Keempat,merasa mengkhianati idealisme. Untuk kasus ini saya pernah bertemu dengan seseorang yang memilih untuk resign dari sebuah perusahaan rokok terkenal. Padahal saat itu jabatannya sudah bagus dan gajinya sudah besar. Walaupun begitu, tapi dia tak merasa damai dengan pencapaian dan apa yang dikerjakannya. Alasannya adalah, dia bukan seorang perokok, dia tahu bahaya rokok, tapi dia bekerja untuk membuat penjualan rokok yang diproduksi perusahaannya meningkat.
Dia bercerita kepada saya bahwa hatinya merasa tak damai. Dia merasa tengah meracuni banyak orang. Karena sudah tak tahan dengan gejolak perasaannya sendiri maka dia pun mencari pekerjaan baru. Jadi ini masalah idealisme sih. Kembali ke kita mau bagaimana. Tapi saya yakin setiap orang ingin merasa bangga dengan apa yang dikerjakannya, bukan merasa bersalah.
---------
Lalu apalagi alasan yang tepat untuk resign dari sebuah pekerjaan? Ah akan sangat banyaklah ya kalau dijabarin satu-satu. Tapi pada intinya, entah kita meninggalkan sebuah pekerjaan karena alasan yang tepat atau tidak, kita meninggalkan sebuah pekerjaan dengan keputusan yang tepat atau tidak, resiko itu akan selalu ada.
Ketakutan tentang ketidakpastian di waktu yang akan datang adalah hal yang wajar. Namun seperti yang dikatakan oleh Paulo Coelho,”If you’re brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello.” Mangatss!
