Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja Benar, Biar Tidak Bergantung Sama Orang

26 Desember 2020   20:32 Diperbarui: 28 Desember 2020   13:32 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Pixabay

Beberapa hari yang lalu, sembari ngopi, saya dan beberapa rekan kerja membahas tentang kehadiran Area Sales Manager baru yang di awal tahun akan menjadi atasan kami. Beberapa orang di antara kami mulai khawatir tentang karakter pimpinan kami yang baru. Apakah orangnya ambisius sehingga kelak akan menekan kami habis-habisan, ataukah orangnya kaku sehingga tidak ada waktu bagi kami untuk ngopi di kantin sebelum berangkat ke area kerja masing-masing.

Pada saat itu, banyak di antara kami waswas akan kultur baru yang akan mengganggu ritme kerja yang sudah biasa kami lakukan sehari-hari. Di tengah berbagai spekulasi buruk yang tengah kami bicarakan, seorang senior pun berujar, "Yang penting mah kita kerja yang bener, jadi gak bergantung sama orang. Mau ada atasan, atau ganti atasan, kalau kita kerja yang bener pasti aman."

Begitulah nasihat salah senior kami yang paling lama bekerja di perusahaan itu. Saya sangat setuju dengan nasehat senior saya itu. Suatu hari seorang teman berkata kepada saya, "Kerja di sini harus fokus bro, kalau gak bener pasti nanti ketahuan."

Memang industri tempat saya bekerja cukup bebas. Pagi-pagi kami datang ke kantor, sehabis itu ke lapangan, dan kerja dilaporkan memakai Google Maps ke grup Whatsapp.

Bedanya mereka yang benar-benar menjalankan proses kerja dan tidak, terlihat dari pengetahuan dan penguasaan lapangan. Mereka yang kerja benar pasti menemukan kendala dan sesuatu yang masih bisa diperbaiki. Sedangkan mereka yang manipulatif dan dilapangan hanya kirim laporan lalu kelayapan entah ke mana, pasti tidak menemukan kendala-kendala riil di lapangan.

Sebab mereka menghindari pekerjaan, dan tidak menghadapinya. Maka rasa nyaman kita dalam bekerja sesungguhnya harus lahir dari diri kita sendiri, bukan berdasarkan pengawasan orang lain yang bisa kita akali. Hanya orang yang memiliki integritaslah yang akan menerapkan hal ini. Dan orang yang memiliki integritas akan merasa bahwa beban itu ada di pihaknya.

Kemauan untuk terbeban adalah perbedaan antara mereka yang bertanggung jawab dan tidak. Namun percayalah mereka yang tidak mengikuti proses kerja dengan jujur akan resign dengan sendirinya.

Tekanan dari atasan dan target perusahaan akan menjadi tatanan alami yang menyeleksi, siapa yang sungguh-sungguh ingin bekerja, dan siapa yang tidak.

Sebelum resign dari dunia perbankan, atasan saya pernah bilang, "Kalau memang pekerjaan ini gak cocok mending mengundurkan diri dari sekarang." Karena merasa sudah mentok sayapun berhenti keesokan harinya.

Maka saya tak menyalahkan 100% mereka yang bekerja asal-asalan. Ada dua penjelasan, pertama mungkin pekerjaan itu memang tidak cocok, sehingga kita setengah hati dalam mengerjakannya. Kedua, memang kita saja yang malas bekerja, dikasih pekerjaan apapun tidak benar. Maka untuk alasan kedua ini tidak ada obatnya, sebaiknya jadi pengusaha saja, atau jadi pengangguran.

Tapi kalau masalahnya adalah alasan pertama, saya punya solusi mujarabnya. Begini, carilah pekerjaan yang proses dan pola kerjanya bisa kamu nikmati. Ada orang yang tidak suka menjadi tenaga penjual asuransi di Bank (Bankinsurance), karena bergantung dengan pihak Bank. Contohnya teman saya, dia benci banget karena harus sok imut dan menjilat costumer service, teller, hingga kepala cabang di Bank dia ditempatkan. Sebab kalau tidak ngebaik-baikin pihak Bank nanti tidak di-support, tidak dikasih referal.

Sementara teman saya itu tidak suka banyak drama. Maka sales teman saya itu pun jelek, dan akhirnya dia pindah kerja. Lalu dia pindah ke bagian kredit. Marketnya orang-orang pasar yang punya usaha. Hasilnya bagus, dia tak perlu bicara formal mendayu-dayu, tidak bergantung pada siapapun, asal dia rajin ke lapangan cari nasabah pasti dapat. Dan dia sangat menikmati proses kerjanya karena dia tidak perlu fake. Karena yang dihadapinya adalah orang-orang pasar, dia cukup ngobrol dengan gaya bicara dia sehari-hari.

Maka dalam mencari kerja carilah pekerjaan yang bisa kita jiwai. Seorang marketing kalau tidak menjiwai pekerjaannya pasti akan mengeluh kalau harus pulang malam, seorang admin akan kesal kalau tidak menjiwai tugasnya bahwa dia harus menyajikan laporan seakurat dan sedetail mungkin. Kalau sudah bisa menjiwai, kita akan menjalani ritme kerja kita dengan semangat dan energik. Kalau sudah demikian, kita akan menerima seluruh beban dan tantangan sebagai tanggung jawab yang harus kita selesaikan.

Maka akan muncul rasa malu jika kita lari dari pekerjaan terlalu sering. Jika sekali-sekali, itu adalah hal yang wajar. Misalnya di awal bulan, tidak ada salahnya rileks sejenak karena hectic di bulan sebelumnya. Sisi lain yang akan menguntungkan kita kalau bekerja benar adalah, kita bisa menempatkan diri di atas atau sejajar dengan orang lain. Bayangkan kalau kita begitu menguasai pekerjaan kita, maka atasan kita pun akan sangat ketergantungan dengan kita.

Karena ada banyak informasi yang kita kuasai, sementara dia tidak. Tapi kalau kita tidak menguasai pekerjaan kita, nanti kita jadi sisurang (serba salah).

Saya punya seorang teman yang secara struktur perusahaan statusnya independen, jadi atasannya ada di pusat. Namun karena di cabang tersebut kepala cabangnya lebih tahu informasi yang harusnya lebih dikuasai teman saya itu, maka independensinya pun hilang. Karena akhirnya teman saya itu bisa diatur-atur oleh si kepala cabang.

Maka jika kita menguasai pekerjaan kita, ada wibawa yang membuat orang segan pada kita. Apalagi jika kita bekerja dengan baik (persistence) dalam jangka waktu lama pasti citra positif akan melekat pada kita. Kalaupun sesekali malas, hal itu akan dimaklumkan dan tak menodai citra kita. Tapi kalau dalam sebulan banyak ngopi dan malasnya dibanding kerjanya, maka pas kita rajinpun tidak akan dilihat sebagai sebuah upaya kerja yang sungguh-sungguh. Samalah seperti orang yang banyak bohongnya, saat bicara jujur pun tak akan dipercaya lagi.

Maka jangalah menodai citra kita sebagai orang yang tidak berintegritas, karena butuh waktu lama untuk memulihkannya. Ambillah beban kerja yang jadi milik kita, lalu ikuti proses kerja yang sudah digariskan perusahaan. Ikutilah pedoman perusahaan, maka kita tak perlu kerja sambil ketakutan. Kalau kita melakukan proses kerja dengan benar setiap hari tanpa ada yang mengawasi, maka tidak penting lagi siapa yang mengawasi. Maka tidak penting lagi siapa atasan kita nanti. Karena kalau kita kerja benar, kita tidak bergantung sama orang.

Akhir kata saya ingin mengucapkan, selamat hari Natal untuk seluruh kompasianer yang merayakan, kiranya damai Natal menyertai kita semua.

-Penikmat yang bukan pakar-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun