Tuduhan Luhut malah lebih masuk akal. Karena bisa dilihat faktanya memang banyak tokoh yang coba mencari popularitas lewat undang-undang Cipta kerja ini. Maka argumen Luhut menurut saya lebih bisa diterima.
Lain Prabowo, lain Luhut, lain lagi dengan Ruhut Sitompul.
"Siapa raja ngeles? ya kadrun kenapa krn jelas orasinya waktu demo menolak UU Cipta Kerja 13 Oktober menyemangati para pendemo mengatakan bossnya segera kembali & akan memimpin revolusi menjatuhkan Pak Joko Widodo Presiden RI ke 7 eh sekarang ngeles revolusi akhlak MERDEKA." Ruhut Sitompul
Ruhut Sitompul lebih kepada ngomel-ngomel sembari menertawakan mereka yang merongrong pemerintahan Jokowi lewat undang-undang Cipta kerja.
Tuduhan Ruhut Sitompul sudah lebih spesifik dan mengarah kepada orang-orang yang mudah kita tebak. Ruhut Sitompul lebih aktif dalam mereaksi para penentang undang-undang Cipta kerja.
Ruhut Sitompul juga mengkritik habis mereka yang berusaha menurunkan Jokowi lewat penolakan undang-undang Cipta kerja.
Beda lagi dengan Adian Napitupulu. Kader PDIP, dan mantan aktivis ini terlihat lebih kalem. Adian bahkan sempat mengunjungi para demonstran yang ditangkap polisi.
Adian juga tidak memuji atau mengkritik undang-undang Cipta kerja. Sikap adian ini tentu membuat kita bertanya-tanya.
Kalau tidak dipuji Apakah undang-undangnya jelek?
Kalau tidak dikritik berarti undang-undangnya bagus dong.
Kenapa Adian Napitupulu Tidak seperti biasanya. Kita kenal Adian sebagai orang yang tidak mau bersikap abu-abu.