Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Viral Video Siswa Tantang Guru, Kesalahan Terbesar Orangtua

10 Februari 2019   20:52 Diperbarui: 10 Februari 2019   23:21 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar detik.com/fakta.indo

Nur Kalim, guru yang mengajar mata pelajaran IPS di SMP PGRI Wringinanom memasuki kelas III A di pagi hari. Namun bukannya mendapati sekumpulan siswa yang hendak belajar, Nur Kalim hanya mendapati kursi-kursi yang kosong. Nalurinya sebagai guru pun mendorongnya untuk mencari di mana gerangan siswa-siswanya berada.

Nur Kalim mendapati bahwa para siswanya bersembunyi di warung yang tak jauh berada dari sekolah. Dia meminta dan memperingatkan agar anak-anak kembali ke kelas karena jam pelajaran akan dimulai (sembari menggebrak meja). Para siswa pun lari tergopoh-gopoh menuju ruang kelas. Saat berada di kelas, beberapa siswa masih emosi.

Mereka kemudian membanting dan menggebrak meja. Tak berhenti disitu, terlihat seorang siswa merokok di dalam kelas. Nur Kalim yang sudah berada di kelas meminta agar siswa itu mematikan rokoknya. Bukannya takut, siswa tersebut malah semakin emosi lalu membuang rokoknya.

Bukannya duduk diam dan mengeluarkan buku untuk mendengar ajaran sang guru, salah seorang siswa justru melawan dengan membuang buku kepunyaan sang guru. Tak cuma itu, si siswa justru kemudian memegang kepala, mendorong, dan mencengkram kerah baju Nur Kalim. Entah siapa temannya yang merekam kejadian tersebut, sehingga kini videonya menjadi viral.

Cukup miris. Dalam tiga hari ke belakang kita sudah disuguhkan dengan dua tontonan tak bermoral yang dilakukan anak remaja. Salah satunya adalah kasus Adi Saputra yang menghancurkan motornya saat ditilang oleh polisi dan menjadi viral.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, turut berkomentar atas kasus murid menantang gurunya.

Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan murid melakukan kekerasan terhadap guru. Pertama karakter siswa yang kurang terbina dengan baik dirumah maupun di sekolah.

Retno menekankan, pola asuh dirumah memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap anak. Retno juga menduga-duga, faktor kecanduan game online yang mengandung kekerasan dapat mempengaruhi sikap seorang anak.

Saya pribadi salut dengan sikap Nur Kalim, karena saat artikel ini ditulis sang anak yang menantang gurunya sudah meminta maaf didampingi orangtuanya yang juga merasa malu atas sikap anaknya.

Permintaan maaf itu sendiri dimediasi oleh Kapolsek Wringinanom AKP Supiyan, Kepsek PGRI 1 Wringinanom, perwakilan Kemensos, Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, serta perwakilan Kementrian Perlindungan anak dan Peremepuan.

Nur Kalim sudah memaafkan sikap anak didiknya dan tak berniat memperpanjangnya."Saya telah memaafkannya, jangan diperpanjuang lagi masalah ini." Ujar Nur Kalim yang hanya digaji Rp.450 ribu per bulan.

Miris gak sih melihat kondisi guru bangsa yang diperlakukan semena-mena begitu? Senakal-nakalnya saya dan siswa tahun 2007-an jarang sekali kita mendengar ada siswa yang menantang gurunya seperti itu.

Lalu siapa yang paling layak dipersalahkan atas perilaku remaja kita yang semakin temperamental?

Melenceng sedikit, saya pribadi suka heran dengan siswa yang masih sekolah tapi sudah terang-terangan merokok. Harusnya setiap siswa yang masih bersekolah dilarang merokok.Karena itu akan merusak otak dan pergaulan mereka.

Awalnya rokok, tapi lama-lama mulai ke minuman keras, narkoba hingga seks bebas. Kalau saya pribadi menganggap tugas orangtualah untuk mendidik anak. Jangan diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Sebab yang paling dekat dengan anak adalah sang ayah dan ibunya.

Di sekolah seorang guru harus membagi perhatiannya ke puluhan murid, tapi di rumah orang tua bisa berbicara empat mata dengan anak. Kalau mau hitung-hitungan, uang yang kita bayarkan kesekolah tidaklah cukup layak untuk membuat kita lepas tangan dan menyerahkan pembentukan karakter anak kita pada sekolah.

Memang guru dan sekolah punya beban yang sama untuk membentuk karakter siswa. Tapi seharusnya orangtua lebih bertanggung jawab dibandingkan sekolah dan guru.

Saya sering kok memperhatikan, keluarga yang orangtuanya tekun mendidik anak, dibawa mengaji tiap sore, diajak main, diberi perhatian, diajak bercanda dan tertawa, anaknya akan lebih beretika dibandingkan anak yang orangtuanya hanya marah-marah dan kelayapan gak jelas.

Saya bukan menyalahkan orangtua loh ya. Karena ada juga orangtua yang sudah mati-matian mendidik anak, tapi memang anaknya saja yang mbandel.

Saya coba memeriksa komen-komen netizen terhadap kasus ini, banyak yang sepakat bahwa tindakan semacam ini bukanlah sekedar kenakalan remaja.

Karena jika mau diperpanjang bisa dipidanakan, dengan dalil mengancam secara fisik dan kekerasan.Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.

Bagaimana pendapat kalian? Silakan komen di bawah.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun