Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menakar Posisi Amerika, Persulit Perdamaian Rusia Ukraina?

19 Maret 2022   18:11 Diperbarui: 19 Maret 2022   18:29 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar DW.com

Halo semuanya. Pada artikel ini saya mau sedikit memberi pendapat tentang invasi Rusia di Ukraina yang sudah lebih dari tiga minggu.Setelah mengikuti pemberitaan terbaru kok saya belum melihat serangan Rusia di Ukraina akan berhenti ya.Padahal sudah banyak perundingan dilakukan, tapi masih saja buntu.

Bahkan Rusia Ukraina sampai dimediasi oleh perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.Naftali Bennett, Perdana Menteri Israel bahkan sampai terbang langsung ke Rusia untuk bertemu Vladimir Putin.Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson  pun terus berkomunikasi dengan Putin agar invasi dihentikan.

Nah disaat para pemimpin dunia ini tampak pro pada perdamaian, yaitu mengupayakan dialog, yang justru membuat situasi tambah panas tampaknya adalah Presiden Amerika Joe Biden.Sampai sejauh ini memang yang paling royal dan mendukung Ukraina adalah Amerika.

Secara resmi Amerika telah mengumumkan kucuran dana 1 miliar dollar AS (Rp 14,3 triliun) untuk membantu Ukraina.Tentu bukan uang yang dikirim tapi senjata.Memang betul sih, Ukraina butuh bantuan senjata untuk menghadapi invasi Rusia.Tanpa bantuan itu mungkin saat ini Ukraina sudah jatuh ke tangan Rusia.Faktanya, perlawanan Ukraina sangat sengit yang membuat Rusia cukup kewalahan.

Tapi entah kenapa menurut saya, Joe Biden tidak mengambil bagian terbaik dalam perannya sebagai Presiden Amerika Serikat dan juga pemimpin NATO (North Atlantic Treaty Organization).Yang terbaru Joe Biden justru secara resmi mengecam Vladimir Putin sebagai penjahat perang.Tentu pihak Rusia marah dan menyebut ucapan Joe Biden sebagai tindakan yang tak termaafkan.

Menyebut seseorang dengan istilah penjahat perang tidak main-main loh.Menurut beberapa ahli, penjahat perang adalah istilah hukum yang harus melewati penelitian lebih dulu.Nah selama ini kekhawatiran Putin adalah Amerika dan sekutunya seperti berupaya menarik Ukraina menjadi anggota NATO.Disinilah menurut saya Joe Biden tidak mengambil bagian terbaik, padahal perannya sangat sentral dalam konflik ini.

Seandainya Joe Biden melakukan apa yang dilakukan  Erdogan, Naftali Bennett,Boris Johnson  dan Emmanuel Macron saya yakin konflik akan segera mereda.Apalagi jika Biden meyakinkan Rusia bahwa mereka tak akan menarik Ukraina sebagai anggotanya.Menurut saya jika ego dan prasangka dikesampingkan, permasalahan ini cukup sederhana untuk diselesaikan.

Tentu akan ada pihak yang tidak puas.Seperti Ukraina misalnya, sebagai negara yang berdaulat tentu mereka ingin bebas menentukan arah kebijakannya.Tapi nampaknya Volodymyr Zelenskyy, sebagai presiden Ukraina harus belajar dari Taiwan.Bukankah sampai hari ini China terus menekan Taiwan dan menganggap Taiwan adalah wilayahnya.Tapi Taiwan merasa mereka bukan bagian dari China.Bagi China Taiwan adalah wilayahnya yang membangkang dan nakal.

Para pemimpin Taiwan tahu, jika mereka gegabah mendeklarasikan kemerdekaan, atau secara agresif membangun hubungan bilateral dengan berbagai negara itu akan menyulut kemarahan China.Menteri Taiwan teleponan dengan menteri Amerika saja China marah kok.Apalagi saat pejabat Amerika datang ke Taiwan, China sangat kesal dan menganggap itu sebagai tindakan provokatif.

Kembali pada isu Ukraina, sekarang posisinya rumit.Biden sudah membuat Putin tersinggung dengan ucapannya.Biden juga bikin marah Putin karena bantuan senjata yang dikirimkannya ke Ukraina.Sekarang Zelenskyy terus berkomunikasi dengan Biden, melihat kondisi begini bisa jadi Putin makin panas dan tidak suka dengan Zelenskyy, akhirnya Ukraina akan terus diserang.

Itu kenapa Naftali Bennett pernah menghardik Zelenskyy agar tidak terus merengek meminta senjata.Sebab permintaan itu bisa menghambat proses mediasi.Hal inilah yang tidak dipahami oleh Biden.Adalah betul Ukraina butuh senjata untuk mempertahankan diri, tapi itu bukan solusi untuk menyelesaikan konflik.

Saya pikir yang dibutuhkan adalah dialog.Sebab masalah ini muncul karena NATO berpikir bisa membawa Ukraina menjadi anggotanya.Jika Biden terus mengirim senjata ke Ukraina tanpa berbicara dengan Putin, maka Rusia tidak akan menyerah dan mungkin malah semakin ganas.Sebab ada pertaruhan gengsi militer disana.

Maka posisi Amerika dalam konflik Rusia dan Ukraina sejauh ini menurut saya belum tepat.Amerika harus berbicara dengan Rusia.Upaya memang terus dilakukan sebab baru-baru ini Biden sudah berbicara langsung dengan Presiden China, Xi Jinping.Dalam pembicaraannya, Amerika dan China sepakat untuk mendorong perdamaian, apalagi mereka adalah dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Walaupun secara spesifik belum ada langkah-langkah kongkrit untuk meredakan serangan Rusia di Ukraina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun