Mohon tunggu...
Tok Dalang
Tok Dalang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Freelancer

Pecinta dunia gemerlap

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Gemerlap Tak Pernah Tidur

9 Februari 2024   06:53 Diperbarui: 24 Maret 2024   05:25 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini tentang musik kaum muda. Musik yang mampu membawa mereka ke dunia lain. Dunia tanpa waktu kemarin dan esok. Dunia yang cuma punya waktu sekarang. Kaum muda menikmati musik seperti ini sembari bergoyang di bawah lampu kelap-kelip. Sekarang mereka menyebutnya musik ajeb-ajeb atau dugem (dunia gemerlap). Tapi dulu ia bernama disko.

Adapun tempat untuk melakukan tariannya mereka ini bernama Diskotek. Diskotek sendiri berasal dari bahasa Perancis yang artinya perpustakaan piringan hitam. Diskotek berbeda dari klub malam. Mereka memang jenis hiburan malam, sama-sama buka hanya pada malam hari. Tetapi diskotek tidak menyajikan musik langsung dari band atau penyanyi, melainkan lewat piringan hitam.

Musik Disko ke Indonesia

Musik disko tak perlu menunggu lama untuk tersebar ke berbagai belahan dunia. Seorang pengusaha muda bernama Ahmad Fahmy Alhady membuka diskotek pertama di Indonesia dan Asia Tenggara pada November 1970.

Tahun-tahun berikutnya diskotek lain bermunculan seperti Guwa RAMA, Mini Disco, Pit Stop, Disco 369, dan Samantha Disco. Begitu catatan majalah Mas, No. 70, Agustus 1975, dalam artikel "Ajojing di Discotheque Lebih Murah Sebab No Hostess."

Instagram 

Pada masa seperti ini, masa dimana digitalisasi sangatlah berkuasa. Beberapa teman media bahkan banyak yang pindah haluan untuk meliput atau bahkan mengumpulkan video-video berbau dunia gemerlap (dugem) untuk diabadikan di dalam akun-akun Instagram mereka.

Bahkan beberapa dari akun-akun Instagram itu saat ini mampu meraup keuntungan dari konten-konten yang mereka upload harian. Ntah itu dari postingan berbentuk poto, reels maupun story di Instagram nya mereka.

Sebenarnya hal seperti itu sangatlah lumrah dan sah-sah saja. Namun saat ini yang jadi masalah adalah sebagian besar dari akun-akun Instagram yang menerima endoresement itu mempromosikan tentang hal-hal yang dilarang oleh hukum. Contohnya seperti promosi pada situs judi online, konten pornografi berbayar  bahkan sampai alat peraga seksual yang didagangkan secara online.

Adapun akun Instagram yang cukup konsisten untuk mengupload setiap hari adalah @dunidugem_. Sebenarnya cukup unik isi konten yang diupload oleh admin @dunidugem_, selain terhibur dari konten yang berisi gadis-gadis muda yang berjoget dengan lincahnya yang dibekali juga oleh lekukan tubuh yang mungkin menjadi incaran para lelaki hidung belang, isi dari caption yang ditawarkan oleh admin dari @dunidugem_ juga terkadang mengocok perut dari followers yang mengikutinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun