Bersyukur jika kita masih boleh mendengar pengajaran yang murni yang berasal dari Alkitab.Gereja sendiri pernah memasuki masa kegelapan pada abad pertengahan.Â
Semua orang, tanpa terkecuali, dituntut untuk selalu berpegang pada dogma-dogma gereja, dan terdapat larangan untuk bertanya mengenai berbagai hal. Â Jika pihak gereja tidak mampu untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat, maka orang yang bertanya akan dianggap sesat dan akan disingkirkan.
Apakah kita mau kembali ke jaman itu? Tentu tidak. Bukan pula kita mau berdebat dengan setiap pengajar, beda-beda sedikit adalah hal yang wajar, gak usah diributin.
Itulah yang dilakukan bapak-bapak gereja seperti Martin Luther, Erasmus Desiderius Roterodamus, Ulrich Zwingly hingga John Calvin. Mereka menggerakkan reformasi gereja saat penyelewengan sudah bersifat fundamental dan mengarahkan umat pada hal yang tidak diajarkan Alkitab 1 Samuel 16 : 7 Â berkata, "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Jadi apakah kita kualat kalau meluruskan ajaran yang salah? Tentu tidak. Karena Tuhan melihat hati manusia. Apakah motivasinya benar atau tidak.Kalau kita melawan ajaran yang benar barulah kita berdosa.Hanya saja, sebagai orang kristen kita tetap harus menjaga etika, dan jadi berkat.
Yang tidak boleh adalah menghakimi secara tidak adil. 2 Timotius 3:16 berkata,"Segala tulisan yang diilhamkan mAllah  memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.Tuhan memberkati.
Penikmat yang bukan pakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H