Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mari Belajar Kehidupan dari Dunia Malam

11 Februari 2018   06:27 Diperbarui: 11 Februari 2018   20:17 7939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai mengambil peran yang berbeda. Dari seorang pencari gadis untuk mendapatkan kesenangan menjadi seorang pria pencari wanita untuk "diubah". Saya mulai merayu, melakukan penawaran gila. Tapi setiap kali saya memberikan sesuatu yang menarik, ternyata tidak mudah bagi mereka untuk percaya.

"Hei, manis kalau kamu mau mengerjakan pekerjaan ini maka kamu akan saya kasih uang yang besar. Oke, nanti kamu datang ke kantor ya di daerah Ngagel," kataku demikian.

Apakah berhasil? Tidak juga. Ternyata lebih mudah bagi mereka untuk berada di kamar hotel dengan seorang pria yang baru mereka kenal daripada dengan saya yang mungkin telah satu room berberapa kali untuk bertemu di kantor. Bagi mereka mustahil ada pekerjaan yang mudah dilakukan. Itu hal yang tidak mungkin. Kecuali penawasan saya hanya kamuflase untuk sebuah tujuan yang sangat jahat.

Bagi mereka dengan alasan pendidikan yang rendah, latar belakang keluarga yang serba susah kadang juga tidak utuh rasanya tidak mungkin mengalami hal-hal seperti itu. Uang besar harus diperoleh dengan pengorbanan besar. Harus jual tubuh. Harus minum. Harus tidur dan seranjang dengan pria tua. Mengorbankan harga diri. Itu adalah pengorbanan yang sebanding untuk tiap lembar uang yang mereka peroleh. Sehingga banyak dari mereka menganggap saya pembohong.

Puluhan wanita saya rayu untuk mencoba. Tapi tidak ada yang berminat. Lebih tepatnya menolak dan segera menganggap saya bak germo yang mencari wanita hingga ke pelosok perkampungan.

Beruntung dari setiap kegagalan yang saya alami saya belajar banyak. Saya mencoba memasuki alam pikiran dari gadis-gadis malam ini. Akhir saya menemukan cara terbaik. Meskipun tidak serta merta berhasil saya akhirnya mendapatkan satu orang gadis yang mau bekerja dengan saya.

Saya mengawalinya dengan sebuah pancingan yang paling ia sukai. "Uang mudah". Begitu saya menjanjikan hal yang menarik dan ia percaya seketika itu saya berikan ia....uang. Lalu saat ia melakukan apa yang saya perintahkan, saya berikan ia uang. High cost memang. Namun untuk kemanusian tentu tidak ada batas nilai uangnya. Strategi yang saya terapkan layaknya menangkar harimau dengan menebar banyak daging di sejumlah mulut perangkap.

Ia lalu bekerja dengan saya. Saya memulai melihat kemampuannya. Ia cantik dan sesungguhnya juga smart.Ia mampu berkomunikasi dengan baik. Kemampuannya merayu cukup luar biasa. Maka saya mencetaknya menjadi seorang marketing dan testimoner. Tugasnya adalah mencari orang-orang yang ingin produknya dipasarkan olehnya melalui medsos lalu ia berperan sebagai model.

Dan ia mulai mengerjakan apa yang saya minta, dan apa yang saya perkirakan benar. Banyak orang yang mulai terpengaruh kecantikannya dan siap bekerja sama dengannya. Ia mulai mendapatkan apa yang kemudian ia katakan sebagai easy money berbeda dengan easy money yang ia pahami di dunianya sebelumnya.

Tapi jelas memberikan dia uang tidak saja cukup. Ini adalah pengikat yang paling lemah. Saya lalu memberikannya citra yang baru. Emotional support. Karena saya telah memiliki staf sebelumnya maka saya masukkan menjadi bagian dari mereka. Ia mendapatkan kehormatan dan penghargaan yang tidak pernah ia peroleh sebelumnya. Ia tidak lagi dinilai sebagai hanya semata-mata karena kecantikannya melainkan dari profesionalismenya.

Saya mencari wanita lainnya, saya mendapatkannya lagi dan lagi. Dan menempatkan mereka di tempat yang pas dengan passion mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun