Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Motivasi Kerja Itu Tidak Perlu Banyak-banyak

17 Agustus 2020   13:46 Diperbarui: 18 Agustus 2020   11:18 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karir (Sumber: www.pixabay.com)

Banyak orang lupa, kemerdekaan finansial pertama sesungguhnya terjadi saat kita sudah tidak minta uang pada orang lain, tidak numpang makan pada orang lain, dan tidak jadi tanggungan orang lain.

Maka saya bilang, sekalipun gaji itu pas-pasan, tapi saat kamu sudah bisa mandiri, hidup dengan uang hasil kerja sendiri, ini adalah perubahan hidup yang revolusioner dan harus disyukuri.

Banyak orang baru kerja sehari, sudah lupa rasanya jadi pengangguran. Bukankah saat jadi pengangguran diri ini terasa hina? Tidak ada harga diri, suntuk, stres, apalagi kalau yang menganggur itu seorang sarjana. Pasti malu sama keluarga dan tetangga, sekolah tinggi-tinggi, tapi tidak punya pekerjaan yang bisa dilakukan.

Tak ada pekerjaan yang tidak ada tekanan dan tantangannya. Tak ada juga pekerjaan yang langsung memberikan fasilitas mewah dan menempatkanmu jadi atasan dengan banyak anak buah, kecuali kamu lulusan kampus top, atau sudah berpengalaman, itu lain cerita. Ini saya bicara dunia kerja secara umum.

Maka ada dua jenis motivasi yang dapat saya sampaikan. Pertama, hasrat dan ambisi, keduanya adalah motivasi yang biasanya banyak maunya. Punya ambisi jadi atasan dalam waktu lima tahun, punya rumah, punya mobil, uang banyak, dan segudang kemauan lainnya. Apakah motivasi ini salah? Sama sekali tidak.

Tapi jika dalam perjalanannya, mendapatkan itu semua tak semudah khayalan zaman kuliah, jangan langsung menyerah dan putus asa. Jangan juga langsung menyalahkan keadaan.

Motivasi yang kedua lebih simple dan menurut saya jauh lebih powerfull. Jadikan ketakutanmu sebagai motivasi terbesarmu. Misalnya, bapak saya dulu punya penyakit gula, sehingga mati muda. Maka setiap hari saya menjaga pola makan dan rajin berolahraga agar tidak mengalami nasib serupa dengan bapak saya.

Atau misal, kita memiliki orangtua yang miskin sehingga kita sangat menderita. Maka kita takut kalau kelak akan memberikan penderitaan yang sama pada generasi selanjutnya dalam hidup kita, maka ketakutan itu membuat kita bekerja keras.

Motivasi kedua biasanya membuat kita lebih militan dan tahan banting. Ibarat begini, kita berdiri di sebuah gedung tinggi, lalu di seberangnya ada gedung juga dan di atasnya ada uang satu milyar. Untuk mendapatkan uang itu kita harus melompat.

Orang pasti akan berpikir seratus kali untuk melompat karena takut jatuh dan mati. Tapi jika di gedung tempat kita berdiri ditaruh seekor singa yang lapar, pasti tanpa pikir panjang kita akan melompat karena kalau tidak kita pasti akan dimangsa singa itu.

Jadi milikilah motivasi yang terang dan dewasa. Dan jangan lupa bersyukurlah jikalau kamu sudah bekerja dan bisa menghidupi diri sendiri. Mungkin belum bisa beli motor, mobil, dan masih menumpang di rumah keluarga. Tapi tidak merepotkan orang lain saja itu sudah sangat bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun