"Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat (PD) Marzuki Alie mengungkapkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menyebut Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali. Marzuki menceritakan soal itu dalam bincang-bincang yang ditayangkan di kanal Akbar Faizal Uncensored di YouTube."JPNN.com
Di Hotel Sheraton Bandara, Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dengan Marzuki Alie. Dalam pertemuan itu SBY mengungkapkan niatnya untuk mencalonkan diri jadi calon presiden tahun 2004 dengan menggandeng Jusuf Kalla alias JK. Di situlah SBY menyebut nama Ketua Umum PDI Perjuangan  Megawati Soekarnoputri yang saat itu sebagai Presiden RI sekaligus calon petahana.
"Bu Mega akan kecolongan dua kali ini," ujar Marzuki menirukan ucapan SBY.
Lebih lanjut Marzuki menjelaskan maksud 'kecolongan dua kali' itu. Kecolongan pertama bagi Megawati ialah ketika SBY memutuskan maju di Pilpres 2004.Adapun kecolongan kedua bagi Megawati ialah ketika SBY memutuskan menggandeng JK. Sebab, JK saat itu merupakan menteri koordinator kesejahteraan rakyat di Kabinet Gotong Royong.
Dendam Abadi Megawati
Perang Dingin Antara SBY dan Megawati Sebenarnya bukan cerita baru. Nyaris tidak pernah terjadi komunikasi atau pertemuan antara Megawati dan SBY sejak SBY berhasil menjadi Presiden dua kali berturut-turut. Megawati menganggap SBY adalah menterinya yang berkhianat. Nyaris tidak ada pertemuan kenegaraan yang dapat menjadi simbol perdamaian antara Megawati dan SBY.
Kisah ini sebenarnya sudah lama terkubur karena tidak ada kejadian relevan yang harus membuat kisah pengkhianatan itu terangkat kembali ke permukaan. Namun karena merasa diusik oleh Agus Harimurti Yudhoyono dengan isu kudeta beberapa waktu yang lalu, akhirnya Marzuki Alie keluar dari sarangnya. Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat (PD) itu mengungkapkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menyebut Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali.
Tapi saya akan mengesampingkan dulu kaitan isu ini dengan Agus Harimurti Yudhoyono. Saya akan coba mendalami dulu dua kecolongan yang dialami Megawati.
Pertama, ini adalah kecolongan dimana SBY mencalonkan diri jadi presiden lewat Partai Demokrat. Tentu Megawati tidak berharap bahwa sosok yang ditunjuknya sebagai Menko polhukam akan menjadi lawannya dalam pilpres selanjutnya.Â
Tentu saja Megawati merasa ditusuk dari belakang. Dan saat itu Indonesia baru saja lepas dari iklim orde baru yang otoriter. Sosok pemimpin tertinggi Masih disandarkan pada ada orang yang berlatar belakang militer.Â
SBY sendiri adalah presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Megawati tentu tidak akan memberi jabatan pada seseorang yang menyiapkan jabatan sebagai panggung untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi.
Namun ketulusan Megawati ini ternyata dimanfaatkan oleh SBY untuk mencalonkan diri jadi presiden di tahun 2004. Kejadian ini tampaknya begitu membekas di benak Megawati sehingga sampai hari ini hubungan keduanya tidak pernah mencair.
Apalagi kita tahu bahwa Megawati adalah sosok yang sangat keras wataknya. Dan tampaknya sampai kedua tokoh ini wafat tidak akan pernah ada perdamaian di antara keduanya.
Kedua, Jusuf Kalla. Tampaknya Megawati tidak terlalu menaruh dendam kepada Jusuf Kalla sekalipun menterinya yang ini menjadi wakil SBY. Terbukti dalam periode pertama Presiden Jokowi Jusuf Kalla didapuk menjadi wakilnya. Jusuf Kalla sendiri memutuskan untuk maju menjadi capres dan memutuskan untuk bertarung dengan SBY di tahun 2009. Tampaknya ada Perbedaan visi misi yang mendasar antara SBY dengan Jusuf Kalla sehingga perpecahan ini terjadi.
Penderitaan Mega dan Jokowi Sang Juru Selamat
Dua kali bertarung melawan SBY dua kali Megawati harus menelan kekalahan. Periode 2004 sampai tahun 2014 adalah tahun-tahun penuh penderitaan bagi Megawati. Bagaimana tidak, 10 tahun Megawati membawa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai oposisi yang Teguh. Tak sedikit pun Megawati bergeming untuk bergabung menjadi koalisi SBY.
Namun dua periode penuh penderitaan itu dibayar lunas dengan kehadiran Jokowi. Kehadiran Jokowi juga kini membawa penderitaan pada Partai Demokrat. Dalam dua periode kepemimpinan Jokowi Partai Demokrat seperti terombang-ambing. Walaupun demokrat hancur karena dirinya sendiri yang korup, tapi tampak sekali bahwa tidak ada panggung bagi Demokrat dalam kepemimpinan Jokowi.
Secara politis ada energi dan spirit Megawati dalam mengesampingkan partai Demokrat. Bahkan Agus Harimurti Yudhoyono tak diberi panggung untuk menjadi menteri muda dalam kabinet Jokowi saat ini. Sekalipun sudah mendekatkan diri tampaknya energi Megawati terlalu kuat untuk menolak perdamaian yang begitu saja pada pengkhianatan SBY. Kini tampaknya skor sudah imbang dan Megawati berpotensi menambah skor. Sebab dalam pilpres di tahun 2024 PDIP tampaknya masih menjadi kapal bagi tokoh unggulan calon presiden. Dan Partai Demokrat kini Malah semakin babak belur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI