"Halahhh..!! Krisis mulu, dari tahun kemarin begini terus koar2nya tp tak terbukti. Bahkan saya diblok krn sy membantah pernyataannya tahun lalu. Saya sdh bilang bahwa pernyataan berlatar kebencian pasti tak objektif tp subjektif sesuai selera. Payah..!" @Ferdinandhutahaean
Isu hutang pemerintah tampaknya selalu jadi fokus dan kegelisahan Rizal Ramli. Hutang juga selalu menjadi sumber kritik Rizal Ramli kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan juga Jokowi. Sebagai seorang pakar ekonomi tampaknya hal itu sah-sah saja. Seperti baru-baru ini Rizal Ramli kembali melontarkan kritik keras kepada Jokowi.
Menurut Rizal Ramli ambruknya perekonomian masyarakat bukan saja karena pandemi virus Corona belum berlalu. Namun karena pemerintah mulai mengalami kesulitan likuiditas keuangan. Saat ini persediaan uang di tengah masyarakat sudah berkurang.
Mantan Menko Perekonomian itu mengatakan, berkurangnya likuiditas tersebut karena dana lebih banyak tersedot ulah pemerintah lebih banyak menerbitkan surat utang negara (SUN). Pemerintah menerbikan SUN dengan prosentasi yang lebih tinggi daripada dana yang disimpan di deposito. Hal itu, katanya, karena pemerintah terus berutang. Bahkan, saat ini, untuk membayar utang saja, pemerintah harus berutang.
Rizal Ramli juga mengkritik bantuan kredit kepada pengusaha besar yang diberikan pemerintah. Padahal bantuan kredit tersebut tidak digunakan pengusaha besar untuk menggerakkan roda usahanya. Sebab pandemi belum berlalu dan daya beli masyarakat tidak ada, juga masih berlangsungnya psbb sehingga dunia usaha masih sangat terganggu. Sehingga kredit kepada pengusaha besar Kebanyakan digunakan para pengusaha untuk membeli properti atau membeli emas. Sehingga bantuan itu sebenarnya salah sasaran.
Lalu Rizal Ramli mengingatkan bahwa krisis ekonomi diproyeksi bisa mengubah perpolitikan di Indonesia. “Kita lihat sejarah Indonesia, Bung Karno jatuh karena krisis ekonomi, Soeharto juga. Jadi sesuatu besar terjadi di Indonesia karena krisis ekonomi.”
Sebagai seorang pakar di bidang ekonomi tentu tidak ada salahnya pemerintah menerima masukan dari Rizal Ramli. Walaupun tampaknya terlalu gegabah dan terburu-buru mencondongkan krisis ekonomi saat ini dengan era Bung Karno dan Soeharto. Rizal Ramli tidak menjelaskan dengan lengkap indikator yang membuat pemerintahan saat ini mengalami dampak ekonomi lalu merembet pada dampak politik yang bisa menjatuhkan Presiden Jokowi.
Apalagi saat ini bukan hanya Indonesia yang ekonominya ambruk dikarenakan pandemi. Nyaris seluruh dunia saat ini mengalami persoalan ekonomi dikarenakan covid 19. Maka rasanya tidak tepat mencondongkan persoalan ekonomi hari ini dengan persoalan ekonomi era Soeharto dan Era Soekarno. Apalagi saat ini ada banyak industri yang benar-benar baru yang tidak ada di era Soekarno dan Soeharto.
Misalnya saja industri kreatif seperti YouTube, Instagram, e-sport, dan industri kreatif lainnya yang nilai transaksinya mencapai miliaran rupiah. Ditambah lagi transportasi mode baru seperti go-jek dan grab. Dengan model bisnis yang baru, aplikasi ini mampu mempekerjakan ratusan ribu orang dan menghasilkan transaksi miliaran rupiah bahkan lebih. Belum lagi industri e-commerce yang di isi pemain besar seperti Tokopedia,shopee dan lain-lain.
Selain mempekerjakan banyak orang industri ini menciptakan mata pencaharian model baru. Ditambah lagi usaha mikro kecil menengah di Indonesia masih sangat subur. Sehingga rasanya sulit membayangkan bahwa kondisi ekonomi saat ini akan kembali pada tahun 1998 yang menyebabkan Soeharto jatuh.