Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pendeta Kristen Berdebat, Dari Doktrin Uang Hingga Corona

23 Mei 2020   14:07 Diperbarui: 23 Mei 2020   14:07 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang saya sudah tulis dalam beberapa artikel sebelumnya, antara lain "Pendeta Kristen Saling Serang karena Corona, Berbahayakah?" lalu "Bolehkah Orang Kristen Memberikan Kritik kepada Pendeta?" Pada kedua artikel itu saya menyoroti sekaligus menyatakan sikap saya tentang perdebatan yang terjadi di kalangan orang kristen. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, aktifnya tokoh-tokoh kristen dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, membuat semua ajaran jadi terbuka.

Dalam hal ini, platform paling populer yang digunakan banyak gereja adalah Youtube. Apalagi di tengah pandemi covid19, maka youtube jadi platform populer untuk melakukan ibadah online. Perdebatan di kalangan orang kristen sejatinya bukan hal baru.

Dalam hal teologis misalnya, orang Arminianisme dan Calvinisme sudah dari dulu berdebat dalam dialog resmi yang tertib, tentang doktrin mana yang yang sesuai alkitab (alkitabiah). Para calvinis memegang ajaran John Calvin dan percaya bahwa manusia yang selamat (masuk surga) sudah ditentukan Allah(teori predestinasi). Disini para Calvinis percaya akan kedaulatan Allah yang mutlak.

Sementara orang Arminianisme adalah orang yang mengikuti ajaran Jacob Arminius.Orang Arminianisme percaya bahwa mereka yang masuk surga tidak ditentukan oleh Allah. Melainkan siapapun manusia yang menerima Yesus pasti selamat. 

Jadi kehendak bebas manusia masih mengambil peran dalam hal keselamatan. Kalau kamu menolak Yesus ya pasti tidak selamat. Sedangkan Calvinis percaya, mereka yang sudah ditentukan selamat pasti akan selamat karena tidak bisa menolak penetapan Allah.

Penjabarannya tentu tidak sesingkat yang saya tulis di atas.Setiap aliran punya dasar Alkitabnya masing-masing.Dan memegang satu doktrin tidak menentukan seseorang masuk nereka atau surga selama dia percaya Yesus sebagai jurus selamat, Allah tritunggal, dan hal yang bersifat fundamental lainnya.

Seperti yang dikatakan pendeta Esra Soru, ini lebih kepada kekonsistenan dalam berteologi.Dalam hal ini saya ingin menunjukkan bahwa dialog (jika yang anti dengan kata debat) sudah ada dari zaman dulu, hanya saja sekarang lebih terekspos karena adanya youtube.

Banyak yang anti dengan dialog atau debat seperti ini, mereka selalu bilang"Kitakan sama-sama kristen, kita ini satu tubuh di dalam kristus, dll. "Dalam hal ini saya lebih memegang ucapan pendeta Muriwali Yanto Matalu yang berkata,"Banyak diantara kita yang sebenarnya hanya saudara dalam kemanusiaan tapi tidak dalam iman. "Apa maksud ucapan ini? Maksudnya jika yang diberitakan dan dipercayai seseorang bukan Yesus sebagai juru selamat, Yesus yang bukan Allah, tidak mengakui Allah tritunggal seperti yang sudah dirumuskan oleh Pengakuan Iman Rasuli maka sesungguhnya kita bukan saudara seiman.

Tentu kita tetap saling menghormati dan mengasihi, tapi apakah jika mengasihi penyelewengan dibiarkan begitu saja? Banyak orang kristen takut bahwa kekristenan akan terdegradasi, sehingga dicap sebagai agama yang tidak lagi membawa damai karena adanya perdebatan. Selama ini kekristenan berdiri eksklusive di zona kasih. Apapun yang terjadi diam. Konflik apapun yang terjadi di masyarakat diam. Padahal bukan itu yang dimaksud dengan kasih.

Entah siapa dibelakangnya, merespon perdebatan di media sosial antar pendeta, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama mengeluarkan surat himbauan yang ditujukan kepada pemimpin gereja untuk menghentikan semua perdebatan teologis di media sosial. 

Seperti yang sudah banyak dibahas, himbauan ini dinilai tidak tepat. Karena kebanyakan yang terjadi bukanlah perdebatan teologis di media sosial. Memang ada debat teologis seperti yang saya contohkan di atas, antara penganut Arminisme dan Calvinisme. Tapi itu adalah dialog resmi yang dilakukan secara offline jauh sebelum corona ada. Jadi bisa dikatakan itu adalah video lama. Dan isi videonya pun tak ada unsur memecah belah.

Malah yang menonton dibuat pintar karena hal doktrinisasi biasanya hanya dibahas di dunia akademik. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya pada dua artikel yang sudah saya cantumkan, yang terjadi adalah penyelewengan ajaran yang dilakukan beberapa pendeta. Itu bukan kata saya loh ya, tapi faktanya ada pendeta yang menentang ajaran yang tidak sesuai Alkitab tersebut. Malah condong menguntungkan diri sendiri. Misalnya soal corona yang dinubuatkan akan berhenti pada tanggal tertentu, faktanya hari ini jumlah orang yang terjangkit corona terus bertambah.

Disaat banyak orang awam berdoa dengan sungguh-sungguh memohon belas kasih Tuhan, ada oknum yang mengaku mampu menghentikan corona karena disuruh Tuhan. Lalu ada juga perdebatan tentang ajaran yang terkesan "merampok" uang jemaat. Seperti kewajiban untuk memberikan seluruh gaji di bulan tertentu setahun sekali. Jika memberi nanti berkat dari surga dibuka, bisnis lancar bahkan Tuhan jadi berhutang pada yang memberi.

Ini ajaran yang tidak sesuai alkitab. Bagaimana mungkin pencipta yang seluruh bumi ini adalah ciptaannya, bahkan harta benda kitapun hanyalah titipan jadi terhutang karena kita memberikan persembahan pada gereja? Inilah yang ditentang beberapa apologet Kristen. Bahkan apakah uang persembahan tersebut dikelola dengan sehat di gereja kita tidak tahu. Sebab faktanya ada juga oknum pendeta yang hidup bermewah-mewahan sehingga merusak kepercayaan umat pada pendeta dan gereja.

Saya pribadi punya toleransi yang tinggi pada hal yang sifatnya doktrinisasi. Sebab selama tidak melanggar hal-hal fundamental, seperti Yesus lah jalan keselamatan satu-satunya, Yesus lah Tuhan, dan beberapa hal fundamental lainnya, itu tidaklah masalah. Sebab hanya masalah menafsir dan mengkostruksikannya saja. Walaupun pasti ada yang benar, dan kebenaran itu pasti tunggal dan mutlak. Soal ini hanya Allah saja yang tahu kebenarannya.

Tapi kalau sudah menyangkut dengan uang, saya jelas menentang sikap yang di kalangan kristen disebut dengan "teologi kemakmuran."Ajaran mereka sangat berpusat pada manusia (antroposentris) dan bukannya berpusat pada Tuhan (teosentris).

Ajaran yang berpusat pada manusia berfokus pada bagaimana agar manusia jadi sukses, sehat, kaya raya, sembuh, hingga Tuhan dijadikan alat agar manusia mencapai tujuannya. Padahal harusnya Tuhan lah yang memanfaatkan manusia untuk rancangannya di bumi. Maka ajaran yang benar adalah ajaran yang berpusat pada Tuhan.

Bukankah Alkitab berkata kita harus semakin mirip dengan Yesus? Maka Yesus lah yang harus banyak dibicarakan. Seperti yang dikatakan Pendeta Muriwali Yanto Matalu,"Hanya iman yang berpusat pada Yesus Kristus yang stabil dalam segala keadaan. "Iman yang berpusat pada diri sendiri adalah iman yang salah karena bertujuan memanfaatkan Tuhan untuk keperluannya.

Tapi bukan berarti maksudnya agar manusia mengandalkan kekuatannya sendiri. Alkitab berkata,"Terkutuklah manusia yang mengandalkan dirinya sendiri. "Namun mengandalkan Tuhan disini tentu harus didudukkan dengan dasar yang benar. Maka kesimpulannya saya tak ada masalah dengan perdebatan di kalangan pendeta. Sebab terbukti semakin banyak anak muda yang kritis dan cerdas dalam memilih gereja yang benar dan setia pada Firman Tuhan.

Sebab pemberitaan injil bukan hanya soal penuaian, maksudnya menjadikan orang-orang percaya Yesus.Tapi pemberitaan injil juga berbicara tentang penampian dimana gandum dan lalang akan dipisahkan.

Gandum akan dimasukkan ke dalam lumbung sementara lalang akan dilempar ke dalam api.Artinya hanya orang kristen sejati yang melakukan Firman Tuhan yang diselamatkan, sementara mereka yang mengajarkan hal palsu dan mengikutinya akan dilempar ke lautan api (neraka).

Tentu dalam tulisan ini saya tidak beropini sendiri. Melainkan saya coba mengelaborasi berbagai referensi yang saya anggap sesuai dengan isi Alkitab. Tuhan memberkati.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun