Mohon tunggu...
Tomi Pratama
Tomi Pratama Mohon Tunggu... wiraswasta -

I am a 22 years old male, graduated from Andalas Univers ity.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Awit Mashuri: FPI Bukan Preman

14 April 2012   11:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:37 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah papan pemberitahuanbergambar segitiga hijau dengan tulisan Front Pembela Islam yang terpampang menegaskan bahwa gang itu merupakanjalan menuju kediaman seorang anggota ormas yang terkenal keras dalam aksinya. Tawa riang anak-anak bermain mewarnaisempitnya gang itu. Beberapa lelaki bergamis putih berwajah sangar berbincangdi sebuah sudutmushalla kecil di pemukiman padatitu.Di depan sebuah rumah yang berukuran kecilitu, terucaplah salam dari lisan yang gemetar di siang itu. “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,”seorang lelaki membalas salam dari dalam rumah sambil membuka pintu. Sosok pria kekar berkaos oblong dan bersarung hijau kotak-kotak kemudian muncul dari balik pintu. Wajahnya angker, namun jabat tangan penuh persahabatan melunturkan kesan angker Bapak tiga anak ini.

“Susah ya cari tempat ane?” kata pria kekar yang bernama lengkap Awit Mashuri. Dia adalah salah satu tokoh berpengaruh di FPI. Sepak terjang lelaki jebolan Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Huda Pemalang ini dimulai sejak tahun 2002 dan langsung menjadi Ketua DPC( Dewan Perwakilan Cabang) FPI dari wilayah Pademangan. Satutahun kemudian kemudan diangkat menjadi Juru Bicara Laskar FPI (2003-2006). Di akhir tahun 2006 hingga 2007 karirnya menanjak menjadi Sekretari Daerahdi DPD ( Dewan Perwakilan Daerah ) FPI Jakarta. Musyawarah Nasional FPI di tahun 2008 mengukuhkan beliau sebagai wakil sekretaris Jendral DPP (Dewan Perwakilan Pusat) FPI hingga sekarang.

Suara lantang penuh semangat ustad Awit Mashuribergema di rumah sederhana itu. Percakapan serius yang diselingi guyonanmenjadi semakin hangat dan akrab ketika sang ustadz bicara dengan dialeg betawi yang kental. Beliau semakin tertawaketika dimintai keteranganmengenai kekerasan yang terkait langsung dengan organisasi yang telah digandrunginya selama kurang lebih 15 tahun.“Ana rasa ini tidak akan terjadi. Permasalahanya adalah ketika pelaku maksiat ini kadang memancing kita,misalnya malah menggunakan jasa preman untuk mencegat kami,nah ini yang tidak diliput oleh Media” ungkap ustad Awit. Peran media yang kurang proporsional dalam menyajikan berita menjadi sorotan utama beliau.

Banyaknya hambatan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di Indonesia ini diakui oleh beliau. Diperlukan langkah tegas dan konkritdalam mengupayakan hal tersebut.“ Ada ikan dalam sebuah baskom, kita mau ambil ini ikan,nah kita menghindari air di dalam baskom ini keruh agar kita bisa ambil ikan tersebut, namun ikan ini susah ditangkap dan gesit. Malahan menggigit atau bahasa betawinya “nyatok” mau ga mau ya kita tumpahin sama baskom-baskomnya.” Analogi ustadz Awit dalam memaknaisebuah ketegasan dalam upaya mengembalikan Indonesia yang bersih dari kemaksiatan dan kemungkaran.

Beliau mengerutkan keningdan menaikkan nada bicara ketika disinggung mengenai premanisme di tubuh FPI. “ Masa kita ahli ibadah dibilang preman, ngasalitu orang ngomong.” Ungkap Ustadz Awit berapi-api.Namun beliau mengakui bahwa kebanyakan anggota dan simpatisan adalah orang – orang kalangan menengah ke bawah. “Orang yang ikut dalam organisasi ini adalah orang – orang yang mempunyai ruh yang ingin membrantas kazhaliman, dan yang biasa merasakan hal tersebut adalah orang – orang yang kalangan bawah dengan pendidikan yang “press” juga” jelas ustadz yang sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan yang sempat terputus. Walaupun dengan komposisi anggota seperti itu, bukan berarti FPI menjadi suatu organisasi yang tidak jelas. Dijelaskan bahwa organisasi yang diketuai oleh H.Habib Rizieq ini memiliki AD/ARTbahkan mempunyai SOP dalam pelaksanaan aksi. “Dalam melakukan aksi kita akan melayangkan surat terlebih dahulu ke RT,RW,Pejabat Kelurahan, Kepolisian,bahkan sampai ke presiden” Kata ustadz Awith. Beliau juga menambahkan bahwa ada beberapa aksi yang prosedurnya sampaitiga tahun.

Lelaki asli Pademangan ini juga menjelaskan keterkaitan langsung dirinya dalam upaya pemboikotan FPI di Kalimantan Tengah. “ Kami tidak pernah memasksakan FPI di wilayah itu, tapi ada beberapa kalangan yang malahan memin

1334404519954898534
1334404519954898534

ta kami.” Beber Ustads Awit ketika disinggung tentang kerusuhan di Tjilik Riwut Palangkaraya.Dengan penuh bijak beliau menambahkan “ Mungkin mereka disana belum mengetahui arti pentingnya dakwah dalam Islam, ya tidak bisa kita paksakan.” Sekali lagi beliau menyayangkan peran media yang terkesan membuat FPI terpojok dalam kasus ini.

Dari percakapan yang panjang itu ustad awit menegaskan agar umat Islam semua bisa berpikir bijak sehingga tidak mudah menjudge sesuatu. Perlunya memperluas cara pandang dalam menyikapi permasalahan yang terjadi sangat membantu kita untuk berpikir bijak. “Kita mesti luaskan dulu pandangan kita terhadap kekerasan ini.” tegas ustad Awit.Mengajak orang menuju kebaikan dan kebajikandengan kekerasan tentunyasalah. Namun “pembiaran” kemungkaran dan kemaksiatan jauh lebih salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun