Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Karakter Orang Lewat Kolom Komentar

21 Agustus 2020   09:10 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kebiasaan saya ini sama seperti kebanyakan teman pembaca. Saat menonton sebuah video di youtube atau instagram tak lengkap  rasanya jika belum melihat kolom komentar. Tak jarang kita menyimak suatu konten hanya untuk memeriksa kolom komentarnya.

Tak hanya pada konten video di platform youtube atau instagram, dalam hal membaca artikel di facebook atau media online pun, yang paling seru pasti kolom komentarnya. Bahkan saat saya menonton video klip lagu-lagu lama di youtube, saya selalu memutar lagu tersebut sembari membaca komentar netizen yang lucu hingga bikin haru.

Misalnya saat saya mendengarkan lagu "semua tentang kita" yang dibawakan Peterpan (sekarang Noah), kolom komentarnya itu berisi curhatan generasi yang mulai menua. 

Ada yang teringat persahabatan di SMA, rindu masa remaja, kangen tahun 2000-an awal, ada yang menulis pesan untuk alumni dimana dia pernah bersekolah, ada yang curhat ditinggal pergi untuk selamanya oleh belahan jiwa, ada yang nulis "yang masih dengarin ditahun 2020 like", dan berbagai komentar lain yang membuat hati mengharu biru.

Demikian juga kalau kita menyimak perdebatan politik yang ada di media sosial, pasti yang paling panas dan asyik itu kolom komentarnya. Kadang saya heran juga ada orang yang tahan berdebat begitu panjang di kolom komentar.

Dalam berbagai jenis konten yang beredar di internet, tak jarang juga saya menemukan komentar lucu, unik, cerdas, hingga komentar dari orang yang sangat teliti sehingga mampu mengoreksi kesalahan dari konten tersebut.

Ada juga komentar cerdas yang memberikan informasi lebih pada suatu tayangan yang kurang jelas, sehingga biasanya dilike banyak orang dan menjadi top coment (Muncul paling atas di kolom komentar).

Oleh karena itu buat saya pribadi membaca kolom komentar kadang sama pentingnya dengan menyaksikan kontennya. Tentu dalam batasan tertentu ya. 

Di kolom komentar ada begitu banyak pandangan yang tak jarang mampu mengalahkan argumen dari si pembuat konten. Sehingga orang yang tadinya hampir percaya bisa goyah keyakinannya saat membaca pendapat lain di kolom komentar.

Kita juga bisa memperhatikan bagaimana cara orang menyampaikan pendapatnya. Ada orang yang begitu cepat emosi, menggunakan kata kasar, mudah mencaci maki, hingga komentarnya turut dikomentarin banyak orang.

Dari sini kita bisa belajar bahwa tak semua orang teduh dalam beropini. Padahal perbedaan pendapat itu wajar dan bebas. Dari sini kita bisa membaca karakter orang dibalik akun tersebut. Apalagi kalau akunnya anonim, nama gak jelas, poto profil gak jelas, bisa dipastikan dia bukan orang yang dewasa dalam bermedia sosial.

Buat saya pribadi menggunakan nama asli dan poto profil asil itu penting. Agar kita terbiasa menyampaikan hal-hal yang bisa dipertanggung jawabkan. Akun-akun anonim yang menyampaikan komentar dengan barbar, mungkin dibuat sengaja agar identitas aslinya tidak diketahui. Dari sini kita bisa membaca motif orang dibalik akun tersebut.

Ada lagi orang yang kalau berkomentar seperti tidak nyambung. Dari sini kita belajar bahwa kemungkinan besar orang tersebut tidak menyimak atau membaca sampai habis konten yang dia komentari.

Kemungkinan besar orang tersebut kesabarannya pendek sehingga merasa tak perlu untuk mengetahui sesuatu dengan lengkap dulu baru komen. Yang jelas ada begitu banyak jenis komentar yang sebenarnya dapat kita jadikan lahan untuk mempelajari karakter orang.

Sebab kita tak melulu ketemu banyak orang. Bisa jadi lingkaran pertemanan kita sekarang orangnya hanya yang itu-itu saja, sehingga kita sudah mengenal karakter mereka dengan baik. 

Minimal melalui keterbukaan untuk membaca komentar orang lain di media sosial, kita bisa belajar untuk menebak-nebak karakter orang. Saya pernah menjawab dengan ngasal saat seseorang bertanya di kolom komentar sebuah video, sebab saya baca dari kalimatnya orang ini bukan bertanya untuk tahu, tapi dia hanya ingin mengejek.Dia sama sekali tidak butuh jawaban.

Dari sini saya simpulkan, kita bisa belajar memahami karakter orang lain secara literal. Kan ada tuh ilmu yang mengajarkan cara membaca karakter lewat tanda tangan. Nah kita bisa belajar sendiri cara membaca karakter dari tulisan orang di kolom komentar.

Kita belajar menganalisa teks, susunan kalimat dan bagaimana orang tersebut mengkomunikasikan pesannya lewat tulisan. Seperti pengalaman saya yang saya ceritakan sebelumnya. Saya coba menebak sebuah komentar yang sebenarnya bukan ingin bertanya tapi lebih ke mengejek.

Saya juga pernah menemukan sebuah komentar yang dicaci maki oleh banyak netizen karena dianggap menghina. Padahal sebenarnya komentar tersebut adalah sebuah komentar satire. Dimana komentar tersebut ditujukan untuk menyindir pihak lain. Tapi banyak juga orang yang salah paham. Apalagi zaman sekarang, kita banyak berkomunikasi lewat Whatsapp, tak jarang banyak kesalah pahaman.

Kalau dibalasnya pendek kadang kita merasa lawan bicara ngambek, kalau dibalas singkat kita mikir atasan sedang marah, dan asumsi lain yang sering tidak tepat. Tapi untuk kita yang sudah mengenal karakter lawan bicara pasti akan paham, kapan dia marah, kapan dia bercanda, atau kapan dia serius sekalipun hanya lewat pesan teks di Whatsapp.

Di kolom komentar juga kita bisa menemukan karakter orang yang mirip dengan kita. Seperti saat saya mendengarkan lagu "semua tentang kita" yang saya ceritakan sebelumnya. Ternyata saya banyak juga menemukan orang yang terus bernostalgia dengan masa lalunya.

Saat saya baca kok rasanya menyedihkan sekali ya. Maka saya putuskan untuk tetap fokus ke depan walau sesekali melihat ke belakang. Saat kita menemukan karakter orang lain yang mirip dengan kita, maka kita bisa mengevaluasi diri kita lewat diri mereka. Saat kita membaca komentar penuh keluhan dan ternyata itu memalukan, kita juga jadi malu karena tiap hari mengeluh di sosial media.

Bahkan kita bisa belajar melatih karakter kita sendiri. Apakah saat berbeda pendapat kita mudah marah? Atau tetap dengan tenang memberikan pandangan.

Sebab apa yang kita latih di media sosial pasti akan berpengaruh pada kehidupan kita yang nyata. Latihan sabarnya di kolom komentar media sosial, di dunia nyata jadi orang yang sabar beneran.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun