Sebelumnya saya sudah menulis alasan kenapa saya tidak mempublikasikan satupun artikel saya dengan topik gaya hidup.Salah satu alasannya adalah karena saya tidak mengerti selera admin Kompasiana, atau bagaimana kriteria artikel mendapat label artikel utama belakangan ini.Okelah, menjadikan sebuah tulisan dapat label artikel utama atau tidak adalah admin, mereka berhak penuh atas hal itu.
Tapi kriteria artikel utama harus terseragamkan dalam selera admin.Jujur menurut saya, admin yang dulu, atau katakanlah cara kerja admin Kompasiana yang dulu jauh lebih baik di mata saya dalam hal mengkurasi artikel.Saya tidak tahu sekarang ini adminnya siapa, admin barukah? Atau admin lama tapi memang punya kriteria baru dalam menjadikan suatu tulisan dapat label artikel utama.
Yang manapun alasannya, menurut saya tidaklah menjawab kekacauan dalam kurasi artikel di Kompasiana.Karena menurut saya cara pelabelan menjadi artikel utama sangat random dan sulit dipahami.Buat apa admin bikin acara live bareng kompasianer, memberi tips pada kompasianer agar sebuah tulisan bisa jadi artikel utama, kalau indikator yang diberikan admin dikacaukan oleh kinerja admin sendiri.
Dulu saya bisa nebak satu tulisan yang akan jadi headline/Artikel Utama, sekarang? Saya gak ngerti.Saya curiga, karena tulisan kompasianer centang biru langsung otomatis jadi artikel pilihan, para admin ini tidak membacanya dulu.Saya gak menuduh ya.Tapi faktanya banyak artikel yang menurut saya punya semua kriteria menjadi artikel utama tapi hanya jadi pilihan.
Bahkan ada artikel yang sudah ditulis beberapa hari yang lalu, dapat label artikel utamanya baru hari ini.Tapi artikel yang baru terbit jadi artikel utama.Memangnya antrian tulisan yang bakal jadi artikel utama sebanyak itu ya sampai harus nunggu berhari-hari? Tapi kenapa ada tulisan yang baru diupload malah jadi artikel utama? Membingungkan.
Saya sebenarnya malas bahas ini, sampai tadi saya baca tulisan Andri Mastiyanto, berjudul "Menulis Itu Sulit! 7 Langkah Mudah Menjadi Penulis Pemula." Menurut saya tulisannya sangat komplit, sangat bagus dan bermanfaat, tapi kenapa tulisan yang ditulis pada tanggal 12 Juli 2020 itu hanya mendapat label pilihan?
Ada yang salah disini.Apa benar ada admin baru yang malas membaca? Atau admin lama yang teledor karena banyak artikel kompasianer centang biru yang langsung masuk kolom pilihan sehingga admin merasa tidak perlu membacanya?
Apakah karena dirasa tulisan tersebut tidak membawa sesuatu yang baru? Padahal zaman dulu, jika ada sebuah tulisan yang di dalamnya terdapat unsur pengalaman akan menjadi nilai lebih untuk dipilih menjadi artikel utama. Misalnya tulisan mas Bambang Setyawan yang penuh dengan unsur reportase di lapangan, karena beliau memang sehari-hari bergelut dengan kaum dhuafa.
Tulisan model begitulah yang membawa beliau memenangkan gelar BEST IN CITIZEN JOURNALISM & PEOPLE CHOICE 2016 Â .Sekarang tulisan reportase dilapangan begitupun kurang dihargai.Saya tunjukkan satu bukti saja.
Kalau saya yang nulis wajarlah tidak dikasih label artikel utama, tapi kalau yang menulisnya seseorang yang sudah terbukti bisa memenangkan banyak blog competition dan aktif dalam berbagai aktivitas blogging, masak sih tidak ditaruh di tempat sepantasnya.Pasti yang menulis punya integritas yang layak dipertimbangkan. Pasti dia menulis topik itu karena melihat banyak kompasianer baru, mungkin dia ingin memberi tips.Bukankah itu bagus?
Mau pakai indikator apa min? Bermanfaat? Aktual? Inspiratif? Menarik? Semuanya masuk.Saya tidak mengerti, apakah tulisan tersebut mengandung iklan? Saya tidak menemukan sesuatu yang mengganjal untuk tulisan tersebut diberi label artikel utama.Demikian juga dengan banyak artikel lain yang mungkin harusnya layak dapat label artikel utama.
Ayolah min, yang fair dong, yang lurus-lurus ajalah. Kalau kalian bikin kriteria tapi mengacaukan kriteria tersebut dengan kinerja yang terkesan asal-asalan, saya yakin makin banyak kompasianer akan menurunkan kualitas tulisannya, apalagi dengan adanya K-Rewards. Lama-lama orang mikir, buat apa saya nulis hal unik yang padat dan penuh manfaat kalau apresiasinya lebih besar buat mereka yang tulisannya saduran dari berbagai media.
Sebenarnya kadang saya mikir, kalau bukan karena embel-embel Kompas dan uang, sudah lama kayaknya ini platform hancur.Untung ada kekuatan raksasa yang kuat untuk menopangnya. Semua ini saya simpulkan bukan karena kasus ini saja, tapi perjalanan kompasiana sejak awal saya gabung.Memang saya bukan yang paling senior, tapi cukuplah untuk menyimpulkan hal yang demikian.
Saya mengambil contoh tulisan mas  Andri Mastiyanto dan  Bambang Setyawan tapi secara menyeluruh, ada gambar besar ketidakberesan kurasi artikel yang dilakukan admin kompasiana. Baik secara pola waktunya ataupun kriterianya.Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H