Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sesuatu yang Jarang Disentuh Manusia Itu Bernama "Pola Pikir"

5 Mei 2017   11:30 Diperbarui: 13 Oktober 2019   20:39 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar (dok pri). Acara kopdar para reseller

“ Ada sesuatu yang jarang disentuh oleh manusia, yaitu mindset (pola pikir). Padahal pola pikir menentukan karakter, dan karakter menentukan nasib.” Ujar Deden Hairuman Azam, ketua Yayasan Seruni ( Yayasan Seruan Hati Nurani ) Foundation pada saya saat berkunjung ke yayasan yang dikelolanya yang beralamat di  Jl. Terusan Jakarta No.139 C, Antapani Kulon, Kec. Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat 40291
(022) 20542896

https://g.co/kgs/xt8MYu06 april 2017 yang lalu .

Saya mendapatkan informasi mengenai Yayasan Seruni dari salah seorang rekan kampus. Kebetulan dia adalah salah satu pengurus di yayasan tersebut.  Singkat cerita penulis pun langsung menuju alamat yang dimaksud. Rumah yang menjadi Yayasan Seruni tidaklah terlalu besar, tapi di dalam rumah itu ada sebuah aktivitas  positif yang cukup sibuk setiap harinya. Tak seperti yayasan kebanyakan yang sekedar melakukan pembinaan moral pada anak-anak asuhnya, atau sekedar menyalurkan bantuan kepada pihak yang membutuhakan, Yayasan Seruni punya suatu kegiatan yang bertujuan membuat anak asuhnya menjadi mandiri.

Sumber Gambar (dok pri). Deden Hairuman Azam, ketua Yayasan Seruni
Sumber Gambar (dok pri). Deden Hairuman Azam, ketua Yayasan Seruni
Yayasan Seruni sendiri lahir dari gagasan bersama, dari perkumpulan mahasiswa antar kampus yang ada di Bandung. Saat itu terjadi bencana alam di Majalengka. Disitulah terbentuk Ikatan Pemuda Perduli Sosial (IKAPESO) yang membantu evakuasi korban. Inilah yang menjadi titik awal sehingga pada tahun 2002 lahirlah Yayasan Seruni Foundation. Namun Yayasan Seruni tak mau hanya sekedar menerima bantuan dari donatur, oleh karena itu mereka mendirikan sebuah UMKM. Memang dasar niat dari awalnya sudah mulia, dalam mendirikan dan menjalankan UMKM nya Yayasan Seruni tak hanya ingin mengejar untung belaka.

Dalam menjalankan usahanya Yayasan Seruni sedari awal sudah menanamkan prinsip pembinaan. Pembinaan yang dilakukan Yayasan Seruni untuk menjadikan anak-anak asuhnya mandiri tergolong unik. Pembinaan itu dilakukan melalui sebuah langkah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang berkesinambungan. Adapun pola usaha yang dilakukan Yayasan Seruni dari tahap awal sampai akhir adalah sebagai berikut:

  • Yayasan Seruni menjalankan sebuah usaha dagang yang berfokus pada kerudung.
  • Karena tujuannya bukan hanya sekedar menjual, melainkan pemberdayaan, maka Yayasan Seruni juga memproduksi kerudung sendiri dengan prinsip: tidak memiliki pabrik tapi memberdayakan penjahit-penjahit lokal. Penjahit-penjahit yang tersebar di beberapa daerah di Bandung seperti di daerah Cicadas dan Kiara Condong tersebut diberi modal (bahan) untuk membuat kerudung tapi dengan standar dan desain yang sudah ditentukan oleh Yayasan Seruni. Sehingga dengan prinsip kerja sama ini, seperti yang diceritakan oleh ketua Yayasan Seruni, Deden Hairuman Azam, semua pihak saling diuntungkan, keuntungannya antara lain:
    • Membantu para penjahit lokal yang tidak memiliki modal sehingga mampu memproduksi sebuah produk. Pola kerja sama yang demikian pun akhirnya membuat mereka menjadi produktif dan memiliki penghasilan lebih.
    • Membantu para penjahit lokal yang mampu memproduksi tapi tidak tahu bagaimana cara menjual hasil produksinya.

sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
sumber gambar (dok pri). Produk-produk Yayasan Seruni yang terpajang di rak
Penjelasan di atas adalah proses  produksi yang dilakukan oleh Yayasan Seruni dengan penjahit lokal. Lalu bagaimana Yayasan Seruni menjual produk-produk kerudungnya? Berikut penjelasan Deden Hairuman Azam ketua Yayasan Seruni yang penulis coba rangkum.
  • Jika dari sisi produksi Yayasan Seruni juga menanamkan prinsip pemberdayaan, maka demikian pula dari sisi menjual produknya (pemasaran).
  • Yayasan Seruni merangkul (kaum dhuafa) anak-anak sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas) hasil binaan Yayasan Seruni untuk menjadi penjual dengan sistem online tanpa mengganggu sekolah mereka.
  • Saat ini dari lima orang yang dibina sudah ada tiga orang yang berhasil dan mampu menghasilkan Rp.500.000 s/d Rp Rp.1.000.000 per bulan untuk membantu keperluan sekolah mereka.
  • Yang menarik buat saya adalah bahwa pelatihan marketing yang dilakukan pada anak-anak binaan Yayasan Seruni, tidaklah berhenti pada soal tentang bagaimana “mencari uang tambahan dan membuat mereka menjadi mandiri saja.” Mereka juga dididik secara karakter, untuk belajar, apa itu uang, apa pentingnya pencatatan dari sebuah usaha, bagaimana mengatur uang, dan secara pengetahuan mereka diajarkan prinsip-prinsip mengembangkan usaha (starting, running, growing).
  • Sama seperti yang diajarkan kepada para penjahit lokal, Yayasan Seruni juga mendidik para anak asuhnya untuk belajar pembukuan dan belajar bekerja sama dengan orang lain.
  • Adapun salah satu program pemberdayaan unggulan adalah metamorfosis yang diketuai oleh Sri Susanti Mangkubumi. Program ini bertujuan untuk membuat para anak binaan yang belum tahu apa-apa soal dunia marketing (pemasaran), produk, cara menjual, dibentuk melalui kordinasi dan perkumpulan-perkumpulan rutin agar mereka bisa memulai sebuah usaha dengan menjadi reseller untuk menjual produk-produk Yayasan Seruni.

sumber gambar (dok pri). Kedua dari kanan Ketua Yayasan Seruni, keempat dari kiri ketua program pembinaan metamorfosis, pengurus serta anak asuh Yayasan Seruni saat briefing usaha
sumber gambar (dok pri). Kedua dari kanan Ketua Yayasan Seruni, keempat dari kiri ketua program pembinaan metamorfosis, pengurus serta anak asuh Yayasan Seruni saat briefing usaha
Sumber gambar ( dok pri). Mengadakan syukuran karena target yang tercapai
Sumber gambar ( dok pri). Mengadakan syukuran karena target yang tercapai
Sumber gambar (dok pri). Acara kopdar para reseller
Sumber gambar (dok pri). Acara kopdar para reseller
Saat ini Yayasan Seruni sudah memiliki omset kurang lebih Rp.90.000.000 per bulannya. Misi dan visinya selain untuk mendidik dan melakukan pemberdayaan adalah mencetak entrepreneur muda dari kalangan kaum dhuafa. Untuk jangka panjangnya Yayasan Seruni berniat mengembangkan lini usahanya menjadi penyedia pakaian muslim yang lengkap.

Saya tertarik menuliskan topik ini karena Seperti yang kita ketahui bersama UMKM adalah salah satu tulang punggung yang menjadi dasar penggerak ekonomi nasional. Seperti yang tercatat dalam berbagai literatur, bagaimana pada tahun 1997-1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia, tercatat UKM (Usaha Kecil Menengah) menjadi salah satu pilar ekonomi yang mampu survive bahkan menjadi penopang ekonomi Indonesia.

Namun dewasa ini peran UKM yang sekarang disebut UMKM sepertinya mulai terpinggirkan dengan semakin berkembang pesatnya perusahaan - perusahaan besar yang lebih modern. Dengan ditopang modal yang besar, inovasi, jaringan yang luas, hingga teknologi, perusahaan modern saat ini seperti semakin menghimpit laju UMKM untuk berkembang. Belum lagi semakin maraknya produk-produk impor yang membanjiri pasar Indonesia.

Seperti yang penulis kutip dari berita yang diturunkan Sindonews.com pada senin, 20 juli 2015, dengan judul berita,” Kerudung Impor Banjiri Pasar Lokal.” Disana tercatat bahwa Produk kerudung asal mancanegara membanjiri pasar di Indonesia. Jika diprosentase produk impor menguasai 65% pasar. Sisanya kerudung buatan produsen lokal, baik produsen asal Kudus, Rembang, Jepara, Bandung, dan Surabaya. produk kerudung baik dalam bentuk jadi maupun masih bahan yang masuk ke Indonesia berasal dari China, Korea dan Turki. Namun yang paling dominan kerudung asal negara Tirai Bambu.

Kembali pada Yayasan Seruni, kenapa mereka begitu gigih untuk mendidik anak-anak asuhnya, bahkan datang kesekolah-sekolah untuk mengajak para pelajar yang kurang mampu bergabung dengan program Yayasan Mereka, itu karena Yayasan Seruni yakin bahwa sebenarnya salah satu permasalahan kemiskinan di Negeri ini disebabkan karena kurangnya akses. Contohnya para penjahit lokal yang menjadi mitra Yayasan Seruni dalam memproduksi produknya. Banyak diantara mereka yang sebelumnya sudah pensiun menjahit, kembali jadi produktif. Masalahnya mereka sering rugi dan tak tahu bagaimana memasarkan hasil produknya. Oleh karena itu Yayasan Seruni hadir sebagai jembatan yang menghubungkan para penjahit lokal dengan marketnya. Para penjahit tinggal fokus memproduksi saja, sementara pasarnya sudah diamankan oleh Yayasan Seruni. Ini jugalah yang mereka lakukan pada anak-anak asuhnya, tak ada yang namanya manusia yang tidak bisa menghasilkan, bahkan anak SMA sekalipun bisa menghasilkan kalau mereka diberi aksesnya.

sumber gambar (screenshoot facebook).Akun Facebook salah satu reseller Yayasan Seruni
sumber gambar (screenshoot facebook).Akun Facebook salah satu reseller Yayasan Seruni
Itu kenapa Yayasan Seruni rajin mengadakan pelatihan marketing. Bahkan anak-anak asuh yang menjadi reseller mereka sudah sangat ahli dan mengerti seluk beluk memasang iklan berbayar di facebook. Sesuatu yang banyak orang tidak tahu, bagaimana efektifnya beriklan di facebook, tapi anak-anak asuh Yayasan Seruni yang masih SMA itu sudah mampu memanfaatkannya dengan baik. Karena Yayasan Seruni adalah milik bersama sudah tentu keuntungannya pun akan kembali disalurkan untuk kepentingan bersama dan mereka yang membutuhkan.

Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (facebook)
Sumber gambar (dok pri). Pembagian sembako dan daging untuk desa Seguling
Sumber gambar (dok pri). Pembagian sembako dan daging untuk desa Seguling
Sumber Gambar (dok pri). Simbolis pembagian daging qurban di kampung Cikarang desa Seguling oleh relawan Serunu yang dibagikan oleh pak Imam (baju merah)
Sumber Gambar (dok pri). Simbolis pembagian daging qurban di kampung Cikarang desa Seguling oleh relawan Serunu yang dibagikan oleh pak Imam (baju merah)
Adapun  Sekolah-sekolah yang dibantu oleh Yayasan Seruni antara lain berasal dari kota dan kabupaten Bandung,  seperti SDN  Rendeh Kidul, SDN Cihaur Geulis, SDN Padasuka, SDN Haur Pancuh, SDN Pelesiran, SDN Pasir Impun, dan SDN Ciparay, SMP 27 Terbuka. Semoga kisah singkat Yayasan Seruni, dan para penggeraknya ini menginspiraksi kita semua.

Bandung, 04 Mei 2017

Penikmat yang bukan pakar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun