkok, bisi jauh jodoh. Artinya perempuan tidak boleh makan di mangkok, nanti jodohnya jauh. Dari tabu-tabu di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa di balik tabu tersebut mengandung pesan yang kaya akan nilai-nilai moral yang harus dijunjung tiggi oleh masyarakat setempat. 

Larangan-larangan tabu secara implisit mengandung etika kesopanan dan moral bagaimana manusia harus berprilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku di masyarakat itu sendiri.

 Perlindungan Kedudukan Wanita Di Mata Adat. 

Dalam tabu atau larangan-larangan terkandung sebuah pesan dan nilai moral yang harus di jaga dan dilestarikan. Agar mereka mampu mengkontrol tindakan dan sikap agar sesuai dengan budaya dan moral setempat. Melihat tabu-tabu di masyarakat Banten kita dapat menyimpulkan bahwa perempuan adalah mahluk yang lemah sehingga perlu di jaga dari bahaya dan kesulitan, terutama dari roh-roh jahat.

Budaya tabu di masyarakat Banten Tidak jauh berbeda dengan budaya matrilineal yang berkembang di masyarakat minang sejatinya adat telah mengatur dan menjaga perempuan dari ancaman-ancaman kesulitan yang akan dihadapi oleh perempuan. 

Budaya Matrilineal telah menjaga wanita dari kesulitan-kesulitan ekonomi dengan memberikan kekuasan penuh atas harta dan tahta diwariskan kepada kaum wanita karena menyadari perempuan itu merupakan mahluk yang lemah dan harus dijaga dan dipenuhi segala macam kebutuhannya.

Dari kedua budaya ini kita dapat belajar bahawasanya kita harus memuliakan wanita. Mulaiakanlah wanita melebihi adat menjaga dan melindunginya. Fitrah perempuan yang lemah menjadi alasan terpenting untuk menanamkan cinta dan kasih khususnya kepada kaum perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun