Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pelajaran Penting untuk Kamu yang Ditolak Cintanya

4 Februari 2020   12:44 Diperbarui: 5 Februari 2020   02:00 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedih (Sumber: pixabay.com)

Tadi malam saya mendapat curhatan dari seorang teman. Teman saya ini telah mengenal cinta sudah sangat lama, bahkan dia jarang merasakan patah hati, ke manapun dia pergi, pasti di tempat itu akan ada lawan jenis yang suka sama dia. Wajar saja, sebab memang teman saya ini orangnya menarik. 

Sebenarnya teman saya ini punya kriteria sendiri untuk calon pasangan hidupnya, tapi anehnya setiap kali ada yang menyatakan perasaan, pasti dia selalu berpikir untuk tidak salahnya mencoba, padahal orang itu bukan tipe yang dia inginkan. Akhirnya, karena sering mudah menerima, baru sebentar menjalin hubungan, akhirnya malah muncul rasa ragu dan hubungannya pun harus kandas.

Peristiwa kandasnya hubungan teman saya berlangsung seperti lingkaran setan. Putus, besok coba lagi, lalu kalau sudah putus, dicoba lagi. Namun, tidak malam itu....

Teman saya ini sudah lama tidak mengikat komitmen dengan siapapun, sudah malas mungkin. Namun, baru-baru ini ia mendapat tugas untuk pergi ke luar kota, lalu di sana dia bertemu dengan seseorang, dan dari pertemuan itu, mereka menjadi akrab. 

Seiring berjalannya waktu, teman saya merasa orang tersebut memenuhi kriteria pasangan hidup yang sudah lama ia dambakan. Tapi sayang, orang yang ditaksir tidak menunjukkan gelagat serupa. Ia memang ramah, ia memang baik, tapi itu tidak cukup membuktikan bahwa dia memiliki perasaan yang sama.

Beberapa bulan kemudian karena sudah tidak tahan lagi, teman saya nekat mengungkapkan perasaannya. Pukul 01.00 WIB dia mengirim pesan melalui WhatsApp, sengaja dikirim tengah malam agar tidak langsung dibaca sama si dia. Hehehe....

Sayang nian, seperti ungkapan peribahasa, "Gayung tak bersambut", akhirnya teman saya ini harus menerima kalau cintanya bertepuk sebelah tangan.

***

Malam pun semakin larut dan percakapan pun terjadi antara saya dengan teman saya...

Teman saya: Aku memang kecewa, tapi anehya, aku ngerasa kisah yang ini lebih indah sekali dibandingkan hubungan-hubungan sebelumnya.

Saya: Kok gitu?

Teman saya: Enggak tahu ya, aku ngerasanya, baru kali ini aku benar-benar jatuh cinta, walaupun akhirnya ditolak sih.

***

Pernah ngerasa enggak sih, sejak remaja bahkan hingga dewasa pun seringkali kita mendapat curhatan dari seorang teman yang sedang dilema karena bingung harus menerima perasaan orang itu atau tidak. 

Mengapa kebingungan itu harus terjadi? 

Mungkin karena kita tidak sungguh-sungguh jatuh cinta, kita hanya sedang mencoba mencintainya. Kadang-kadang kita mencobanya padahal kita tahu bukan dia yang kita inginkan. 

Nah, kasus yang terjadi pada teman saya ini adalah bahwa selama ini tidak mengerti apa itu mencintai, dia baru memikirkan seseorang ketika orang itu menunjukkan perasaan sukanya. Tapi benarkah orang itu yang dia inginkan? Lebih sering tidak, dia hanya berusaha mencoba menerima orang lain "apa adanya". Alasan Klasik!

Ilustrasi sedih (Sumber: pixabay.com)
Ilustrasi sedih (Sumber: pixabay.com)
Kemarin saya belajar, jatuh cinta yang sebenarnya adalah ketika kita tidak tahu bagaimana perasaannya tapi kita tetap menyukainya. Harusnya sih tidak ada lagi hubungan-hubungan singkat jika kita tahu siapa yang kita inginkan dan harusnya tidak ada lagi ragu kalau memang dia yang kita impikan (Fiuh.. haha).

Salah satu sahabat Doek Soen dalam drama Korea Reply 1988 pernah berkata, "Bukan tentang siapa yang menyukaimu tapi yang kamu sukai". Betul banget!

Seribu orang boleh mengungkapkan perasannya dalam waktu yang sama, tapi kalau kita tahu siapa yang kita inginkan, tidak perlu ragu untuk menolak yang lainnya. bukankah begitu kawan? Hehehe...

Balik lagi ke teman saya....

Sebelum mengakhiri curhatnya, teman saya bertaya, "Jadi sampai saat ini siapa yang pernah bikin kamu jatuh cinta walaupun kamu tahu dia enggak punya perasaan yang sama?"

Emm ada sih...tapi enggak perlu dijawab di sinilah lah ya nanti jadi ketahuan, hahaha...

Dan dari kisah temenku ini, setidaknya ada 2 pelajaran penting untuk kita-kita yang cintanya ditolak.

1. Jangan turunkan standar hanya karena orang yang ditunggu belum datang
Semisalkan, kalau seorang wanita memang punya harapan punya pacar yang tidak merokok, maka jangan coba-coba menjalin hubungan dengan orang yang merokok. Ini bukan tentang "sok suci" seperti anggapan orang pada umumnya. 

Ini tentang siapa yang kita inginkan untuk menghabiskan hidup bersama sampai tua. Jadi jangan turunkan standar, tidak apa kalau harus sendiri dulu, karena yakinlah kriteria yang kamu tuliskan pastilah merupakan nilai-nilai penting yang kamu yakini dalam menjalani kehidupan.

2. Jangan mencari pelampiasan hanya karena cintamu bertepuk sebelah tangan
Kamu menyukai seseorang, tapi dia tidak, lalu kamu memutuskan membangun komitmen dengan orang yang menyukaimu padahal kamu tidak menyukainya. Kamu pikir "Coba dulu saja" atau kamu pikir "Saya pasti bisa menerima kekurangannya".

Khawatirnya keputusan kita itu hanya akan membuat orang lain terluka. Sebaiknya jangan, karena terkadang seni mencinta bukan tentang siapa yang menyukai kita, tapi siapa yang kita sukai. Semoga kalian setuju.

Malam hampir larut, lagu The Second Sleep yang di Cover oleh Nadia dan Yoseph menemani. Sebelum benar-benar berakhir sesi curhat malam itu, saya bertanya, "Jadi sekarang apa yang mau kamu bilang ke dia?"

Teman saya hanya menjawab, "Enggak ada, aku enggak bisa paksa dia suka sama aku, tapi aku juga enggak marah. Untuk sekarang aku mau sendiri dulu aja.

Saya: Oke.

Entah siapa yang pernah mengatakannya, "Cinta, sekalipun tidak berbalas, tetaplah cinta".

Salam
Jema L

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun