Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Dosa Terselubung" Pendukung Jokowi dalam Kasus Novel Baswedan

16 Juni 2020   20:04 Diperbarui: 16 Juni 2020   20:07 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak saya lihat pendukung fanatik Jokowi mengkritik video yang dibuat oleh Novel Baswedan. Saya heran, kalau bukan pada Presiden pada siapa lagi penegak hukum yang diperlakukan tidak adil secara hukum mengadu? Saya ambil contoh, di bawah kepemimpinan Xi Jinping China telah menghukum 1,3 juta koruptor di negaranya. Itu kenapa China maju begitu pesat.

Apakah Xi Jinping jaksa atau hakim? Bukan, dia itu presiden sama seperti pak Jokowi. Tapi  Xi Jinping menghembuskan spirit pemberantasan korupsi, sehingga hukum menjadi alat yang kuat untuk membuat para pencuri bertekuk lutut. Inilah yang berusaha kita dorong, agar pak Jokowi tidak terlena, maka perlu kita ingatkan.Kalau pendukungnya hanya memuji-muji terus, sungguh kalian sudah terbawa arus para penjilat yang memang dibayar untuk itu.

Mungkin pak Jokowi baik, tapi dia dikelilingi oleh orang-orang yang kita tidak tahu apa motivasinya dalam kekuasaan yang diembannya. Oleh karena itu perlu diingatkan terus, perlu kita dukung pak Jokowi dalam semangat yang benar. Jadi jangan lagi ajukan pertanyaan konyol, "Memang pak Jokowi jaksa?" Kalau dia jaksa, Novel Baswedan tidak akan mencatut namanya. Bukan tanpa alasan Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

Itu agar sebuah negara memiliki visi misi hukum yang sama dengan pemimpinnya, dalam hal ini presiden. Apalagi Indonesia ini negara hukum. 

Kita bukan mau menyalahkan Jokowi, kita mau ingatkan. Agar suara ketidakadilan itu sampai pada telinganya. Jadi mari tetap santun dalam mengkritik, sebab pujian yang salah juga adalah kesia-siaan yang merugikan.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun