Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tsamara-Ferdinand Wakili Tradisi Buruk Era Jokowi yang Dipopulerkan Ganjar

10 Februari 2021   11:27 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:36 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar tribunnews.com

"Walaupun mendapatkan rezeki yang banyak, Pak Ganjar tidak pernah bersyukur dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha. Pak Ganjar termasuk orang yang
a. beruntung
b. beriman
c. rugi
d. sukses"

Kutipan di atas adalah contoh soal yang menjadi viral dalam buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit Tiga Serangkai. Dalam tulisan Sebelumnya saya sudah mengutarakan kritik pada mereka yang bersikap reaktif pada isu ini. 

Saya menganggap mereka yang mengartikan contoh soal di atas dengan usaha untuk menjelek-jelekkan nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sangat berlebihan. Sederhana saja alasannya, ada begitu banyak nama Ganjar di Indonesia. Lagipula seperti yang sudah diklarifikasi pihak penerbit Tiga Serangkai, soal itu sudah ada dari tahun 2009,  soal itu tidak berubah dalam cetakan buku selanjutnya karena tidak ada kurikulum yang berubah secara signifikan.

Tapi buat saya pribadi hanya orang picik yang mengaitkan pertanyaan di buku pelajaran tersebut dengan isu politik. Mereka yang mengaitkan pertanyaan tersebut dengan isu politik sesungguhnya merusak pendidikan Indonesia. Bagaimana mungkin mereka bisa mengaitkan nama dalam soal tersebut dengan upaya menjatuhkan karir politik Ganjar Pranowo. Dari sekian banyak orang yang merespon soal di buku pelajaran tersebut dengan sangat bodoh, antara lain ada Ferdinand Hutahaean dan Tsamara Amany. Mari kita simak pernyataan Ferdinand Hutahaean di bawah ini.

"Ini buku sekolah apa? Ini propaganda yang kotor. Sesungguhnya ini pola propaganda yg jahat dan bentuk pencemaran nama baik orang bernama "Ganjar" terlepas itu dari politik. Terlebih saat ini ada politisi Ganjar yg sdg naik daun krn kinerjanya."Ferdinand Hutahaean

Bagi saya komentar Ferdinand ini sangat terasa menjilat. Tapi orang bijak sekalipun menjilat biasanya pilih-pilih dan berusaha terlihat natural. Saya tidak tahu apakah orang seperti Ferdinand ini masih punya malu atau tidak.

Saya juga pendukung Jokowi tapi saya tidak setuju dengan pernyataan Ferdinand. Kalau saya jadi pemimpin perusahaan penerbit tiga serangkai saya akan ajak debat terbuka orang ini. Karena pernyataannya sangat ngawur dan bodoh. 

Yang saya takutkan nanti begini, begitu ada sebuah nama yang dijadikan ilustrasi soal, akan dibenturkan dengan sosok tertentu karena dihubungkan dengan politik. Padahal ada berapa banyak nama Ganjar di Indonesia.Padahal yang dimaksudkan soal tersebut bukan Ganjar Pranowo. Apalagi buku tersebut dicetak di tahun 2009.

Sekarang mari kita lihat pernyataan Tsamara Amany.

"Salut dengan respons Pak Ganjar yang rileks. Fitnah & serangan semacam ini begitu murahan. Bisa-bisanya menggunakan buku pelajaran sebagai upaya menjatuhkan lawan politik."Tsamara Amany

Bagaimana mungkin seseorang yang kuliah di luar negeri dan mencitrakan diri sebagai generasi milenial bersikap seburuk ini. Justru harusnya Ganjar dikritik karena turut mengomentari isu yang sebenarnya tidak penting. 

Kader PSI ini benar-benar menyudutkan dunia pendidikan karena hasrat politiknya yang buta. Sebagai kader muda harusnya Tsamara berpikir open minded, bukan malah menuduh soal tersebut sebagai upaya serangan politik terhadap Ganjar.

Masih banyak pendukung pemerintah dan pendukung Ganjar yang memaknai "nama Ganjar" dalam pelajaran tersebut secara barbar. Inilah yang saya sebut dengan tradisi buzzer yang sangat buruk yang dilahirkan di era Jokowi.Buzzer-buzzer ini harus ditertibkan kalau ingin Indonesia aman dan cerdas. Karena Tak jarang mereka menggoreng suatu isu dengan sikap yang tidak bersahabat dan merugikan pihak lain. Mari hentikan kebodohan ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun