Belakangan ini memang beberapa kali saya menulis fenomena kekristenan di Kompasiana.Karena saya pribadi menulis apa yang mau saya tulis. Seperti kita tahu, artikel yang kita tulis sebagian besar akan dishare oleh Kompasiana di halaman Facebooknya, yang hari ini sudah lebih dari satu juta pengikut.
Beberapa tulisan saya tentang kekristenan pun turut dibagikan Kompasiana di halaman facebooknya. Iseng-iseng saya lihat, saya agak heran juga melihat sebagian besar komentarnya. Beberapa diantaranya saya taruh di bawah. Ini hanyan untuk contoh saja.
Pertama, saya jelaskan lagi, bahwa kompasiana hanyalah wadah. Siapapun bisa menulis disini, termasuk mereka yang merasa kompasiana tak seharusnya menerbitkan tulisan dengan tema kekristenan. Walaupun saya tahu, di pikiran mereka, kompasianalah yang membuat tulisan itu, padahal kompasiana hanyalah wadah, yang menulis bukan pihak Kompasiana.
Lalu jika dikatakan Kompasiana kekurangan topik, ini pasti karena persepsinya, lagi-lagi Kompasiana yang dianggap membuat tulisan. Jadi Kompasiana dengan begitu banyak penulisnya tidak mungkin kekurangan topik. Yang ada malah kadang topiknya terlalu banyak. Mari kita lihat komentar yang lain mengenai artikel saya tersebut.
Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk kita membaca sebuah tulisan. Maka jika kita memilih untuk tidak membaca sesuatu, alangkah eloknya kalau kita tidak ikut berkomentar, karena sudah pasti komentar kita akan salah. Sebab kita tidak tahu materi yang dibahas mengatakan apa, wong kita cuman baca judulnya saja.
Jadi mengenai ketidak pahaman mereka saya sudahi sampai disini. Lalu ada juga yang berkomentar, sekalipun tulisannya benar, sebaiknya tulisan itu untuk kalangan sendiri saja. Maksudnya tulisan kekristenan saya ditulis dan disebarkan ke orang kristen saja. Pertanyaan saya, saya sebarkan melalui apa? Melalui grup WhatsApp kah?
Siapa yang dimaksud dengan kalangan sendiri? Saya jadi teringat kejadian antara Pendeta Esra Alfred Soru yang mengupload video bantahan tentang ajaran pendeta Erastus Sabdono yang dinilai oleh Pendeta Esra Alfred Soru  sesat.
Dalam hal ini saya menghormati kedua pendeta ini, dan setelah saya dengar ajarannya, memang ada perbedaan penggiringan narasi, tapi sampai sejauh ini saya masih merasa kedua ajaran pendeta tersebut baik-baik saja.
Karena Pendeta Esra Alfred Soru mengupload video tanggapan tentang ajaran pendeta Erastus Sabdono, banyak pendukung pendeta Erastus Sabdono menuding bahwa Pendeta Esra Alfred Soru hanya mencari subscriber dan adsense di youtube, makanya dia buat video tanggapan terhadap ajaran pendeta Erastus Sabdono.