Mohon tunggu...
paramita ayuningtyas
paramita ayuningtyas Mohon Tunggu... -

2 things: a designer and melankolia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

sebuah cerita tentang hening (dan menggapai mimpi)

1 Oktober 2011   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah waktu itu, saat ujian masuk universitas terkemuka di kota Bandung, Saya dan sepupu memilih FKU dalam formulir pendaftaran Kami. Kami mengikuti ujian bersama. Dan hanya salah satu dari Kami yang lolos ujian tersebut. Ya...hanya Saya! 

Saat itu, semua orang mengusahakan membantu pendanaan, terutama Yangti. Bapak sangat mendukung untuk berkuliah di FKU. Tetapi gemalau pun datang. 'bagaimana dengan Mamas, yang juga akan masuk kuliah tahun ini? bagaimana dengan kelanjutan pendidikan Adik Saya nanti?'

Saya tahu, uang dapat dicari. Tapi akan sangat bersalah kalau saja keluarga harus mengeluarkan puluhan juta setiap semesternya, hanya untuk perkuliahan Saya. Bagaimana dengan keperluan lainnya? Saya pikir, untuk menjadi sukses bukan hanya memilih menjadi Dokter. Pekerjaan apapun dapat Sukses. tergantung pribadi masing- masing. Pekerjaan apapun dapat menolong sesama, tergantung niat tulus ikhlasnya. Insya Allah..

Tapi tentu saja, no one can change my dreams. Hati boleh kelabu, tapi masa depan jangan dong. aseekk..hihihi.

Beruntungnya dapat kuliah dan mendalami hal yang disukai, meskipun Bapak hampir belum dapat menerima. Hingga tahun ke-2 dan ke-3 pun Bapak masih menyogok Saya agar mau mendaftar di FKU lagi. Tapi, cukuplah. Saya punya pilihan yang bagus. Teman-teman yang kompak dan menyenangkan. Bahkan Kami sering menginap di studio kampus, untuk mengerjakan tugas bersama. Semua itu tentang menyenangkan! Teman, kampus, makanan, udara, dan Bandung.

Singkatnya, 4 tahun kemudian Saya lulus kuliah. Sejak saat itu Saya tidak mau bergantung dengan orang tua. Wah, engga mudah deh untuk mulai berdikari. Awalnya hanya bekerja freelance. Melamar pekerjaan ke salah satu Arsitek ternama di bilangan sumur batu pun ditolak. hehehe...

Tapi Saya tidak pernah lupa kalau Saya punya mimpi. Kerja di bilangan Sudirman Jakarta. Memang tidak mudah untuk hidup di Ibukota. Keras, Bung! Tapi apapun akan diusahakan untuk mengejar mimpi, termasuk meninggalkan kota penuh kenangan yang nyaman, Bandung.

Alhamdulillah, kawasan Sudirman Jakarta sekarang telah menjadi tempat berkreasi sehari-hari. Saya hanya ingin membuat Bapak-Ibu bangga dan bahagia. Saya ingin membuktikan kepada semuanya, bahwa dengan semua profesi Kita dapat menggenggam sukses. Mungkin, akan diawali dengan ibukota. Selanjutnya, memiliki brand sendiri pun menggiurkan ya.. :)

ya...tapi dengan sangat menyesal, mengapa Saya pernah mempunyai perasaan sebal yang luar biasa kepada Yangti? Tapi itu dulu, teman. Saya ingat, Saat itu 2 Agustus sore bulan lalu, sedang menunggu sang Kekasih untuk menjemput di pelataran kantor. Selagi menunggu Adzan Magrib untuk berbuka puasa, Saya menyiapkan coklat kesenangan. Entah kenapa pagi harinya Saya bercermin dan tidak suka dengan setelan Saya hari itu: kemeja hitam, jeans gelap, jam hitam, tas selempangan hitam, dan converse hitam. Saya benci setelan itu, tetapi entah kenapa hati saya kekeuh  untuk tetap memakainya. Udara sore itu terpantau biasa saja. Tidak mendung, tidak panas. Semua terasa damai. Sampai pada akhirnya tiba-tiba pukul setengah enam sore, seperti ada udara kencang dari arah timur. Aneh. Saya melihat sekeliling. Ini aneh. Setelah udara itu reda, ada bbm masuk. Oh, dari Masuput. Tumben sore-sore.. ya..seketika air mata mengalir ketika tulisan Pit, Yangti meninggal itu tertera di layar telepon selular. NO!! Oh Tuhan, Saya sangat menyesal. Maafkan Saya selama ini telah berperasaan buruk kepada Yangti. Tidak ada maksud apapun. Saya hanya sakit hati diperlakukan seperti itu. Namun sekarang Saya sadar, Yangti berbuat seperti itu supaya Saya dapat menjadi Wanita hening yang tegar, yang kuat seperti Beliau. Beliau mengajarkan, semuanya tentang from nothing to something. Sekarang Saya tahu ya Rabb, maaf atas selama ini. Smoga Engkau menerima amal-ibadah Yangti, melancarkan jalannya, dan melapangkan kuburnya. Tolong sampaikan kepadanya, bahwa, "Saya telah menerima pesannya, terimakasih atas segala pelajaran tidak mengenakkan yang akan menjadi hasil yang mengenakkan. Insya Allah..."    Love you Yangti, Salam untuk Yangkong dan Uyut yaaah :)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun