Mohon tunggu...
paramita ayuningtyas
paramita ayuningtyas Mohon Tunggu... -

2 things: a designer and melankolia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

sebuah cerita tentang hening (dan menggapai mimpi)

1 Oktober 2011   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

 

      [caption id="attachment_134396" align="alignleft" width="300" caption="taken from: http://weheartit.com/entry/8809542"][/caption]          

Mari awali dengan rahasia :)

yah..ini rahasia ya..hehe. dalam mengungkapkannya, biasanya hanya pada 3 kepada. satu, kepada diri sendiri. dua, kepada Ibu. Tiga, kepada diary. dan ini mungkin penambahan keempat. kepada siapapun, untuk berbagi :D

Diawali (lagi) dengan pindahnya keluarga Kami ke salah satu Ibukota Prov. di Sumatera. 12 tahun yang lalu, saat Bapak pindah tugas, semua itu berawal. Akhirnya Kami tinggal bersama Yangti (baca: Eyang putri). Pastinya akan banyak cerita yang dapat Kami sampaikan kepada Anak-Cucu kelak. Berkumpul, ya..Kami bahagia. Berceloteh bercengkerama bersama, Kami riang. Berkegiatan bersama, Kami nyaman. Berselisih pandangan, ya...Saya tidak suka. Tapi dari hal inilah semua hal tentang 'kehidupan' dimulai.

Sejalan dengan kepindahan, Orang tua Kami memilih sekolah swasta terbaik di provinsi Kami, karena mungkin saja Kami kecewa dengan sekolah-sekolah negri sebelumnya. Sekolah terbaik, staf Pengajar terbaik, murid-murid luar biasa terbaik, dan biaya pendidikan yang kurang baik (sekitar Rp. 90.000an masa itu). Ada barang ada harga ya..hehe.. Dan yang tidak habis pikir adalah, Murid-murid itu makannya apa ya? Air liur walet? Sup teratai? Akar ginseng berumur 200tahun? S U P E R sekali mereka. wow!

Sekolah terbaik dalam hal eksakta tentunya akan membuat kelimpungan bagi Murid seperti saya yang lebih menggunakan otak kanan. Nilai-nilai pelajaran disetiap ujian caturwulan pun merosot drastis. MERAH. WOW! Saya suka merah, tetapi tidak pada raport Saya. Masalah kecil pun dimulai. Yangti membanding-bandingkan dengan sepupu lainnya yang kebetulan seangkatan tetapi berbeda sekolah. Saya pikir 'pantas saja, sekolah Saya lebih JUARA dibanding sekolahnya.' Hampir setiap dibandingkan, Saya selalu menangis dan mengadu kepada Ibu. Tetapi Ibu baik sekali, selalu mengangkat kembali. Itu satu alasan bagi Saya bahwa Saya harus SAKSES!

Saat memasuki SMA, inilah waktu pembuktian. Saya dan sepupu pun bersekolah di tempat yang sama. Dan tau apa..Saya menduduki peringkat jauh lebih tinggi dan mendapatkan kelas yang lebih baik. Ini adalah pembuktian awal. Saya bahagia :)

Berikutnya, dunia perkuliahan. Sejak masa SMP Saya selalu mengidamkan menjadi seorang desainer dan tinggal di kota Bandung. Maka dipilihlah jurusan Desain Interior di salah satu tempat perkuliahan terbaik di Bandung. Hidup di kota orang memang tidak mudah. Lebih tidak mudah lagi kalau dibanding-bandingkan secara tidak langsung. Saat itu reuni teman-teman Eyang. dan saat ditanya oleh seorang temannya, Beliau menjawab: "iya..3 cucu saya kuliah di Jogja, semua ambil kedokteran"

Seketika gelap. Entah apa yang dapat melukiskan keadaan kala itu. Orang tua pun tidak tahu akan hal ini. Saya hanya menyimpannya sambil terus berucap "Lalu Saya ini APA? hanya seorang cucu calon desainer ataupun seniman yang tidak akan pernah tahu apa masa depannya dibandingkan seorang calon dokter yang sudah pasti masa depannya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun