Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Para Wanita Ini Memilih Dunia Gelap yang Mereka Tahu Salah?

7 Mei 2017   22:33 Diperbarui: 8 Mei 2017   10:00 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia lalu bertanya soal pekerjaannya. Saya menjelaskan panjang lebar. Lalu ia sepakat jika akan datang ke kantor untuk bekerja dengan saya.

Sayapun menunggu. Dan…kembali lagi ia tidak hadir. Lalu saya bertemu lagi dengan dia dengan rasa kecewa berat. Tapi kali ini saya melihat satu titik wajah yang sepertinya tidak tulus. Saya menarik nafas. Saya sepertinya sudah salah mengerti,

Persepsi Saya Berubah

Saya tidak punya motivasi lain untuk membantu Intan selain untuk murni untuk menolongnya. Saya selalu berpikir bahwa orang yang bekerja di dunia gelap adalah korban situasi. Tapi pertemuan saya dengan Intan membuat saya merenung.

Pertanyaan saya mengapa Intan enggan bekerja di tempat yang baik saat ia ada kesempatan?

Sayapun menyadari bahwa Intan bertindak secara rasional. Meski mengindahkan etika. Ketika Anda bisa mengirimkan Rp. 200.000 per bulan dengan asumsi kerja 25 hari, maka pendapatan Anda dari tips saja adalah sebesar Rp. 5 juta. Sementara UMR Jakarta hanya 3 juta. Lalu ini belum termasuk gajinya sebesar Rp. 3 juta. Maka setiap bulan seorang PL (pemandu Lagu) seperti Intan mendapatkan income Rp. 8 juta. Angka yang fantastik. Melampau gaji seorang manajer di sebuah perusahaan menengah.

Dan ini adalah pendapatan untuk sebuah pekerjaan yang hanya membutuhkan keberanian untuk menurunkan standar moral. Tidak perlu  cerdas, cukup merayu, berani minum minuman keras, dll maka uang diperoleh dengan mudah. Anda tidak perlu harus dikejar target penjualan, diomelin oleh bos, kerja dari pagi hingga subuh.

Sementara itu Intan berada dalam sebuah komunitas tertutup yang setiap hari membicarakan pembenaran atas apa yang mereka lakukan, Mungkin saya menjadi salah objek olok-olok mereka sebagai laki-laki lugu yang telah terpengaruh oleh cerita sedih mereka. Lalu mereka tertawa. Mereka hanya menghargai seorang pria yang cukup kaya dan bisa memberikan mereka tips yang besar. Mereka juga bersedia meninggalkan profesinya jika sang pria berani membayar mahal setiap bulannya.

Lalu yang terpenting adalah konsepsi mereka tentang hidup. Hidup itu adalah untuk bisa happy, menikmati gaya hidup konsumerisme. Bisa beli baju bagus, terlihat wah di medsos, beli HP mahal, sesekali jalan-jalan. Meskipun kalau ditanya mereka selalu menjawab melakukan itu semua karena anak. Padahal mereka tidak pernah hadir untuk anak mereka, dan dengan pekerjaan lainpun mereka masih bisa menghidupi anak mereka.

Saya teringat saudara saya yang datang ke Jakarta dengan kondisi sangat miskin. Tapi hidupnya benar-benar ditujukan untuk keluarganya. Ia berjuang keras. Bekerja dengan halal dan hidup dengan sederhana. Ia menabung uangnya untuk sekolah. Ia berusaha mencari bea siswa untuk bisa kuliah. Dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia meraih gelar sarjana, mendapatkan pekerjaan yang baik. Ia pun bisa melanjutkan ke pascasarjana dan kini ia telah meraih posisi penting di sebuah perusahaan. So, ia selalu meyakini sebuah hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan kerja keras.

Sementara Intan dan rekan-rekannya berupaya mencari sesuatu yang mudah. Saya percaya mendapatkan rezeki yang terlalu mudah akan membawa kita kepada dunia hitam. Dan ketika Anda masuk ke dalam dunia ini, maka Anda akan terperangkap dengan mimpi bahwa Anda bisa mendapakan kekayaan dengan cara mudah dan semuanya akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun