Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tembakkan Rudal Hipersonik ke Ukraina, Putin Panik?

20 Maret 2022   20:01 Diperbarui: 20 Maret 2022   20:04 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti China misalnya, yang membuka diri pada Taiwan untuk menjadi pasar besar. Dengan begitu sekalipun Taiwan adalah wilayah nakal dan memberontak dalam pandangan Cina, dan Taiwan menganggap diri adalah negara merdeka, tapi karena ada kepentingan ekonomi yang besar di antara keduanya maka pendekatan militer bukan jadi pilihan utama.

Tahap diplomasi politik dan ekonomi inilah yang tampaknya belum dikedepankan oleh Vladimir Putin. Oleh karena itu Jhonson tidak percaya bahwa motivasi putih menyerang Ukraina karena isu bergabungnya negara tersebut pada NATO. Beberapa kali juga presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sudah mengutarakan niatnya untuk bertemu dengan Putin. Tapi sampai hari ini belum ada respon dari Presiden Rusia tersebut.

Alasan lain yang terkesan dibuat-buat kenapa Rusia menyerang Ukraina menurut Zelenskyy adalah permintaan untuk denazifikasi di Ukraina. Tuntutan ini menjadi salah satu syarat menyudahi gencatan senjata dari empat syarat yang diajukan Rusia. Tentu saja Zelenskyy keberatan dengan hal tersebut. Karena Zelenskyy sendiri adalah orang Yahudi, dan di masa lalu Nazi pernah membantai saudara-saudaranya, jadi bagaimana mungkin dia membangkitkan Nazi di Ukraina.

Justru menurut Zelenskyy tindakan Rusia lah yang seperti Nazi karena menyerang negaranya dan membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Namun ada analisa lain, konon putin menyerang Ukraina karena takut dengan iklim demokrasi yang berkembang pesat di negara tersebut. Demokrasi di ukraina menumbuhkan transparansi, kebebasan pers, kebebasan berbicara, serta pemilihan umum yang terpercaya.

Hal inilah konon yang tidak disukai oleh Putin. Putin takut kalau semangat demokrasi ini masuk ke negaranya dan menciptakan revolusi. Secara tidak langsung putih takut kekuasaannya berhenti. Analisa ini juga cukup masuk akal. Sebab di negara demokrasi kekuasaan presiden dibatasi. Masa jabatannya juga dibatasi. Kewenangan juga didistribusikan pada lembaga legislatif dan yudikatif, sehingga Presiden sebagai eksekutif tidak bisa semena-mena memanfaatkan kekuasaannya.

Jika semangat Demokrasi ini menular pada Rusia, maka Putin pasti akan jatuh. Karena jika revolusi terjadi pasti harus dilakukan pemilu untuk menentukan Siapa presidennya.Inilah konon yang ditakutkan oleh Vladimir Putin.

Jadi tesis yang mengatakan bahwa putin sedang panik saat ini mungkin tidak berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun