Saya tidur sejenak ketika sabtu siang kemarin tiba di rumah.Kebetulan di hari sabtu saya hanya bekerja setengah hari.Ketika terbangun sekitar jam empat sore, cuaca mendung, dan gerimis mulai turun pertanda hujan akan segera tiba. Sama seperti sore-sore lainnya di bulan Januari ini. Saya buka jendela dan meresapi indahnya terjebak di rumah, saat hujan turun di sore hari.Berbagai pilihan menyenangkan muncul untuk mengisi waktu, beli cemilan, makanan berat, atau menonton.
Lalu saya melihat beberapa foto yang dibagikan teman di grup whatsapp.Kebetulan di parkiran kantor sebelum pulang, kami berfoto bersama. Saya pun membagikan foto tersebut di Facebok sambil menulis status.
"Bersyukur memiliki sebuah pekerjaan.Libur menjadi hari perhentian yang indah saat kita sudah mengisi hari-hari sebelumnya dengan bekerja.Tubuh kita adalah kendaraan untuk mencapai tujuan, dan pekerjaan adalah kapal untuk menyeberangi lautan, karena hidup itu seperti berjalan menuju satu pulau ke pulau lainnya."
Begitulah gambar besar kehidupan.Sebagai sebuah kendaraan tentu tubuh membutuhkan bahan bakar.Dan bahan bakar itu adalah semangat. Kalau tubuh sehat tapi semangat tidak ada, maka apa yang diusahakan tidak akan maksimal hasilnya. Kalau semangat ada tapi tubuh tidak sehat maka segala upaya tidak akan efektif dalam prosesnya.Maka sejatinya manusia hanya perlu dua modal utama, yaitu tubuh yang sehat dan jiwa yang penuh semangat.
Itu kenapa jangan terlalu mudah untuk mengeluh.Ada orang yang punya semangat tapi tubuhnya menderita penyakit berat, kadang sangkin parahnya penyakit yang dideritanya, seluruh semangatnya hanya dapat tersalur pada upaya bertahan hidup dan usaha agar tetap bersukacita dalam penderitaannya. Ada orang hanya karena bekerja tidak sesuai passionnya saja langsung merasa seperti orang paling menderita di dunia.
Di dunia yang semakin kompetitif dan disruptif seperti sekarang ini, akan banyak profesi yang dulu adalah primadona tapi sekarang kehilangan lahan kerjanya.
Seperti profesi wartawan misalnya.Kita melihat bagaimana media massa mulai mem-PHK para jurnalisnya karena koran cetak mereka harus berhenti dari peredaran. Sebab ada perubahan perilaku membaca masyarakat yang beralih pada media digital.Ngotot pada mimpi dan passionmu dan tak mau mengerjakan hal lain adalah bentuk kemalasan tidak memberdayakan diri. Saat saya menyadari hal ini, saya menutup mimpi saya menjadi wartawan, tapi saya tidak berhenti menulis.Sebab passion saya terletak pada "menulisnya" bukan profesi "wartawannya."
Silahkan berjuang untuk setiap tujuanmu, tapi dalam perjalanannya, menepilah pada titik-titik dimana kamu bisa menghasilkan agar tidak menjadi beban untuk orang, yang bukan dirimu.Itu sebabnya saya juga menganalogikan bahwa hidup itu seperti melintasi sebuah pulau, untuk sampai diseberang kita butuh kapal.
Dalam prakteknya, kapal ini bisa perusahaan tempat kita bekerja atau usaha-usaha mandiri yang kita ciptakan.Maka selama hidup manusia harus mentautkan dirinya dalam pekerjaan yang menghasilkan.
Mulai lah menjadi orang yang berorientasi hasil. Bukankah tujuan semua pekerjaan adalah menghasilkan uang? Sampai hari ini setidaknya ada dua hal yang membuat saya terus menyemangati diri untuk bekerja.
Pertama adalah keinginan. Motivasi untuk punya rumah, mobil, dan barang-barang impian adalah dorongan yang terus menstimulasi agar giat bekerja.Kedua adalah ketakutan. Saya tidak ingin di masa tua hidup miskin dan melarat lalu jadi beban untuk orang lain.Itu adalah hidup yang mengerikan!
Inilah dua dorongan dari dalam diri yang terus memproduksi semangat agar  tak letih, baik berpindah dari satu kapal ke kapal lainnya, atau setia pada satu kapal dan tegar mengiring perjalanannya.Maka jika seluruh hasrat tujuan kita sudah difasilitasi dengan tubuh yang sehat, kita harus mencari kapal lalu turut mendayungnya agar sampai ditujuan.
Saat saya menganggur, saya merasakan betapa mengintimidasinya setiap pergantian hari.Jika enam hari lamanya kita tidak bekerja dan tak berbuat apa-apa, maka hari ke tujuh tak akan jadi hari peristirahatan yang indah.Bahkan tubuh yang dimanjakan dengan rasa malas berlama-lama akan mencapai titik jenuhnya.Maka isilah rutinitas dengan pekerjaan yang menghasilkan, minimalisirlah waktu untuk meratapi diri dan mengecam kehidupan.
Dunia tidak adil? Memang.Karena dunia memang bukan surga.Bahkan semakin hari dunia semakin tidak ideal untuk dihuni.Merebaknya wabah, rusaknya alam karena iklim, meningkatnya kriminalitas, hingga sikap egois para pemimpin negeri, turut berkontribusi pada merosotnya kualitas bumi dan isinya. Untuk situasi seperti ini camkanlah teori Boristoteles yang saya ciptakan di bawah ini,
"Situasi sosial ekonomi saat ini memang sulit, Kondisi ini merangsang kita untuk mudah menyalahkan keadaan.Maka bersikaplah seperti ini: untuk kesejahteraan umum dan kepentingan bersama bersikaplah seolah-olah kehidupan kita sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.Tapi untuk kemajuan pribadi bersikaplah seolah-olah negara ini tidak bisa dipercaya.Apa yang kita cari dari sikap seperti ini? Keseimbangan.Disatu sisi kita tetap punya beban untuk bersuara pada permasalahan di masyarakat.Di sisi lain, kita tahu bahwa kita tidak boleh menggantungkan keberlangsungan hidup kita pada siapapun."
Maka tujuan semua ini adalah keseimbangan.Tubuh yang sehat diimbangi dengan semangat yang bergelora.Semangat yang berapi-api diimbangi dengan tubuh yang sehat. Dalam bekerja, target perusahaan diimbangi dengan target pribadi.Banyak orang bekerja mati-matian, tapi lupa kalau dia mati perusahaan tinggal cari gantinya.
Ada juga yang kerja asal-asalan lupa sudah menerima gaji bulanan.Maka bekerja keraslah tapi tahu batasnya.Saat yang kita kejar adalah keseimbangan maka kita tahu bagaimana harus merawat diri yang adalah kendaraan, bagaimana harus merawat perusahaan yang adalah kapal untuk kita menyeberangi lautan, kita juga tahu bagaimana menstabilkan semangat yang adalah bahan bakar untuk setiap pergerakan.
Semangat, tubuh, pekerjaan atau usaha mandiri adalah modal paling berharga yang Tuhan berikan.Tidak semua orang diberi anugerah untuk memiliki ketiga modal dasar ini.
Terutama dalam hal kesehatan tubuh.Bahkan kalau sejatinya kita punya kesehatan tubuh saja, itu adalah sebuah kebaikan dari Tuhan. Kita tinggal mencambuk diri supaya semangat. Usaha bisa dibangun, pekerjaan bisa dicari.Dan semua upaya itu akan lebih indah dan bisa dinikmati proses serta hasilnya di atas tubuh yang sehat dan jiwa yang kuat.
Bersyukurlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H