Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tutorial Hidup Santai

5 Maret 2022   19:36 Diperbarui: 5 Maret 2022   19:48 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar Pixabay

Misalnya, beberapa teman saya saat ini sudah ada yang jadi pengacara dan punya kantor hukum sendiri, ada yang jadi hakim, sipir, mc wedding terkenal, punya ini itu dan sebagainya. Sementara saya hanyalah pria tampan yang menjadi budak corporate. Kalau saya menilai diri saya dengan cara seperti ini, pasti hidup saya akan grasak-grusuk, tidak tenang, setres, dan mungkin frustasi.Tapi karena saya mencoba  berpikir progresif maka saya bisa melihat kemajuan dalam hidup saya.

Contoh berpikir progresif, Jika dulu kita bebannya seputar cicilan motor, cicilah hape, uang kuliah, sekarang bebannya adalah cicilan rumah, menabung untuk renovasi rumah, menabung untuk beli mobil, dan nguli cari duit yang banyak untuk melamar Mikha Tambayong. Lihat, sekalipun terkesan tidak mencapai financial freedom, tapi secara beban ada peningkatan disana. Berani mencicil rumah artinya ada peningkatan penghasilan.

Ada peluang membeli mobil sederhana artinya ada management keuangan yang baik, ada pekerjaan yang settle, dan semua ini adalah contoh hidup yang berproges. Maka setres akan hadir secukupnya, seperti meneguk segelas kopi sedikit demi sedikit, setahap-demi setahap hidup terasa nikmatnya.

Lagi pula ya dipikir-dipikir, apakah kalau kita setres, berpikir keras sampai stroke, hidup akan berubah secara tiba-tiba? Tentu tidak.Maka sudah paling benar, hidup itu harus dinikmati. Seperti minum kopi, pahitnya dinikmati, manisnya dinikmati, semuanya dinikmati.Gagal dinikmati, lagi di bawah dinikmati, lagi di atas dinikmati. 

Thiss too shall pass, hal ini pun akan berlalu. Tidak ada yang abadi bukan? Masalah, kegagalan, kesedihan, semuanya pasti akan berlalu. Demikian juga dengan kesenangan, kekayaan,ketampanan, kecantikan semua juga akan berlalu seiring waktu.Jadi tak ada perasaan yang boleh terlalu digenggam.

Biarkan semua hadir sesuai dengan waktu dan fungsinya.Semua ada fasenya.Beberapa orang sedang dihadapkan dengan persoalan pendidikan, yang lain persoalan kesehatan, yang lain masalah di pekerjaan, yang lain lagi cobaan dalam kepemimpinan. Semua orang punya masalah, semua fase ada tantangannya, yang membuat perbedaan adalah respon kita dalam mengolah permasalahan itu. Bukankah semua perspektif ini bicara tentang seni menjalani hidup.

Orang yang sabar berproses akan mengalami progres.Dia melihat hidupnya meniti tangga, setapak demi setapak menuju ke atas.Dia mengukur dan bersyukur memang segitulah kemampuan dan tenaganya. Jadi tak perlu berlari yang malah membahayakan diri. Berjalan cepat tahunya tersandung lalu terjerembab. Lebih baik berupaya maksimal dengan menyerahkan hasilnya pada Tuhan. Siapa tahu Tuhan bumbui upaya kita dengan keberuntungan, sehingga hasil yang didapatkan lebih banyak dari yang dipikirkan.

Bukankah dengan berpikir demikian kita melibatkan sisi spiritual yang menenangkan? Tidak sekedar mengandalkan logika yang malah sering memberi kekhawatiran. Ada bagian kita sebagai manusia, dan ada bagian Tuhan sebagai Pencipta. Jika kita mau mengasah perspektif seperti ini bukankah hidup harusnya terasa lebih santai dan indah ? Aduh saya sudah seperti pendeta saja...

Selamat mencoba...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun