Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Koalisi Perubahan Terancam Gagal

21 Januari 2023   22:40 Diperbarui: 21 Januari 2023   22:51 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sekalipun partai Nasdem sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres yang mereka usung di tahun 2024, tapi tampaknya upaya itu tidak berjalan mulus.Sebab Nasdem tidak bisa mengusung Anies sendirian.Oleh karena itu Nasdem harus berkoalisi dengan partai lain agar memenuhi ambang batas suara 20 % sebagai syarat mengajukan capres.

Perolehan suara Nasdem di Parlemen saat ini hanyalah 9,05 persen.Upaya koalisi agar dapat mengusung Anies Baswedan sebenarnya telah diupayakan.Lewat koalisi perubahan bersama partai Demokrat dan PKS, Nasdem berupaya agar pencapresan Anies bisa memenuhi syarat.

Namun sejak Nasdem mendeklarasikan Anies pada 3 Oktober 2022 lalu, belum ada deklarasi bersama antara Nasdem, PKS dan Demokrat untuk mengusung Anies sebagai capres.Sempat dikabarkan bahwa koalisi perubahan akan mendeklarasikan capres sekaligus cawapres pada awal tahun ini.Namun sampai sekarang belum juga terealisasi.

Bukannya tambah mesra, ketiga partai malah mulai berselisih paham.Sebab menurut Demokrat Nasdem terlalu genit karena menunjuk banyak tokoh untuk mendampingi Anies.Misalnya, Nasdem pernah menyebut mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa,  Yenny Wahid dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), hingga Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Demokrat yang sedari awal menyodorkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres tentu gerah dengan manuver Nasdem.Demokrat pun meminta Nasdem untuk menahan diri, sebab tim kecil sudah dibentuk dan tengah bekerja untuk menentukan kriteria cawapres.

Tiket cawapres ini tampaknya harga mati untuk Demokrat.disatu sisi PKS juga ingin Ahmad Heryawan yang menjadi cawapres.Kursi cawapres inilah yang tampaknya menjadi tembok besar yang menghalangi bersatunya koalisi perubahan.Apalagi Nasdem terkesan ingin memimpin dan mendominasi, tentu hal ini tidak disukai oleh PKS dan Demokrat.

Itu sebab Demokrat belakangan berkata, bahwa tidak ada deadline kapan Demokrat akan mendeklarasikan koalisi perubahan.PKS pun belakangan berkata,"Biarlah Allah yang putuskan jadi atau tidak."

Apalagi sedari awal Nasdem sudah mengesankan bahwa Anies diusung oleh mereka.Bukan diusung oleh ketiga partai.Dalam safari-safarinya bahkan Nasdem lah yang mengawal Anies.

Sejatinya adalah hal yang wajar jika PKS dan Demokrat mengajukan kadernya untuk mendampingi Anies.Sebab untuk itulah partai melakukan kaderisasi, untuk melahirkan pemimpin.

Lagi pula posisi cawapres akan cukup mengangkat perolehan suara legislatif.Seperti yang sudah terbukti saat PDIP mengusung Jokowi sebagai capres.Perolehan suara PDIP di legislatif menjadi yang terbanyak dengan 128 kursi (19,33%).

Sebab sosok capres atau cawapres akan menjadi top of mind di benak masyarakat, dari partai apa capres cawapres tersebut diusung akan membuat partai dibelakangnya diingat para pemilih.

Itulah kenapa PKS dan Demokrat bersikeras bahwa kadernya lah yang harus menjadi cawapres.Lagi pula, kalau bukan mengajukan kader sendiri, untuk apa partai bekerja keras berkampanye.Tidak make sense.

Kalkulasinya harus jelas, dan tidak semudah bayangan Nasdem yang mengajukan Anies menjadi capres, lalu meminta Anies memilih wakilnya sendiri, lalu PKS dan Demokrat ikut mendukung.Tidak semudah itu, apa untungnya PKS dan Demokrat mendukung Anies dan wakil pilihannya? Ini bukan pemilihan ketua RT, ini pemilihan presiden loh.

Belum lagi persoalan aspirasi kader dalam tubuh partai.Dalam partai Demokrat misalnya, hanya ada nama sang ketua umum AHY yang wajib menjadi cawapres jika ingin koalisi perubahan terbentuk.

Jika Nasdem memaksakan kehendak dan terus bermanuver menentukan capres dan cawapres sendiri, sembari berharap  Demokrat dan PKS mendukung begitu saja, itulah yang disebut too good to be true, terlalu bagus untuk jadi kenyataan.Artinya koalisi perubahan bisa-bisa terancam bubar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun