Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kita Diciptakan Memang untuk Gagal!

2 September 2017   07:31 Diperbarui: 15 April 2019   15:07 4092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (Media Kliping Kita)

Saya punya teori, kalau tidak dialami semua orang bukan takdir namanya. Nah kali ini saya tidak sedang bicara keberadaan, tapi lebih kepada peristiwa hidup. Menurut saya takdir itu ada dengan berpasang-pasangan, kelahiran-kematian begitu seterusnya.

Tapi ada takdir yang hadirnya karena tindakan kita, tapi secara peristiwa adalah hal yang  pasti akan kita alami. Contohnya adalah kegagalan, rasa putus asa, kecewa dan lain sebaginya.

Pokoknya indikator takdir itu dia pasti selalu memiliki pasangan. Pasangannya kegagalan adalah keberhasilan, putus asa bisa disandingkan dengan semangat, kecewa bisa dipasangkan dengan bangga.. (Saya dengan Mikha Tambayong, Maria Selena, dan.. hkm Raline Shah).

Memang sih gagal dan semacamnya itu bukan ketetapan Tuhan. Ada kontribusi kita kenapa kita bisa gagal, kecewa, sedih. Tapi secara keberadaan kegagalan dan hal menyedihkan lainnya memang ada di dunia ini. Mereka berkeliaran disekitar gerak-gerik kita.

Banyak orang menyikapi secara berlebihan sebuah kegagalan, padahal kegagalan adalah takdir. Pasti kita akan gagal dalam momen-momen tertentu, pasti kita akan kecewa, sedih, marah..sebab semua itu adalah takdir, namun yang harus dipahami, hal di atas adalah takdir dalam arti setiap orang pasti mengalaminya.

Siapa sih yang nggak pernah mengalami hal di atas? Pasti semua orang pernahkan.  Hanya saja dalam versi yang berbeda-beda. Ibaratnya naik motor, kita bisa saja sampai atau tidak sampai ditujuan. Mungkin karena tiba-tiba ada badai, tsunami, rudal Korea Utara jatuh di tengah jalan..dan lain sebagainya.

Teori saya nih (teori mulu prakteknya kapan, nikah kapan?) menyadari bahwa kegagalan adalah takdir yang sewaktu-waktu pasti akan kita alami adalah sebuah kelegaan. Bener loh saya nggak bohong. Secara psikologi (kamu kuliah jurusan apa sih Ris, segala bidang keilmuan dibahas, sotoy banget!) hal itu meringankan beban mental.

Kalau kita sadar bahwa kegagalan adalah hal yang biasa dan terjadi pada semua orang (bahkan terjadi pada orang paling sukses di muka bumi ini) maka kita tak akan merasa gagal. Aneh kan ya? Gagal tapi tidak merasa gagal (nah sebenarnya saya cuman mau ngajakin kita untuk nggak tahu diri).

Maksud saya dengan memahami bahwa "kita memang ditakdirkan untuk gagal" kita akan memperluas hati kita.

Saya pernah baca cerita nih, kurang lebih begini: suatu hari ada seorang pemuda yang frustasi, dia merasa beban hidupnya berat sekali karena banyaknya masalah yang dia hadapi. Suatu hari dia menghadap gurunya untuk menceritakan masalah-masalahnya (yang datang seolah tiada habisnya).

Lalu sang guru meminta muridnya itu untuk mengambil segelas air dan dua genggam garam. Lalu si guru menyuruh pemuda itu untuk memasukkan segenggam garam pada segelas air yang dibawanya. Kemudian si guru menyuruh muridnya untuk meminum segelas air yang sudah dicampur segenggam garam tersebut. Bagaimana rasanya tanya si guru. Asin saya jadi mual kata si murid (kalau kalian mau praktekkin boleh, anggap aja kisah ini tutorial).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun