"Lies are free, talk is cheap." (Miley Cyrus)
Kata orang bicara itu murah. Kalimat ini cukup terkenal, beberapa musisi bahkan menjadikannya judul lagu, antara lain Miley Cyrus, Nick Murphy, Chet Faker dan sebagainya.
Sebuah band rock akustik bernama Secondhand Serenade asal Amerika Serikat pun mengutip kalimat ini dalam lagunya yang berjudul Fall for You. Sebuah lagu yang bercerita tentang kecintaan seorang pria pada seorang wanita, tapi saya gak akan bahas soal lagu apalagi cinta, makan tuh cinta.
Bicara itu murah adalah kiasan atau maksud lain dari "bicara sih gampang lebih sulit itu melakukannya." Bisa juga dipakai untuk menyindir orang yang sering membuat janji tapi gak berkomitmen untuk menepatinya. Harkos (harapan kosong) bangetlah pokoknya. Kadang kita bukan cuman ngasih harkos sama orang lain, sama diri sendiri juga kadang begitukan?
Mereka yang omongannya jadi terasa "gampangan" biasanya memiliki sifat berikut:
Pertama, yes man person
"Yes man" adalah saat orang ngajak lo jalan dan jawaban lo tuh antara “iyadeh, okelah, okedeh, yaudah, ayo aja sih, ayo ajadeh” udah mentok sekitar situ.
Jadi apapun diiyain, soal sanggup nepatin apa kagak urusan nanti. Aku banget sih kayaknya haha. Mulut model begini biasanya dikombinasikan dengan sifat cuek bebek dan biasanya orangnya agak absurd juga sih.
Malah kadang dia yang suka ngecapruk buat ajak main ke sini dan ke situ biarpun dia tahu kalo dia gak akan bisa tepatin. Bisa juga karena orangnya nggak enakan buat nolak sesuatu, jadi apa-apa tuh diiyain sama dia.
Kedua, plin-plan
Orang yang omongannya susah dipegang tuh biasanya plin-plan, gak punya pendirian banget. Licin kayak belut, begitulah kata-kata orang yang plin-plan. Sekarang A lima menit lagi bisa jadi B. Janji buat mereka bukanlah sebuah hutang.
Ketiga, ambigu
Karena beberapa hal dirasakan harus diucapkan padahal dia belum yakin akan hal tersebut, keluarlah kalimat yang bercabang. Sampai keputusan harus diambil di menit akhir barulah orang begini mengambil sikap.
Saya gak bilang orang yang begini, yes man atau plin-plan, itu jahat ya. Enggak sama sekali, Ini cuman ciri-ciri orang yang sering membuat omongannya jadi diragukan. Karena kadang mereka juga bingung sama apa yang mereka mau, terlalu banyak kemauan sih.
Bicara memang murah, tapi dia tetap memiliki konsekuensi. Dari sisi si pendengar apa yang kita bicarakan memiliki arti. Apalagi jika ditarik ke dunia yang lebih pro, dunia kerja misalnya.
Bahkan tak jarang kita dinilai dari apa yang kita bicarakan. Jika bicara itu murah dari sisi yang mengucapkan, maka sejatinya bicara itu mahal dari sisi seberangnya, yaitu dari pihak yang mendengarkan.
Lihat saja dalam beberapa film tentang persahabatan ataupun drama korea, janji masa kecil model begini kadang selalu diingat oleh tokoh-tokohnya bahkan sampai mereka dewasa. Hasilnya bisa menyenangkan, namun juga bisa mengecewakan.
Misalnya di film, adakan tuh adegan di mana seorang laki-laki yang berjanji akan selalu melindungi atau akan bersama sahabat wanitanya namun malah pergi sekolah ke Amerika.
Dia kemudian berjanji untuk kembali dan rajin mengirim surat, tahunya si wanita gak pernah menerima surat dari cowok itu karena ayah si wanita menyembunyikan surat-surat tersebut.
Kecewalah si wanita, lalu hatinya menjadi beku seperti es dan tak percaya lagi pada cinta, sampai akhirnya datanglah seorang pria bernama Bor. Ah sudahlah. Kembali ke laptop ris.
Jadi bisa dibilang ucapan itu menimbulkan harapan. Makanya menurut saya harus ada mata kuliah tentang bagaimana kita merespon dan mengatur ekspektasi saat mendengarkan suatu ucapan (agak ngaco sih ya). Karena semakin tinggi harapan semakin tinggi juga resiko kecewanya kalo tidak tergenapi.
Coba ingat kapan terakhir kali kita mengucapkan sesuatu pada seseorang namun tidak menepatinya? Atau lebih komplitnya seberapa sering kita ngelakuin hal tersebut?
"Menjaga janji penting dalam kelanjutan hubungan yang bahagia dan sehat. Mengetahui Anda dapat mempercayai seseorang adalah salah satu batu loncatan kunci untuk hubungan apa pun.Kita menghabiskan begitu banyak waktu untuk membuat janji yang tidak bisa kita pertahankan, yang akhirnya hanya menyakiti orang-orang yang kita cintai" (Emily Marks).
Dari sini aja kita tahu bahwa apa yang kita bicarakan bukan untuk kesenangan pribadi saja. Ada perasaan orang lain juga yang harus kita jaga.
Jika kata-kata ibarat pabrik maka ucapan kita bisa dibilang menghasilkan produk murahan kalau kita gak bisa menghargai dan menjaga omongan sendiri.
Sebenarnya talk is cheap gak melulu soal janji. Bisa juga tentang gak berbobotnya apa yang kita ucapkan, betapa sering kita mengucapkan sesuatu pada momen yang salah atau begini, kita sangat mudah menggurui kehidupan orang lain tanpa tahu apa yang mereka alami.
Wajar dong kalau setelah itu mereka bilang, "ngomong sih enak bro, ngerjainnya yang susah." Kadang kita terlalu asyik jadi penonton sampai lupa gimana susahnya jadi pemain.
Teriakan kita bukan lagi menjadi sorakan untuk mendukung, menyemangati, menyenangkan, hingga memotivasi pemain di lapangan. Kita nyaman jadi kritikus, uacapan kita hambar, hingga akhirnya kita dianggap sebagai angin lalu.
Bicara emang murah, tapi kita tahukan kalo dia punya harga, bahkan ada sisi mahalnya juga. Cemiww..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H